BBKSDA Papua Barat Ajak Anak-anak Usia Dini ikut Lindungi Satwa Liar Melalui Cerita Fabel

Senin, 28 Oktober 2019

Sorong, 22 Oktober 2019, Masih dalam rangkaian kegiatan Penyadartahuan dalam rangka peningkatan Upaya Preemtif Perlindungan Satwa Liar dilindungi untuk mengatasi Isu” kurangnya pengetahuan dan rasa Ingin tahu Masyarakat terhadap  larangan kepemilikan Satwa Liar yang dilindungi di Kota Sorong”, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat mengajak serta anak-anak Rumah Baca Mahardika Kokoda yang terletak di Kampung Warmon Kokoda Sp.3 Kelurahan Maksubun, Kabupaten Sorong untuk turut serta dalam upaya Perlindungan satwa liar.

  

Konservasi bukan hanya untuk kawasan konservasi ataupun masyarakat sekitar hutan, terlebih lagi menyangkut satwa liar dilindungi yang bisa ada dimana saja dan kejahatan terhadap satwa liar yang bukan hanya berasal dari dalam hutan melainkan juga factor diluar hutan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pencegahan-pencegahan melalui kegiatan seperti ini. Hal inilah yang menjadi alasan upaya konservasi harus sampai  ke rumah baca Mahardika Kokoda. Sangat Penting untuk mengajak anak-anak mengenal konservasi dan melibatkan mereka dalam upaya-upaya konservasi khususnya dalam Perlindungan satwa liar sejak dini. Karena pada masa 0-6 tahun atau yang biasa disebut golden age, seorang anak mengalami masa yang sangat pesat dalam pertumbuhan dan perkembanganya, serta merupakan usia yang sangat baik dalam mengingat. Mereka lebih mudah mengingat sesuatu dari yang dilihat secara kasat mata ataupun yang didengarkan dari sekitar mereka. Hal inilah yang mendasari BBKSDA Papua Barat untuk memulai mengenalkan konservasi, khususnya dibidang perlindungan satwa liar dengan metode-metode pendekatan dan penyampaian yang mudah diterima oleh anak-anak. Anak-anak suku Kokoda nampak bersemangat dan antusias mendengarkan kata demi kata dari  cerita satwa liar yang sampaikan dalam bentuk cerita.

 

BBKSDA Papua Barat menyampaikan pesan konservasi tersebut melalui cerita fabel, mengenalkan Cendrawasih Kecil (Paradisae minor), Kakatua Koki (Cacatua galerita), Kakatua Raja (Probosciger aterrimus), Kasuari (Casuarius casuarius) dan Julang Papua (Rhyticeros plicatus)  sebagai satu keluarga bahagia yang hidup di hutan, namun mati karena ditembak oleh pemburu. Dan menyebabkan semua hewan lainnya memilih untuk pergi meninggalkan hutan karena merasa hutan sudah tidak aman lagi untuk dijadikan sebagai tempat hidup. Cerita ini bertujuan untuk menumbuhkan keperdulian dan rasa cinta anak-anak terhadap hutan dan bagian-bagiannya. Hal itu dapat terlihat dari reaksi atau tanggapan anak-anak suku Kokoda yang sangat antusias bertanya tentang nasib selanjutnya satwa-satwa dalam cerita diatas dan tidak sedikit pula tercetus tanggapan buruk untuk sikap tokoh Manusia dalam cerita tersebut.

BBKSDA Papua Barat juga mengajak anak-anak suku Kokoda untuk ikut serta melindungi satwa liar dengan cara membudayakan kata “Stop Tangkap Burung, Biarkan Burung bebas terbang di Alam” kepada setiap orang yang ditemui. Hal ini juga merupakan bentuk dukungan Kepala Balai Besar KSDA Papua Barat (R. Basar Manullang) yang  bertujuan menumbuhkan semangat belajar dan rasa ingin tahu anak-anak Suku Kokoda, Beliau percaya dengan metode pendekatan yang baik dalam bentuk komunikasi  intensif serta efektif yang menyenangkan akan dapat membantu perkembangan anak, semakin sering terjalin komunikasi akan menjadikan anak lebih percaya diri, lebih ceria dan akan meningkatkan kecerdasan anak. “Mereka masih banyak yang malas untuk sekolah dan lebih pilih mancing ikan atau main di kebun, sehingga saya juga masih terus berusaha termasuk dengan membangun rumah baca ini disini bersama mitra, terang Marjito Kanigoro.

 

Sumber: Balai Besar KSDA Papua

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini