Mencari Solusi Masalah, Direktur KKH Kunjungi Lokasi Konflik Gajah

Kamis, 04 Oktober 2018

Kotaagung, 4 Oktober 2018. Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Indra Exploitasi kunjungi Desa Karang Agung dan Desa Tulung Asahan Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus, lokasi yang sering terjadi konflik Gajah Sumatera dengan masyarakat 1 tahun terakhir ini, pada hari Rabu 3 Oktober 2018. Kelompok Gajah ini kerap kali menimbulkan konflik dengan masyarakat dan telah menyebabkan 2 korban jiwa, yaitu Suriptini (70 tahun) tanggal 3 Juli 2018 dan Saudah (53 tahun) tanggal 15 Agustus 2018. “Kunjungan lapangan ini bertujuan untuk melihat langsung kondisi di lapangan, agar kita dapat mengambil langkah yang tepat untuk penanganannya”, ujar Kepala Balai Besar TNBBS Ir. Agus Wahyudiyono saat mendampingi Direktur KKH meninjau lokasi konflik.

Sebelum melakukan kunjungan lapangan, Tim KKH yang dipimpin langsung oleh  Direktur KKH Indra Exploitasi mengadakan rapat membahas perkembangan penanganan konflik gajah dan manusia di Kantor Balai Besar TNBBS Kotaagung. Rapat dihadiri oleh berbagai pihak antara lain: Sekda Kabupaten Tanggamus; Dandim 0424 Tanggamus; Kepala Kejaksaan Negeri Tanggamus; Kepala Pengadilan Tanggamus; Badan Penanggulangan Bencana Daerah; Dinas Kehutanan Provinsi Lampung; KPHL Kotaagung Utara; Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia; Polres Tanggamus; Camat Semaka; RPU YABI; WWF; WCS-IP, Repong Indonesia.

Memetakan kejadian konflik, sosialisasi mengenai konflik gajah, informasi yang terkoordinasi dan peningkatan kapasitas aparat pemerintah dalam upaya mitigasi konflik gajah dan manusia merupakan langkah-langkah penanganan konflik yang disampaikan oleh Dandim 0424 Tanggamus Letkol Anang Hasto Utomo.

Project Leader WWF BBS Job Charles menyampaikan bahwa pihak WWF telah memasang GPS collar pada kelompok gajah konflik untuk memantau pergerakan gajah, akan tetapi sudah tidak berfungsi lagi dan diperlukan GPS Collar yang baru untuk menggantikannya. Masalah yang ditemui dalam proses pembelian GPS Collar adalah perijinannya, khususnya di bagian bea cukai yang memakan waktu berbulan-bulan. “Kami mengharapkan bantuan Direktorat KKH untuk dapat memperlancar proses pembelian GPS Collar”, kata Job.

“Gajah dan manusia sama pentingnya. Kita punya icon gajah, patung gajah,baju gajah, tapis gajah, tapi kalau sampai tidak ada gajah di Lampung ini, bapak-bapak bisa ditanya oleh anak cucu. Untuk itu, gajah harus diselamatkan di Lampung. Kalau ditanya, bagaimana solusinya, kita memang telah rapat beberapa kali tetapi kenapa tidak jalan. Satgas telah terbentuk dan perlu dilakukan evaluasi. Masalah utama adalah pendanaan, kita semua terbatas tetapi kalau kita bersama kita dapat mengatasinya. Untuk itu marilah kita berbagi ruang dan saling berkoordinasi. Kita kelapangan untuk mencari akar masalahnya”, papar  Direktur KKH Indra Exploitasi.

“Permasalahan yang tidak kalah pentingnya adalah ada kelompok masyarakat yang bertempat tinggal di dalam kawasan hutan Hutan Lindung Kotaagung Utara. Gajah maupun masyarakat sama pentingnya, untuk itu bagaimana kita dapat berbagi ruang, gajah terselamatkan dan di pihak masyarakat tidak ada jatuh korban lagi”, tambah Kepala Balai Besar TNBBS Ir. Agus Wahyudiyono.

Mari berbagi ruang hidup secara seimbang, Gajah Lestari Masyarakat Sejahtera…

Sumber : Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini