Pemetaan Lokasi Strategis Bersama Para Penyintas Banjir Bandang di Bagian Utara Pegunungan Cycloop

Selasa, 02 April 2019

Jayapura, 31 Maret 2019. Kepala Balai Besar KSDA Papua, Edward Sembiring, S.Hut., M.Si. bersama Kepala Bagian Tata Usaha, Abdul Azis Bakry, S.Pi., M.Si.,  melakukan kunjungan ke wilayah kerja Resort Tepera Yewena Yosu dan Ravenirara, yang terkena dampak bencana banjir bandang. Hadir pula dalam kunjungan tersebut Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua, Ketua Dewan Adat Suku Tepera Yewena Yosu, Kepala Seksi Konservasi Wilayah IV Sarmi, staf BBKSDA Papua dan BPKH Wilayah X Jayapura, Kepala Resort Ravenirara, dan Masyarakat Mitra Polhut (MMP).

Kunjungan terfokus di tiga kampung, yaitu Kampung Yongsu Desoyo di wilayah kerja Resort Tepera, serta Kampung Ormu Wari dan Nachatawa yang menjadi wilayah kerja Resort Ravenirara. Berdasarkan investigasi di lapangan yang dilakukan tim Resort Ravenirara bersama MMP, tidak terdapat korban jiwa dalam tragedi banjir bandang pada 18 Maret lalu. Masyarakat dapat mengantisipasi dengan segera meninggalkan perkampungan, mencari tempat-tempat yang aman dari jalur air bah dan luapan sungai. Namun kerusakan sarana dan prasarana dapat dikatakan sangat parah. Selain rumah-rumah warga yang hanyut terbawa arus air, fasilitas umum berupa balai kampung, puskesmas, dan pos yandu juga mengalami kerusakan sangat berat.

Edward Sembiring menyatakan, “Kunjungan ini untuk membangun diskusi bersama masyarakat yang terkena dampak banjir, salah satunya terkait pemetaan lokasi strategis agar ke depannya masyarakat dapat membangun hunian di lokasi-lokasi yang aman dari berbagai bentuk gejala alam. Contohnya banjir bandang seperti ini. Kalau masyarakat bermukim di lokasi-lokasi aman, tentu tidak akan terkena dampak, atau paling tidak dampak itu dapat diminimalkan.”

Pada kunjungan tersebut, Balai Besar KSDA Papua memberikan bantuan berupa peralatan memasak untuk para penyintas, sebagai barang yang mereka perlukan secara mendesak. Mengingat kampung-kampung yang menjadi target kunjungan ini terletak di balik Pegunungan Cycloop bagian utara, akses masyarakat ke dunia luar cukup rumit dalam kondisi sekarang. Satu-satunya alat transportasi yang dapat mereka gunakan untuk menjangkau pasar dan berbagai fasilitas lainnya adalah perahu atau speed boat. Mereka harus menerobos garangnya ombak Samudera Pasifik selama kurang lebih dua jam untuk mencapai Kota Jayapura. Namun saat ini masyarakat belum dapat beraktivitas senormal bisanya, meski harapan untuk segera bangkit tampak jelas di mata mereka. [] 

Sumber            : Balai Besar KSDA Papua

Call Center      : 0823-9802-9978   

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini