Bertani Sehat Ala TN Gunung Ciremai

Kamis, 30 Agustus 2018

Kuningan, 30 Agustus 2018. Akhir Agustus ini sampai dengan Desember 2018, Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) bekerja sama dengan Kelompok Tani Bakti Mandiri Desa Bandorasa Kulon, Cilimus, Kuningan, Jawa Barat sedang melaksanakan pembuatan plot percontohan pengembangan pertanian sehat. Lho kok bisa TNGC mengurusi pertanian sehat? 

Keberadaan Gunung Ciremai telah banyak membawa pengaruh terhadap segala bentuk kehidupan bagi sekitarnya sebagai keatuan ekosistem, baik ekologi, hidrologi maupun kehidupan sosial serta budayanya. Salah satu aktifitas kehidupan sosial dan budaya yang dipengaruhi keberadaan Gunung Ciremai adalah sistem pertanian masyarakat, mulai dari cara bercocok tanam, mengolah lahan, musim tanam, jenis tanam, pola tanam, sistem pengairan, irigasi dan lain-lain. 

Begitu pula sebaliknya, kegiatan pertanian yang tidak sehat di sekitar Gunung Ciremai dapat mempengaruhi kelestarian ekologi flora dan fauna yang ada di dalam kawasan Gunung Ciremai. Serangga yang kabur akibat pengendalian hama di lahan pertanian masuk ke dalam kawasan Gunung Ciremai dan dimakan oleh fauna yang ada di dalam kawasan hutan Gunung Ciremai. Fauna tersebut lalu di makan oleh satwa pemangsa lainnya. Jadilah satwa-satwa yang ada di dalam hutan Gunung Ciremai teracuni pestisida. Jadi pertanian di sekitar kawasan TNGC harus sehat. 

Gunung Ciremai sebagai gunung api aktif telah membawa kesuburan tanah bagi sekitarnya. Hal ini sangat menguntungkan para petani sekitarnya. Sebelum ada pabrik pupuk kimia buatan, para petani cukup mengambil dari dalam hutan Gunung Ciremai berupa ”topsoil” dan serasah (sampah-sampah organik yang berupa tumpukan dedaunan kering, rerantingan, dan berbagai sisa vegetasi lainnya di atas lantai hutan yang sudah mengering dan berubah dari warna aslinya) menjadi pupuk tanaman oleh para petani tempo dulu di sekitar Gunung Ciremai. 

Diilhami dari cara bercocok tanam dengan menggunakan pupuk dari serasah tersebut, Balai TNGC mengadakan penelitian terhadap “topsoil” dan seresah tersebut sebagai penyubur tanaman. Balai TNGC berkerjasama dengan Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Insitut Pertanain Bogor (IPB), dengan tujuan untuk mendapatkan “beneficial microbes” bagi tanaman untuk patogen serangga, PGPR (“Plant Growth Promoting Rhizobacteria”/ bakteri pemacu pertumbuhan) dan “anti frost”. 

Hasil penelitian tersebut, berdasarkan hasil isolasi, uji “hemolisis” dan uji “hipersensitif“ menemukan bakteri PGPR yang dapat memacu pertumbuhan akar 3 kali lebih cepat dengan daya kecambah 60 persen di banding dengan “isolat control” dan terdapat 3 cendawan patogen serangga dari jenis Hirsutella, Lecanicillium, Noumurea. 

Cendawan ini berguna untuk mengendalikan penyakit wereng yang menyerang tanaman. Serta hasil uji tersebut juga menemukan mikroba “anti frost” sebanyak 27 bakteri. Namun setelah diuji “hemolisis” dari 27 tersisa 21 bakteri. Setelah diuji “hepersensitif” lagi hanya tersisa 8 bakteri “anti frost”. 

Mikroorganisme yang akan diuji coba ini salah satu plasma nutfah merupakan sumber daya genetik dari dalam kawasan konservasi TNGC yang mempunyai prospek menguntungkan bagi masa depan atau lebih dikenal dengan istilah bioprospekting. 

Bakteri hasil uji coba laboratorium kemudian diuji coba pada kondisi lapangan di plot percontohan (demplot). Plot percontohan ini untuk menunjukan cara penerapan inovasi baru dan untuk membuktikan bahwa inovasi tersebut mengandung hal pembaharuan dan mempunyai manfaat bagi kemajuan teknologi pertanian di sekitar Gunung Ciremai khususnya dan Indonesia pada umumnya. Plot percontohan ini ingin menampilkan pola pertanian sehat ala TNGC dengan ilham cara bertani masyarakat sekitar Gunung Ciremai sebelum ada pabrik pupuk dengan menggunakan zat kimia buatan. 

Pertanian sehat ala TNGC merupakan kegiatan yang mendorong produktifitas lahan pertanian tanpa pupuk dan obat-obatan kimia buatan, yaitu dengan mikroba yang mempercepat dekomposisi bahan organik dari sisa tanaman dan pupuk kandang menjadi kompos. Hal itu menyediakan unsur hara, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan memegang air, dan aktivitas biologi tanah. Jadi pertanian sehat ala TNGC adalah kegiatan meningkatkan dan memperbaiki daya dukung tanah dan lingkungan bahkan disertai dengan konservasi sehingga sumberdaya tanah dan lingkungan tidak mengalami degradasi untuk dapat digunakan secara berkelanjutan. 

Plot percontohan yang sedang dibuat untuk mengamati pengaruh bakteri baik terhadap tanaman cabe rawit, tomat, kentang dan bawang daun. 

Untuk bergabung mengamati pertanian sehat ala TNGC terhadap komiditas cabe rawit, tomat, kentang dan bawang daun, bisa menghubungi kami atau kontak langsung kepada petugas TNGC, saudara Idin Abidin di nomor telepon 085320300598, atau langsung ke Kelompok Tani Bakti Mandiri Desa Bandorasa Kulon dengan ketuanya, saudara Nasir. [teks & foto ©? Idin Abidin - BTNGC | 082018] 

Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Ciremai

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini