Selasa, 25 September 2018
Kuningan, 25 September 2018. Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) sedang berduka selama dua bulan terakhir. Pasalnya, "vegetasi savana" di dalam dan luar kawasan TNGC kering kerontang akibat kemarau. Kondisi demikian sangat berpotensi terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sampai akhir September, karhutla telah terjadi delapan kali di dua Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN). Pada area kerja SPTN Wilayah I Kuningan, kebakaran terjadi lima kali. Diantaranya satu kali di wilayah Pasawahan, dua kali di wilayah Mandirancan dan dua kali di wilayah Cilimus. Sedangkan di SPTN Wilayah II Majalengka, kebakaran terjadi sebanyak tiga kali yaitu dua kali di wilayah Sindangwangi (Blok Punduk Guha, Blok Batu Bongkok) dan satu kali di wilayah Rajagaluh (Blok Tutupan Teja).
Senin, 24 September 2018, Balai TNGC melalui Resor Perlindungan dan Pengamanan Hutan, SPTN Wilayah I Kuningan melakukan sosialisasi dan kampanye pencegahan karhutla di wilayah rawan seperti Pasawahan. Menurut peta kerawanan, wilayah itu memang mempunyai tingkat rentan karhutla yang sangat tinggi. Sosialisasi dan kampanye pencegahan karhutla menyertakan tokoh masyarakat, aparat desa, Babinsa, Masyarakat Peduli Api dan Masyarakat Mitra Polhut.
"Setiap peserta yang hadir diharapkan bisa meneruskan informasi terkait karhutla kepada masyarakat luas", tegas Oman Dede saat menyampaikan paparannya.
Sementara Barni, warga desa Pasawahan mengatakan, "Kebakaran sangat merugikan terutama abunya yang terbawa angin hingga hinggap di pemukiman. Oleh karenanya, kami siap membantu petugas".
Jelas sekali, Balai TNGC tidak mampu sendirian mengatasi karhutla. Oleh sebab itu, dibutuhkan peran aktif dari semua pihak untuk bersama-sama "memerangi" karhutla. Bencana karhutla telah terbukti menghancurkan kelestarian ekosistem hutan gunung Ciremai. Satwa liar berhamburan dan terpanggang api. Sementara tumbuhan hanya bisa pasrah menghadapi amukan "Si Jago Merah".
Singkatnya, seluruh kehidupan hutan berduka "ngajerit maratan langit, ngoceak maratan jagat" (mengalami kesedihan yang amat sangat, red). Ayo kita cegah karhutla! Karena kelestarian alam gunung Ciremai adalah "harga mati".[teks & foto © Oman Depe-BTNGC | 092018]
Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Ciremai
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0