Selasa, 09 Oktober 2018
Tapos, 9 Oktober 2018. Makin ”ngetren”, “Back to nature”, atau kembali ke alam, semakin banyak diminati masyarakat. Hal ini disebabkan karena kejenuhan dengan kehidupan perkotaan yang monoton dan kombinasi dari semakin baiknya infrastruktur dan pendapatan masyarakat kota. Persaingan pengusahaan wisata di berbagai tempat kian hari kian seru. Untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang sedang gandrung dengan ”back to nature” Balai Besar TNGGP terus mengupayakan kegiatan yang bersifat ”win-win solution” dengan masyarakat, satu diantaranya pemanfaatan potensi wisata alam di Lebak Ciherang (LBC) melalui kerjasama dengan masyarakat dan desa.
Berawal dengan masuknya kawasan hutan lindung dan hutan produksi menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) tahun 2003, dimulailah perjuangan keras mengeluarkan mantan peserta Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) di blok Lebak Ciherang. Pada tahun 2015, sebanyak 22 orang, keluar meninggalkan garapannya di hutan secara sukarela dan membentuk kelompok tani hutan (KTH) LBC Lestari. Sebagai penghargaan, KTH LBC Lestari diberi bantuan bibit kambing sebanyak 18 ekor. Namun demikian usaha pembesaran kambing ini tidak mampu mendongkrak pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Perjuangan belum berakhir, karena masyarakat yang tidak punya pekerjaan tetap, berpotensi untuk kembali merambah hutan. Untuk itu dimulailah perjuangan tahap dua, penggarap yang baru “turun gunung” itu diberi pengetahuan untuk mengembangkan usaha wisata alam karena berdasarkan hasil identifikasi Potensi Sumber Daya Alam yang dilaksanakan tahun 2016 ternyata potensi wisata alam dan minat masyarakat untuk mengembangkan wisata alam digagas oleh kelompok masyakarat
Setelah KTH LBC Lestari resmi dikukuhkan pada tahun 2016, dilakukan analisis Tipologi Desa pada tahun 2017, dengan tujuan untuk penajaman jenis usaha. Dengan mantapnya jenis usaha wisata alam yang dipilih, maka petugas Resort PTN Tapos dan Penyuluh Balai Besar TNGGP lebih gencar memperkenalkan usaha wisata alam kepada KTH LBC Lestari. Untuk menambah semangat, KTH diberi bantuan berupa sarana wisata alam, berupa peralatan “out door activity” , antara lain, tenda, sleeping bag dan generator .
Penyuluhan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, ulet, dan berkesinambungan, membuahkan hasil. Para mantan penggarap sadar bahwa fungsi dan manfaat hutan konservasi jauh lebih besar dari pada sekedar dipakai usahatani. Dari pada harus menggarap lahan hutan, mereka lebih memilih usaha wisata, dan mengusulkan agar kawasan LBC dikembangkan sebagai tempat wisata alam dengan harapan KTH LBC Lestari bisa ikut berkiprah didalamnya.
Sebagai persiapan, serta untuk menambah semangat, memperluas wawasan dan mengasah skill anggota KTH, pada tahun 2017 Balai Besar TNGGP memberikan Pelatihan Bussines Plan serta Studi Banding ke KTH Batu Luhur dan KTH Cipeuleuy binaan Balai Taman Nasional Gunung Ceremai yang sudah lama berkiprah mengembangkan usaha wisata alam di zona penyangga. Pada tahun 2018, untuk menambah wawasan tentang pengusahaan wisata di hutan kemasyarakatan dilakukan pula studi banding ke kawasan wisata alam Kalibiru dan Mangunan Jogjakarta, serta contoh managemen pengusahaan wisata di destinasi Gua Pindul Gunung Kidul.
Dengan berbagai pelatihan dan studi banding, diharapkan pengusahaan wisata alam di LBC bisa lebih baik. Sampai saat ini diketahui beberapa potensi yang harus dimanfaatkan di destinasi wisata yang berada di lereng Gn. Pangrango ini. Letaknya yang dekat dengan kota-kota besar (sekitar tujuh kilometer dari Ciawi). Disini wisatawan bisa menikmati kesejukan dan kesegaran hutan pinus, hutan rasamala dan hutan alam, beserta “view” nya yang ekslusif. Tak jauh dari pintu masuk bisa dijumpai relief batu tumpuk, berupa tebing dengan air yang mengalir di sela-sela bebantuan yang tersusun unik, menuju sungai dibawahnya yang mengalir jernih.
Beberapa ratus meter dari batu tumpuk, terdapat spot untuk melakukan kegiatan camping atau fotografi di Blok Rasamala. Bila perjalanan dilanjutkan, sekitar satu kilometer dari blok Rasalama, kita sudah sampai di “Jungle Camp”. Selain berkemah, di lokasi ini bisa dinikmati keindahan air terjun Cikamar, akrobatik berbagai jenis satwa, seperti burung, monyet, tupai dan lain-lain.
Dengan demikian kegiatan wisata yang bisa dinikmati di destinasi wisata ini adalah hutan hujan tropis dengan keanekaragaman hayatinya, serta budaya masyarakat seperti menanam padi, mengolah padi menjadi beras, menanam sayur organik, budidaya kelinci dan kesenian asli Desa Cileungsi.
Sampai saat ini para pihak telah melakukan berbagai upaya persiapan seperti, survey potensi, memperbaiki jalan setapak dalam kawasan, memelihara kebersihan lingkungan, menyiapkan lahan yang sesuai untuk tempat berkemah, membersihkan objek wisata dari semak belukar, menyiapkan lahan parkir, dan menyiapkan MCK, serta survei budaya masyarakat yang akan dikemas sebagai produk wisata yg terkoneksi.
Melihat minat dan semangat serta atas permintaan warga yang tergabung dalam KTH LBC Lestari, Kepala Desa Cileungsi Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, turut berpartisipasi dalam program pengembangan wisata alam di Lebak Ciherang oleh Balai Besar TNGGP dan KTH. Tahun 2018 Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) bergabung memperkuat kedudukan KTH LBC Lestari. Tahap selanjutnya pihak Desa Cileungsi, melalui Bumdes menginginkan dibuat IUPSWA. Namun untuk menuju kesana diperlukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, maka untuk tahap awal legalitas manajemen, sedang dipersiapkan pembuatan perjanjian kerja sama (PKS) yang akan ditindaklanjuti dengan pembuatan rencana pelaksanaan program (RPP) dan rencana keja tahunan (RKT).
Dengan beralihnya pemanfaaatan hutan dari usahatani (penggarapan lahan hutan) ke pemanfaatan jasa lingkungan (ekowisata), diharapkan “era tinggal landas” bisa segera tercapai sehingga slogan “leuweung hejo masyarakat ngejo” bisa segera terwujud. Semoga !
Sumber : Resort PTN Tapos - BBTN Gunung Gede Pangrango
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0