Patroli Keanekaragaman Hayati: Menelusuri Nafas Liar di Jantung Pulau Bawean

Selasa, 11 Februari 2025 BBKSDA Jawa Timur

Bawean, 10 Februari 2025. Tim Resort Konservasi Wilayah (RKW) 10 Pulau Bawean bergerak dalam dua misi: menjaga rimba dari ancaman dan pendampingan penelitian mahasiswa Universitas Brawijaya Malang, Senin, 10 Februari 2025. 

Di kedalaman rimba Pulau Bawean, di antara desir angin yang berbisik di puncak pohon dan bayang-bayang pepohonan yang menghampar bagai kanopi raksasa, sekelompok penjaga alam melangkah pasti. Mereka bukan sekadar tim patroli, tapi garda terakhir bagi benteng keanekaragaman hayati yang semakin menyempit di tengah desakan zaman.

Tujuan mereka jelas, menyelami misteri yang tersisa di dua lokasi penting di Suaka Margasatwa (SM) Pulau Bawean, yaitu di kawasan Gunung Malang dan kawasan Elat-Elatan Blok Gunung Besar. Secara administratif berada di Desa Bululanjang, Kecamatan Sangkapura, Kabupaten Gresik. Tim sesuai dengan misi awalnya, mencari jejak Babi Kutil Bawean (Sus blouchi), yang merupakan spesies langka selain Rusa Bawean (Axis kuhlii) yang hanya hidup di pulau ini.

Jejak Babi Kutil, Simbol Alam yang Bertahan

Jejak kaki samar di tanah basah, bekas kubangan yang mengering, dan bongkahan tanah yang terangkat menjadi petunjuk bisu keberadaan sang penghuni hutan. Babi Kutil Bawean, yang dulu melimpah, kini menjadi teka-teki yang nyaris pupus. Para peneliti mencatat setiap bukti dengan saksama, memetakan kemungkinan habitat yang tersisa.

Namun, bukan hanya Babi Kutil yang mengungkapkan kisahnya hari itu. Seekor Elang Bawean (Spilornis baweanus) melintas di langit, kepaknya membelah langit yang tengah terik. Suaranya menggema, seakan mengingatkan bahwa hutan ini masih bernyawa.

Di antara semak belukar, Raja Udang Punggung Merah (Ceyx rufidorsa) bertengger sejenak, sementara Cinenen Kelabu (Orthotomus ruficeps), Madu Sriganti (Cinnyris jugularis), dan Merbah Belukar (Pycnonotus plumosus) tersamar bersembunyi di antara ranting. Di sela rindangnya pepohonan, sebatang anggrek Cymbidium tumbuh anggun, tersembunyi dalam bayang Gondang (Ficus variegata), Jati (Tectona grandis), dan Tanjang Gunung (Garcinia celebica). Hutan ini masih bernapas, tetapi sampai kapan?

Benteng Terakhir

Hari itu, patroli tidak menemukan ancaman perburuan atau perambahan liar. Namun, diamnya hutan bukan berarti aman. Tekanan dari luar terus mengintai, menggerus batas alam yang kian terhimpit. Upaya konservasi di Pulau Bawean bukan sekadar pekerjaan rutin, melainkan sebuah upaya berpacu dengan waktu. Jika tak segera bertindak, kisah Babi Kutil dan Rusa Bawean bisa menjadi legenda terakhir yang tertinggal dalam buku-buku sejarah.

Pulau ini, dengan segala kekayaan yang masih tersisa, adalah panggilan bagi kita semua. Akankah kita membiarkan yang tersisa perlahan lenyap, atau bertindak sebelum terlambat?


Sumber : Fajar Dwi Nur Aji, Pengendali Ekosistem Hutan Muda pada Balai Besar KSDA Jawa Timur

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini