Tanagupa sebagai Rumah Baru bagi Arang, Bara dan Jerit

Senin, 30 September 2019

Kayong Utara, 27 September 2019. Taman Nasional Gunung Palung (TANAGUPA) kedatangan 3 penghuni baru bernama Arang, Bara dan Jerit. Mereka adalah Orangutan yang terlibat konflik dengan masyarakat yang diduga disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan  di luar kawasan TANAGUPA, tepatnya di lanskap Sungai Putri – Gunung Palung. Ketiga Orangutan ini ditranslokasikan ke kawasan Bukit Kubang yang berada di wilayah kerja RPTN Batu Barat, SPTN Wilayah II Teluk Melano, Kec. Simpang Hilir, Kab. Kayong Utara.

          Arang dan Bara diselamatkan di Desa Sungai Awan Kiri pada tanggal 16 September 2019 sedangkan Jerit diselamatkan di Desa Kuala Satong pada tanggal 21 September 2019. Walaupun diselamatkan di dua lokasi yang berbeda, ketiga Orangutan ini menghadapi masalah yang sama yaitu kehilangan habitat yang diduga akibat kebakaran hutan dan lahan. Sepanjang tahun 2019 sampai dengan 22 September 2019 terdapat 87 Hotspot di sekitar kawasan TANAGUPA. Berdasarkan data Hotspot dan ground check yang sudah dilakukan di lapangan, banyak titik hotspot yang berada di lanskap Sungai Putri – Gunung Palung, dimana pada lanskap ini terdapat jumlah populasi Orangutan yang besar. Berdasarkan dokumen Strategi dan Rencana Aksi (SRAK) Orangutan 2019-2029, terdapat 3.280 individu Orangutan di landskap Sungai Putri – Gunung Palung.

          Ketiga Orangutan ini ditranslokasikan oleh tim gabungan TANAGUPA, BKSDA Kalimantan Barat dan Yayasan IAR Indonesia. TANAGUPA bersama para pihak sudah mengantisipasi dampak kejadian kebakaran hutan terhadap Orangutan dengan menyiapkan beberapa lokasi yang sudah disurvei daya dukungnya. Salah satu lokasi yang dipilih adalah Bukit Kubang. Hal ini didasarkan pada ketersediaan pakan yang cukup tinggi.

“Kami mengundang BKSDA Kalbar dan YIARI untuk rapat bersama membahas antisipasi dampak kebakaran hutan dan lahan terhadap Orangutan. Awalnya translokasi akan dilakukan di Riam Bekinjil, akan tetapi karena beberapa pertimbangan, dilakukan survey ulang dan diputuskan Bukit Kubang sebagai tempat translokasi. Saat ini TANAGUPA adalah rumah bagi ±2.000 Orangutan. Dengan populasi yang besar ini, sangat penting memilih tempat translokasi yang cocok” ujar Kepala Balai TANAGUPA, M. Ari Wibawanto.

          Direktur Program YIARI, Karmele L. Sanchez menambahkan bahwa YIARI sangat mengapresiasi upaya dari TANAGUPA dalam menjamin kelestarian Orangutan. “Kami sangat apresiasi upaya dari TANAGUPA untuk menjaga biodiversity dan habitat orangutan dan menyelamatkan lokasi TANAGUPA dari kebakaran. Landscape TANAGUPA dan Sungai Putri merupakan suatu metapopulasi Orangutan yang cukup penting dengan jumlah yang diperkirakan 3,280 (PHVA 2016) dengan viabilitas cukup tinggi. Orangutan ini berasal dari metapopulasi tersebut dari lokasi di pinggir habitat yang sedang berada di bawah tekanan dari encroachment, kebakaran dan konflik. Oleh karena itu tempat yang paling tepat untuk translokasi orangutan ini adalah di TANAGUPA, lokasi yang masih aman dan berada dalam metapopulasi yang sama” tambah Karmele.

          Kepala BKSDA Kalbar menyatakan bahwa keberhasilan penyelamatan 3 Orangutan ini tidak lepas dari kerja sama yang baik dari semua pihak. “Keberhasilan melakukan penyelamatan satwa liar, khususnya Orangutan, dari lokasi lahan/hutan yang terbakar kali ini dilakukan atas kerja sama BKSDA Kalbar, Balai TANAGUPA dan mitra YIARI, di satu sisi ini merupakan sebuah capaian tetapi di sisi lain menggambarkan sebuah keprihatinan yang mendalam. Kegiatan penyelamatan tersebut hanyalah sebuah tindakan kecil, bahkan sangat kecil, dibandingkan dengan langkah-langkah dan kebijakan yang seharusnya diambil untuk menghentikan dan mencegah bencana yang berkelanjutan dan berulang ini. Sebuah bencana yang berdampak luas dan mematikan bagi kehidupan” kata Sadtata Noor Adirahmanta selaku Kepala Balai KSDA Kalbar.

          Sepanjang tahun 2018 - 2019 TANAGUPA sudah menerima 7 individu Orangutan dimana dari 7 Orangutan ini, 5 diantaranya ditranslokasikan ke Bukit Kubang. Jika masalah kebakaran hutan tidak bisa diatasi, bukan tidak mungkin Orangutan yang ditranslokasikan ke kawasan TANAGUPA akan terus bertambah. Oleh karena itu perlu alternatif lokasi lain yang cocok untuk tempat translokasi Orangutan.

          “Untuk di TANAGUPA sendiri kami memiliki 3 alternatif tempat translokasi yang sudah kami survei daya dukungnya yaitu Riam Bekinjil, Bukit Kubang dan Bukit Daun Sandar. Kami sudah menerima 7 individu Orangutan yang ditranslokasikan ke kawasan kami, 5 diantaranya ke Bukit Kubang. Langkah kami ke depan bersama para pihak terkait yaitu BKSDA Kalbar dan YIARI akan melakukan survei lokasi-lokasi lain di luar TANAGUPA yang cocok untuk dijadikan tempat translokasi agar populasi Orangutan tidak menumpuk di satu tempat saja. Hal ini penting dilakukan untuk menjamin kelangsungan hidup Orangutan. Apabila tempat translokasi hanya terbatas di 3 tempat tadi, kami khawatir justru akan menimbulkan masalah di kemudian hari. Translokasi sebenarnya adalah solusi terakhir dalam upaya penyelamatan Orangutan. Seharusnya yang kita lakukan bersama adalah menjaga habitat Orangutan yang tersisa sekarang. Arang, Bara dan Jerit adalah contoh bahwa Orangutan benar-benar berada di dalam ancaman. Oleh karena itu saya mengajak semua masyarakat dan juga semua pihak untuk tidak melakukan pembakaran hutan,  tidak menebang hutan dan juga tidak melakukan perburuan liar.” tutup Kepala Balai TANAGUPA

Sumber: Balai Taman Nasional Gunung Palung

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Belum terdapat komentar pada berita ini