Jumat, 14 September 2018
Kuningan, 14 September 2018. “Sampurasun” demikian kata pembuka yang disampaikan Kuswandono, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) sebagai narasumber pada kuliah umum mahasiswa baru fakultas Kehutanan UNIKU (Universitas Kuningan). Hari Kamis siang, 13 September 2018 sekitar 80 orang rimbawan-rimbawan muda dengan penuh semangat mengikuti kuliah umum dengan tema “Konservasi Sumberdaya Hutan” di Gedung Fakultas Kehutanan UNIKU.
Menarik, pada awalnya sebagian besar mahasiswa baru menganggap bahwa kegiatan konservasi hanya merupakan kegiatan perlindungan dan pengawetan saja. Ternyata kegiatan konservasi bukan hanya perlindungan dan pengawetan saja tetapi ada satu kegiatan yang sangat penting, yaitu pemanfaatan secara lestari. Ketika kegiatan pemanfaatan secara lestari di laksanakan di kawasan konservasi maka secara otomatis perlindungan dan pengawetan bisa berjalan.
Sebagai generasi jaman now kita harus mengetahui kegiatan pemanfaatan apa saja yang bisa dilakukan di kawasan konservasi. Pemanfaatan yang boleh dilakukan adalah pemanfaatan jasa lingkungan, diantaranya pariwisata alam, pemanfaatan masa air dan energi air, bahkan juga kita boleh memanfaatkan energi panas bumi. Tentunya semua ini harus melalui prosedur dan peraturan perundang undangan.
Diskusi dan tanya jawab antara narasumber dan mahasiswa diselingi dengan pemberian hadiah beberapa cenderamata TNGC kepada mahasiswa yang dapat menjawab pertanyaan dari narasumber, menjadikan rimbawan jaman now ini semakin semangat mengikuti kuliah umum. Seiring perjalanan waktu, bentuk pengelolaan TNGC telah menjadikannya banyak dikunjungi instansi lain untuk “sharing” dan lokasi tujuan “benchmarking” mengenai manajemen yang telah berjalan di kawasan TNGC. Mahasiswa dari luar Kuningan bahkan luar Jawa juga ada yang datang untuk belajar di TNGC.
Suasana semakin hangat ketika tim TNGC mengajak para rimbawan muda itu untuk nonton bareng trilogi film pendek pengelolaan TNGC bertemakan kelola ekologi, ekonomi masyarakat dan sosial budaya, “Aku Ciremai”, “Pendaki 10 Langkah” dan “Alunan Ciremai”.
UNIKU sebagai perguruan tinggi lokal yang posisinya sangat dekat dengan TNGC, bahkan bisa dikatakan TNGC merupakan halaman rumahnya UNIKU. Menjadikan TNGC sangat potensial untuk tempat belajar pengelolaan hutan konservasi bagi calon rimbawan dari generasi jaman now ini.
"Kawasan TNGC tidak akan pindah kemana-mana, UNIKU juga tetap akan ada di Kuningan. Tinggal apakah adik-adik sebagai generasi jaman now mau bijak memanfaatkan ini untuk tempat belajar atau tidak," tutup Kuswandono mengakhiri kuliah umum.
Kawasan TNGC mempunyai peran yang sangat penting dalam sistem penyangga kehidupan. Sebagai generasi jaman now banyak peran yang dapat dilakukan untuk ikut berpartisipasi dalam mengelola kawasan TNGC, diantaranya menjadi voulunter membantu masyarakat dalam pengelolaan wisata. Atau contoh kecil dengan mengunjungi medsos TNGC dan membantu untuk “share” terkait informasi promosi pariwisata alam yang dikelola masyarakat.
Sejarah penunjukan TNGC menjadi Taman Nasional yang merupakan perubahan fungsi dari Hutan Produksi dan Hutan Lindung, merupakan sesuatu yang unik dan menarik untuk sebuah kawasan konservasi. Pada awal penunjukan TNGC tahun 2004 terjadi “konflik” sosial ekonomi dari masyarakat pelaku Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM). Pada masa Perum Perhutani masyarakat melalui kegiatan PHBM boleh mengusahakan dan memanfaatkan hasil hutan. Sementara setelah menjadi TN secara otomatis PHBM tidak diperbolehkan lagi. Hal ini menjadi tantangan besar bagi pengelolaan TNGC. Setelah melalui konsolidasi dan proses panjang dan didukung adanya dinamika perubahan peraturan perundangan, akhirnya masyarakat mulai menerima hadirnya TNGC. Salah satunya melalui penerbitan Ijin Usaha Pemanfaatan Jasa Wisata Alam (IUPJWA) kepada kelompok-kelompok masyarakat tersebut. Balai TNGC hadir sebagai sentral aktivitas manajemen ramah lingkungan yang memelihara interaksi positif antara masyarakat dengan kawasan taman nasional melalui integrasi secara proporsional tiga pilar pengelolaan, yaitu kelola: ekologi, sosial budaya dan ekonomi masyarakat untuk mencapai tujuan bersama yaitu alam yang lestari dan masyarakat yang sejahtera. Saat ini sudah ada 64 Objek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) di TNGC yang sebagian besar dikelola kelompok masyarakat sekitar kawasan TNGC melalui IUPJWA. Masyarakat sekitar kawasan hutan telah menjadi bagian dalam pengelolaan TN.
Ayo datang dan kunjungi TNGC untuk belajar konservasi sumberdaya hutan dan ikut berperan aktif dalam pengelolaannya. [teks & foto © Asep Wahyudin - BTNGC | 092018]
Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Ciremai
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0