Jumat, 12 Juli 2019
Kupang, 11 Juli 2019. Di depan awak media NTT, Kepala Balai Besar KSDA NTT menyajikan Kopiko. Kopiko ini bukan merk makanan kecil, melainkan akronim dari Kopi Pagi Konservasi. Acara ini diselenggarakan dengan tujuan untuk menyampaikan informasi tentang empat topik yaitu rencana pelepasliaran biawak komodo di Pulau Ontoloe, repatriasi kura-kura leher ular Rote, Festival Menipo, dan Hari Konservasi Alam Nasional 2019.
Kepala Balai Besar KSDA NTT dengan didampingi oleh Kepala Bidang Teknis, Kepala Seksi Pelayanan dan Pemanfaatan, serta Kepala Seksi Perencanaan, Pengawetan, dan Perlindungan menyampaikan bahwa Balai Besar KSDA NTT bersama dengan Balai Besar KSDA Jawa Timur akan melaksanakan pelepasliaran enam ekor biawak komodo di Pulau Ontoloe (TWAL 17 Pulau), Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada. Keenam ekor biawak komodo tersebut adalah hasil sitaan Kepolisian Daerah Jawa Timur beberapa waktu lalu.
Pemilihan lokasi pelepasliaran di Pulau Ontoloe berdasarkan pada kajian LIPI yang menyatakan bahwa DNA keenam ekor biawak komodo tersebut sesuai dengan biawak komodo yang menghuni Pulau Ontoloe. Kepala Balai Besar KSDA NTT juga menambahkan dengan adanya tambahan biawak komodo tersebut akan meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung ke TWAL 17 Pulau, menggerakkan roda perekonomian setempat, sehingga masyarakat di sekitar kawasan pun akan menerima manfaat secara finansial.
Jika di Flores terdapat biawak komodo yang endemik, maka di Rote pun pernah menjadi rumah bagi kura-kura leher ular Rote. Menjadi satu dari 25 spesies kura-kura paling terancam punah di dunia, status keterancamannya dikategorikan CR (PEW) atau Possibly Extinct in the Wild. Sejak tahun 2018, kura-kura leher ular Rote dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor P.106/Menlhk/Setjen/Kum.2/12/2018.
Upaya konservasi yang telah dilakukan yaitu penelitian populasi (2005) namun tidak berhasil menemukan spesies liar di alam, pelepasliaran 40 ekor kura-kura leher ular Rote di Danau Peto (2009), pengembangbiakan ex-situ (sejak 2009), inisiasi program konservasi kura-kura leher ular Rote ke alam (sejak 2016), dan pengusulan 3 danau (Peto, Lendoen, dan Ledulu) menjadi kawasan ekosistem esensial (KEE) yang melindungi habitat dan kura-kura leher ular Rote. Pemerintah Provinsi NTT telah memberikan dukungan nyata melalui terbitnya Keputusan Gubernur NTT Nomor : 204/KEP/HK/2019 tentang Kawasan Ekosistem Esensial Lahan Basah sebagai Habitat Kura-kura Leher Ular Rote (Chelodina mccordi) di Kabupaten Rote Ndao, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Untuk mendukung pengembalian populasi kura-kura leher ular Rote, Balai Besar KSDA NTT menjalin kerjasama dengan Wildlife Conservation Society Indonesia Program (WCS-IP), dimana pada tanggal 26 Juni 2019 telah diserahkan fasilitas koloni asuransi kura-kura leher ular Rote. Serah terima kandang asuransi yang akan digunakan untuk repratiasi dari kebun binatang di luar negeri ke Indonesia dilakukan oleh Direktur WCS-IP kepada Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara Timur (BBKSDA NTT). Fasilitas yang pertama di Indonesia ini berfungsi sebagai tempat asuransi (menjaga) untuk koloni kura-kura rote yang nantinya akan direintroduksi ke alam liar. Selain sebagai suplai untuk reintroduksi ke alam, kura-kura yang ada akan difasilitasi dan tetap dijaga untuk mempertahankan eksistensi populasinya.
Terkait dengan kegiatan pariwisata di NTT, khususnya di Pulau Timor, Balai Besar KSDA NTT berkomitmen untuk mengembangkan wisata alam TWA Menipo (Kecamatan Amarasi Timur, Kabupaten Kupang) melalui tiga pilar (pemerintah, adat, dan agama) dengan gong besarnya adalah penyelenggaraan Festival Menipo di bulan November 2019 ini. TWA Menipo adalah miniatur dari alam Pulau Timor yang layak menjadi destinasi wisata alam minat khusus. Lebih istimewa lagi masyarakat mampu berdampingan dengan satwa buas buaya muara namun belum pernah terjadi konflik satwa dan manusia. Fabel yang diyakini masyarakat Enoraen pun menyatakan kearifan lokal cara mereka bergaul dan hidup bersama alam akan membawa harmoni dalam kehidupan.
Harmoni antara alam dan budaya inilah yang akan menjadi tema utama dalam Hari Konservasi Alam Nasional 2019, tanggal 5-8 Agustus 2019 dimana Balai Besar KSDA NTT menjadi salah satu partisipan. Tema yang diusung oleh Balai Besar KSDA NTT adalah Konservasi Milenial Berbasis Tiga Pilar di Provinsi NTT. Dalam event tersebut Balai Besar KSDA NTT akan menyajikan gambaran harmonisasi antara budaya dan alam di kawasan konservasi Flobamorata dan menampilkan aksi Duta Lingkungan Hidup memetik senar sasando membawakan nada yang mengirimkan pesan konservasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Sumber : Dewi Indriasari - Balai Besar KSDA Nusa Tenggara Timur
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0