Rabu, 10 Oktober 2018
Kuningan, 10 Oktober 2018. "Orang yang mau maju adalah orang yang mau keluar dari zona nyaman", kutipan singkat Andy, salah satu presenter acara yang menginspirasi banyak orang, Kick Andy.
Begitu pula dengan Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Tidak hanya menjalankan tugas pokok dan fungsinya, namun bagaimana menjadikan "sudut masalah" menjadi kekuatan.
Bukan hal yang aneh apabila suatu kawasan konservasi khususnya taman nasional pasti memiliki masalah sosial dengan masyarakat sekitar. Gangguan terhadap kawasan kian hari semakin meningkat, mulai dari illegal logging, perburuan liar, ataupun perambahan.
Manusia yang hidup di sekitar kawasan taman nasional selalu dianggap menjadi "permasalahan" yang tidak akan berakhir, apabila tidak ada strategi bagaimana membuat mereka menjadi penguat bagi pengelolaan kawasan.
Hal sederhana inilah yang dilakukan oleh Balai TNGC, yang berdampak positif khususnya bagi masyarakat sekitar. Proses yang memerlukan waktu yang cukup panjang bagaimana meyakinkan masyarakat bahwa kawasan TNGC tidak hanya bermanfaat secara ekologi namun ekonomi dan sosial.
Selama masalah ekonomi dan sosial tidak terselesaikan maka yakinlah akan terus ada masalah terhadap kawasan.
Pagi ini, (29/9) Balai TNGC kembali didatangi tamu dari TN Sebangau sebanyak 17 orang yang terdiri dari staf Balai TN Sebangau, "World Wide Fund for Nature" (WWF) dan masyarakat pengelola wisata alam TN Sebangau.
"Kalau semua masalah hanya dihindari, bukan dihadapi yang kita lakukan adalah mengumpulkan bom yang suatu saat akan meledak. Memang harus sabar untuk menghadapi masyarakat maupun stakeholder yang belum memahami pengelolaan kawasan taman nasional", ucap Rizal, Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada saat menyambut tamu dari TN Sebangau.
Pembelajaran dua arah ini dilakukan selama dua hari. Setelah diskusi di kantor Balai TNGC, peserta akan diajak diskusi langsung dengan pelaku pengelola wisata alam oleh masyarakat sekitar di Curug Cipeuteuy, Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Majalengka.
Curug Cipeuteuy merupakan pioner wisata alam yang dikelola oleh masyarakat sekitar. Pengelolaan dilakukan sejak tahun 2011 yang sebelumnya status pengelola adalah kelompok yang disahkan Kepala Desa Bantaragung. Namun saat ini sudah berubah menjadi badan usaha koperasi. Bahkan beberapa bulan lalu, menerima peringkat pertama desa binaan terbaik pada Hari Konservasi Alam Nasional Tahun 2018.
Hari berikutnya, peserta diajak ke lokasi wisata alam yang baru ditata secara swadaya tahun 2018 oleh masyarakat sekitar yaitu Bukit Kahiyang, yang merupakan salah satu kawasan rawan kebakaran di SPTN Wilayah I Kuningan.
Kemudian dilanjut kunjungan ke Bumi Perkemahan Ipukan yang menampilkan spot indah dan satwaliar key spesies "Surili" dan "Kodok Merah Ciremai".
Pembelajaran dua arah ini tentunya berdampak positif, baik masyarakat pengelola wisata alam selaku tuan rumah maupun tamu yang datang dari TN Sebangau. Khususnya bagi masyarakat sekitar kawasan TNGC saat ini sudah "percaya diri" sebagai tuan rumah bahwa perjuangan yang telah mereka lakukan tidak sia-sia.
"Kami bangga menjadi bagian dari TNGC, siapa saja yang mengusik TNGC akan berhadapan dengan kami terlebih dahulu" ucap Martha, ketua Koperasi Agung Lestari yang juga diamini seluruh masyarakat pengelola wisata alam lainnya. [teks © Nisa, foto © Agus Y-BTNGC | 092018]
Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Ciremai
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0