Pelepasliaran seekor Gajah Jantan

Selasa, 09 Oktober 2018

Sarolangun, 8 Oktober 2018. Tim gabungan BKSDA Jambi, FZS, BBKSDA Riau, dan Pelatih Gajah dari Pelatihan Gajah Minas melepas seekor gajah liar yang baru saja dipindahkan dari daerah Suo Suo, Kabupaten Tebo. Gajah berjenis kelamin jantan tersebut dipindahkan guna menyelamatkannya dari konflik yang sering kali terjadi antara manusia dan gajah di daerah Suo Suo. Habitat Gajah yang terus berkurang membuat gajah pada akhirnya mendatangi kebun-kebun milik masyarakat.

Gajah dibawa menggunakan truk fuso ke kawasan hutan PT. REKI, perjalanan memakan waktu kurang lebih 10 jam dikarenakan kondisi jalan dan mengingat bahwa yang dibawa adalah seekor Gajah liar truk tidak bisa melaju maksimal. Selama dalam perjalanan Gajah liar dibius agar tidak memberontak dan membahayakan truk pengangkutnya. Gajah liar tersebut dilepaskan di kawasan PT. REKI dengan pertimbangan hutan yang masih alami dan tidak banyak campur tangan manusia didalamnya. 

Gajah liar digiring menggunakan Gajah jinak milik Pelatihan Gajah Minas ke titik pelepasannya di RKT 2004 kawasan PT. REKI, tim gabungan berjalan kurang lebih 3 kilometer dari tempat Gajah diturunkan. Perjalanan menuju lokasi RKT 2004 tidak begitu mudah, medan yang sulit ditambah lagi kondisi penerangan yang seadanya membuat perjalanan memakan waktu kurang lebih 4 jam. Di titik pelepasan tersebut, Gajah liar dipasangkan GPS Collar terlebih dahulu oleh tim inti dari FZS dan dokter hewan. Gajah berhasil dilepaskan pada pukul 01.30 WIB, Gajah liar tersebut diharapkan dapat membentuk atau ikut ke dalam kelompok gajah – gajah yang ada di kawasan PT. REKI. Di dalam kawasan hutan PT. REKI saat ini sudah ada kelompok gajah berjumlah 8 ekor dimana hanya ada seekor gajah jantan.

Menurut IUCN (International Union for Conservation of Nature) Gajah Sumatera masuk ke dalam kategori kritis (Critically Endangered). Populasi yang terus berkurang membuat Gajah Sumatera masuk kategori kritis setelah sebelum nya ada di kategori terancam (Endangered). Berkurangnya habitat adalah faktor utama populasi Gajah Sumatera terus berkurang. Di alam liar gajah ternyata mempunyai peran penting dalam ekosistem. Gajah berfungsi sebagai penyeimbang ekosistem di alam bebas. Gajah adalah penyebar bibit tumbuhan, gajah berjalan dengan menginjak semak-semak di sekitarnya, sehingga banyak bibit tumbuhan banyak yang melekat pada kaki maupun kotorannya. Bibit-bibit tersebut mempunyai peluang untuk tumbuh di sepanjang jalur yang dilalui gajah. Semakin banyak gajah dalam satu kelompok semakin banyak pula peluang bibit-bibit itu untuk tersebar dan tumbuh.

Kepala Balai KSDA Jambi Rahmad Saleh mengatakan, ”jumlah mereka kini delapan individu. Hal itu berpotensi memicu terbentuknya kantong populasi yang lebih besar.” Translokasi pun masih akan berlanjut. Seekor Gajah bernama Karina berusia sekitar 40 tahun siap menghuni kawasan baru. Saat ini, keberadaan Karina terpisah dari kelompoknya selama bertahun-tahun. ”Karina perlu disatukan dengan gajah lainnya agar dapat membentuk keturunan. Upaya ini menjadi salah satu cara menghindari kepunahan gajah,” tegasnya.

 

Sumber : Balai KSDA Jambi

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini