Burung Gosong Pilipina Teridentifikasi di TN Babul

Jumat, 09 November 2018

Pangkep, 9 November 2018. Merayakan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung merilis foto perjumpaan pertama gosong filipina (Megapodius cumingii gilbertii G.R. Gray, 1862). Perjumpaan burung  yang berkerabat dekat dengan maleo ini terekam di wilyah Resor Tondong Tallasa melalui kamera jebak (trap). Kamera ini dipasang pada salah satu lokasi diduga sebagai habitat satwa ini.

Keberadaan burung penimbun telur ini berdasarkan informasi dari masyarakat setempat. Kepala SPTN Wilayah I Balocci kemudian menanggapainya dengan menugaskan personil Resor Tondong Tallasa untuk melakukan pengamatan burung ini di lokasi dugaan habitatnya. Dugaan habitatnya berada di bawah kaki Gunung Tondong Karambu, gunung tertinggi di kawasan konservasi ini.

Personil resor mengamati satwa ini selama sebelas hari dimulai tanggal 29 Oktober 2018 sampai dengan 8 November 2018. Selama beberapa hari tim ini melakukan pencarian di hutan, namun tak membuahkan hasil. Satwa ini terkenal cukup pemalu sehingga sulit menjumpainya secara langsung. Dengan bantuan kamera trap akhirnya mereka pun berhasil memperoleh dokumentasi sang burung abu-abu ini.

“Hasil analisis foto, terdapat dua ekor burung gosong filipina yang tertangkap kamera,” terang Abdul Rasyid, Kepala Resor Tondong Tallasa.

Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI nomor 92 tahun 2018, seluruh jenis burung gosong (Famili Megapodidae) dikategorikan sebagai jenis satwa yang dilindungi.

Burung gosong mirip seperti ayam ukuranya sekitar 35 cm. Berwarna coklat zaitun dan abu-abu dengan bagian muka berwarna merah tua. Hampir tidak berjambul dan memiliki ekor yang pendek. Jantan dan betina memiliki perawakan yang mirip (Kutilang Indonesia 2013).

Burung ini memiliki suara yang unik. Suaranya seperti suara ratapan berulang ”miaouw” seperti kucing. Burung ini sering bersuara pada malam hari sehingga terdengar sedikit menakutkan.

Burung ini hidup di belukar pantai hingga hutan pegunungan. Pelari cepat yang hidup di lantai hutan. Beberapa populasi membangun sarang gundukan yang sangat besar, tetapi di Sulawesi jenis ini kebanyakan menggali liang di antara akar-akar pepohonan hutan. Ia lebih menyukai pohon-pohon mati dan membusuk (Holmes dan philipps 1999).

“Perjumpaan gosong pilipina yang tertangkap kamera trap ini adalah informasi yang baik bagi TN Babul. Keberadaan jenis ini belum pernah teridentifikasi sebelumnya. Karenanya menjadi tambahan data spesies satwa di kawasan TN Babul,” pungkas Kepala SPTN Wilayah I, Iqbal Abadi Rasjid.

“Dengan perjumpaan burung gosong ini TN Babul memiliki 155 jenis burung,” tambahnya.

Berkurangnya habitat, perburuan, dan pengambilan telur adalah ancaman berkurangnya populasi burung ini. Pengambilan telur adalah ancaman terbesarnya   karena masih menjadi primadona masyarakat untuk dikonsumsi sehingga proses regenerasinya terhambat.

Upaya perlindungan melalui bekerjasama dengan sejumlah pihak perlu ditingkatkan.  Organinsasi kompeten seperti Burung Indonesia, pemerhati burung, dan masyarakat lokal tentunya perlu dijalin dengan semangat kerja bersama untuk menjaga kelestraian burung gosong ini.

 

Sumber : Ramli - PEH Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini