Misteri Ular Gadung di Rimbunnya Hutan Bawean

Rabu, 12 Maret 2025 BBKSDA Jawa Timur

Bawean, 12 Maret. 2025. Di tengah kerimbunan hutan tropis, seutas bayangan hijau merayap perlahan di antara dedaunan. Hampir tak terlihat, tubuhnya yang ramping dan lentur bergerak anggun, menyatu sempurna dengan rimbunnya pepohonan. Ia adalah Ahaetulla prasina, ular gadung, sang penyusup senyap di dunia dedaunan.

Saat melakukan kegiatan herping di Pulau Bawean, sebuah keberuntungan menemukan seekor ular gadung yang melingkar di antara ranting-ranting semak belukar. Malam itu, udara terasa lembab dan suara serangga menggema di antara pepohonan. Dengan senter di tangan, tim mengamati bagaimana reptil anggun ini bergerak perlahan, sesekali diam membatu, menunggu waktu yang tepat untuk menyerang mangsa.

Ular gadung dikenal sebagai salah satu ahli kamuflase terbaik di antara reptil. Dengan tubuhnya yang panjang dan ramping, berwarna hijau terang, serta moncong meruncing yang khas, ular ini tampak seperti ranting hidup yang bergoyang pelan di antara daun yang tertiup angin. Adaptasi luar biasa ini menjadikannya predator ulung yang nyaris tak terdeteksi oleh mangsa maupun pemangsa.

Saat malam tiba dan keheningan menyelimuti hutan, mata tajamnya yang berwarna keemasan mulai berburu. Dengan gerakan lambat namun penuh perhitungan, ular gadung mengandalkan penglihatannya yang tajam untuk menangkap kadal kecil, burung, dan bahkan katak pohon yang lengah. Meskipun berbisa lemah, gigitan ular ini cukup efektif untuk melumpuhkan mangsanya sebelum ditelan secara perlahan.

Meski tampak menakutkan bagi sebagian orang, ular gadung bukanlah ancaman bagi manusia. Bisa yang dimilikinya hanya bersifat lemah dan tidak berbahaya bagi manusia dewasa. Namun, stigma terhadap ular sering kali membuat spesies ini diburu atau dibunuh, meskipun sebenarnya ia memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan.

Di balik keindahannya, ular gadung menghadapi tantangan besar. Hilangnya habitat akibat deforestasi dan perubahan iklim menjadi ancaman nyata bagi kelangsungan hidupnya. Hutan yang terus menyusut memaksa spesies ini beradaptasi dengan lingkungan yang semakin terbatas, bahkan kadang ditemukan di area perkotaan atau pemukiman manusia.

Memahami keberadaan ular gadung bukan hanya soal mengenali keunikan spesies ini, tetapi juga tentang bagaimana kita bisa hidup berdampingan dengan alam tanpa merusaknya. Sebab, di setiap helai daun yang bergoyang dan setiap bayangan hijau yang melintas di antara ranting, ada kisah keajaiban evolusi yang terus bertahan dari generasi ke generasi.

Dalam keheningan hutan yang masih terjaga, Ahaetulla prasina tetap melanjutkan perjalanannya, menyelinap di antara daun-daun, menjadi bagian dari simfoni liar yang menghidupi ekosistem tropis. Dan selagi hutan masih berdiri tegak, ia akan terus ada. Sang pengelana hijau yang menjaga keseimbangan alam dengan cara yang hanya bisa ia pahami. 

Sumber: Fajar Dwi Nur Aji - Pengendali Ekosistem Hutan Ahlu Muda Balai Besar KSDA Jawa Timur


Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini