Jumat, 05 Juli 2019
Jumat, 5 Juli 2019.Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKpS) termasuk wilayah perairan Laut Jawa di bagian utara Teluk Jakarta. TNKpS mempunyai sumber daya alam yang khas, yaitu keindahan alam laut dengan ekosistem karang yang unik seperti terumbu karang, ikan hias dan ikan konsumsi, echinodermata, crustacea, molusca, penyu, tumbuhan laut dan darat, mangrove, padang lamun, dan lain-lain.
Dengan adanya sumber daya alam tersebut ancaman kerusakan karang selain karena perubahan iklim, terjadi karena berlangsung aktivitas kegiatan manusia dan penangkapan ikan dengan cara merusak (destruktif) yang mengakibatkan terumbu karang mengalami kerusakan dengan sangat cepat sehingga memengaruhi ekosistem laut secara keseluruhan.
TNKpS dalam pemulihan terumbu karang telah banyak berupaya melalui beberapa metode, antara lain: transplan ditanam pada lubang karang, transplan diikat pada substrat semen (menggunakan rak), transplan diikat oleh kabel/ tali ( rak gantung) dan yang terakhir metode akresi mineral (biorock).
Metode Biorock merupakan suatu proses teknologi deposit elektro mineral yang berlangsung di dalam laut, biasanya disebut juga dengan teknologi akresi mineral. Biorock bekerja menggunakan proses elektrolisis air laut, yaitu dengan meletakkan dua elektroda di dasar laut dan dialiri dengan listrik tegangan rendah yang aman sehingga memungkinkan mineral pada air laut mengkristal di atas elektroda.
Pada tahun 2017 tepatnya di perairan Pulau Sepa, TNKpS melakukan upaya pemulihan karang dengan menggunakan metode biorock dengan dukungan dari Yayasan Terumbu Rupa yang mengkreasikan instalasi seni bessi berbentuk piramid yang berjumlah 2 buah.
Dalam perjalanannya diperlukan pemeliharaan serta monitoring pertumbuhan karang. Kegiatan yang dilaksanakan pada tgl 19 Juni 2019 oleh Mufti Ginanjar (Kepala SPTN Wil II P. Harapan), Arie Subagja (Polhut SPTN Wil II), Gozali (Staf SPTN Wil II) serta 1 orang mahasiswi dari kedokteran hewan IPB melakukan pemeliharan dengan membersihkan instalasi biorock dari ancaman pertumbuhan karang seperti sponge serta menambal sulam sebanyak 145 bibit yang mati dan ditempatkan pada media tersebut.
Hasil dari metode biorock selama 2 tahun tersebut dapat berkembang dengan adanya anakan karang yang mengendap dan tumbuh rata-rata 4 cm pada media tersebut. Dengan berkembangannya beberapa karang pada media rak diharapkan metode biorock menjadi salah satu alternatif dalam pemulihan ekosistem karang yang ada di TNKpS.
Sumber: Arie Subagja (Polisi Kehutanan) - Balai TN Kepulauan Seribu
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0