Dinamika Usaha Pemanfaatan Jasa Wisata Alam Gunung Ciremai

Selasa, 09 Oktober 2018

Kuningan, 9 Oktober 2018. Salah satu cara untuk mewujudkan masyarakat setempat sebagai subyek dalam pengelolaan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) ialah melalui pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Jasa Wisata Alam (IUPJWA).

IUPJWA dapat diajukan oleh badan hukum usaha seperti Koperasi dan Perusahaan (PT, CV, Firma dan sebagainya) serta perorangan. 

Pemegang IUPJWA badan hukum usaha masih sedikit peminatnya. Diantaranya Koperasi Agung Lestari di wisata alam Curug Cipeuteuy, CV. Wisata Putri Mustika di Bumi Perkemahan Palutungan dan Perusahaan Daerah Aneka Usaha (PDAU) Kuningan di wisata alam Kolam Cigugur, Balong Dalem, Cibunar, Cibeureum, Paniis-Singkup, Telaga Remis dan Telaga Nilem. 

Sedangkan pemegang IUPJWA perorangan amat diminati masyarakat gunung Ciremai hingga mencapai lebih dari 90 orang. 

Jenis IUPJWA meliputi Pramuwisata, Makanan dan Minuman, Perjalanan Wisata dan Cinderamata. 

Masa berlaku IUPJWA yakni satu hingga dua tahun dan dapat diperpanjang setelah mendapatkan rekomendasi hasil evaluasi Balai TNGC. 

Dari sekian jenis IUPJWA di TNGC yang paling banyak pemegangnya yaitu Pramuwisata, makanan dan minuman. 

Sesuai dengan aturan yang berlaku, iuran IUPJWA perorangan yaitu seratus ribu rupiah untuk pemegang baru. Sedangkan iuran bulanannya lima puluh ribu rupiah. 

Jadi tiap pemegang IUPJWA memiliki beban yang wajib dibayar setiap bulan. Lho, bagaimana kalau tak laku? Layaknya usaha pada umumnya, para pemegang IUPJWA juga mengalami dinamika dalam menjalankan roda usahanya. Seperti dituturkan Esus, salah satu pedagang di wisata alam Situ Sangiang, Banjaran, Majalengka, Jawa Barat.

"Alhamdulillah, usaha jualan saya lancar. Pengunjung sering membeli dagangan seperti kopi, teh, aneka keripik dan rengginang", ungkapnya saat ditemui pagi tadi (2/10) sambil mengaduk segelas kopi.

Di tempat terpisah, Nana, Pramuwisata di wisata alam Puncak Sawiah, desa Sangiang, Banjaran, Majalengka, Jawa Barat, mengatakan masih sepinya pengunjung. Padahal potensi yang dimiliki tak kalah elok dengan wisata lain.

"Pengunjung jarang sekali datang ke sini. Hanya warga sekitar yang berkunjung. Itu pun belum dikenakan tiket. Oleh karenanya kantin-kantin masih sering tutup", curhatnya saat tatap muka siang tadi (2/10).

Ya, menjamurnya wisata alam di kaki gunung Ciremai menimbulkan "euforia" bagi masyarakat setempat karena dapat merasakan manfaat ekonomis dari aktifitas wisata alam baik di dalam ataupun di luar kawasan TNGC.

Tapi banyaknya destinasi wisata alam juga telah menimbulkan persaingan yang cukup ketat sehingga pengelola "berebut" pengunjung. 

Sebenarnya tak masalah bila persaingan antar pengelola wisata masih dalam kewajaran yakni persaingan sehat. 

Menyikapi hal ini, Balai TNGC sebagai pemangku kebijakan mesti turun tangan sebagai pengadil di lapangan untuk merekatkan jurang pemisah tadi. 

Yup, bimbingan teknis, pembinaan, promosi dan dana stimulan mesti terus dikucurkan Balai TNGC terutama kepada pengelola wisata yang masih baru.

Sobat Ciremai, kesejahteraan masyarakat gunung Ciremai harus kita gapai secara bersama-sama dan bukan masing-masing. So, salah satu cara melakukanya yaitu dengan tamasya ke wisata alam yang masih baru seperti Puncak Sawiah dan Gunung Putri [teks ©? Dodi Himawan, foto ©? Ruddy - BTNGC | 092018].

Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Ciremai

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini