Balai Besar KSDA NTT Menuju Festival Menipo 2019

Rabu, 16 Oktober 2019

Kupang, 15 Oktober 2019. Pada Senin (14 Oktober 2019), Balai Besar KSDA NTT melangsungkan audiensi dengan para jurnalis untuk menyampaikan informasi mengenai Festival Menipo 2019, yang merupakan bagian dari Role Model Pengembangan Ekowisata TWA Menipo Berbasis Tiga Pilar (adat, agama dan pemerintah). Di depan para rekan media, Kepala Balai Besar KSDA NTT (Ir. Timbul Batubara, M.Si) menyampaikan bahwa guna meningkatkan pengelolaan TWA Menipo, pada tahun 2019 ini Balai Besar KSDA NTT melaksanakan Pengembangan Ekowisata TWA Menipo Berbasis Tiga Pilar (adat, agama dan pemerintah). Tujuan Role Model ini adalah untuk menggugah kesadaran sikap, perilaku dan partisipasi masyarakat serta peran kelompok adat, agama dan pemerintah dalam peningkatan pengelolaan ekowisata di TWA Menipo dengan dilengkapi sarana dan prasarana pendukung sehingga berdampak pada adanya kunjungan wisata domestik maupun asing yang berkunjung ke TWA Menipo secara berkesinambungan.

Pengembangan ekowisata ini berbasis tiga pilar, artinya dalam peranan/tindakan, SOP dan sumber dayanya berasal dari tiga pilar.  Kelompok adat berperan dengan mengeluarkan aturan adat yang mendukung pengelolaan ekowisata TWA Menipo. Pemerintah desa Enoraen telah memberikan dukungan pengembangan ekowisata dengan pembangunan pondok wisata yang saat ini sedang dalam tahap pembangunan. Dukungan dari kelompok agama adalah dukungan secara keimanan yang akan terus mengingatkan untuk melestarikan TWA Menipo sebagai bagian dari ibadah kepada Tuhan. Salah satu implementasinya adalah pada akhir bulan Oktober ini rencananya akan dibentuk “keluarga ekologis”.  Keluarga ekologis ini bertujuan sebagai wadah bagi kelompok agama di Menipo dalam berperan melestarikan TWA Menipo melalui berbagai aksi konservasi dalam rangkaian ibadah. Pada Bulan Oktober ini juga akan diadakan pertemuan SKPD terkait di Pulau Menipo untuk membahas mengenai peranan berbagai stakeholder dalam pengembangan ekowisata di Menipo.

Puncak acara dari role model ini adalah akan digelarnya Festival Menipo yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, sikap, perilaku dan partisipasi masyarakat serta peran kelompok tiga pilar dalam pengembangan ekowisata di Menipo. Acara tersebut akan berlangsung pada bulan November 2019, yang rangkaian kegiatannya telah dimulai sebelumnya dengan pelaksanaan agenda, yaitu :

  1. Pengembangan ekonomi kreatif
  2. Lomba fotografi
  3. Lomba melukis
  4. Lomba mewarnai untuk siswa TK dan SD
  5. Pembentukan keluarga ekologis di TWA Menipo
  6. Pembuatan jalur hijau dengan penanaman pohon bebuahan di wilayah daerah penyangga Desa Enoraen, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang.
  7. Karnaval Menipo di kegiatan Car Free Day pada hari Sabtu Tanggal 9 November 2019.
  8. Puncak Perayaan Festival Menipo pada Tanggal 12 November 2019.

Taman Wisata Alam (TWA) Menipo-Kabupaten Kupang memiliki luas 2.449,50 hektar, persisnya berlokasi di tepi timur bagian selatan wilayah Kabupaten Kupang. Jaraknya dari Kota Kupang sekitar 119 km bila melalui jalur Oesao-Oekabiti-Ponain-Tesbatan-Bikoen atau 124 km bila melewati Batuputih di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Pada wilayah utara Pulau Menipo merupakan pulau utama, yaitu Pulau Timor, yang secara administratif merupakan bagian dari wilayah Desa Enoraen, Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang. 

Sebelum menjadi TWA, status Menipo  ditunjuk sebagai suaka margasatwa (SM) dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 749/Kpts/Um/12/1997 tanggal 30 Desember 1977.  Penunjukkan ini dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa wilayah Menipo merupakan habitat satwa liar seperti: rusa, dara laut, angsa laut, dll. 

TWA Menipo merupakan miniatur ekosistem yang ada di Pulau Timor yang meliputi beberapa ekosistem, yaitu hutan Mangrove, padang savana dengan pohon lontar, pantai pendaratan penyu, habitat buaya muara dan hutan tropika kering. Sebagian wilayah merupakan pulau kecil seluas 571 hektar, dengan panjang  7328 meter dan lebar 700 meter. Wilayah ini penting secara konservasi karena merupakan habitat satwa langka yang hidup di pulau kecil yang terisolir dari daratan utama Pulau Timor dan merupakan habitat satwa dan burung-burung laut pada pasang surut. Satwa langka yang hidup di wilayah daratan pulau ini adalah kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea parvula) dan rusa timor (Rusa timorensis). Pada wilayah perairan di sekitarnya, Pulau Menipo hidup buaya muara (Crocodylus porosus) dan pada wilayah pantai merupakan nesting site dari penyu lekang (Lephidochelys olivacea), penyu sisik (Erecmohelys imbricata) dan penyu hijau (chelonia mydas).

Sumber : Kehumasan BBKSDA NTT

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini