Minggu, 17 Juni 2018
Kuningan, 17 Juni 2018. Beringin pencekik adalah salah satu tumbuhan khas indonesia, yang termasuk ordo Rosales dan memiliki nama ilmiah Ficus annulata. Lokasi penyebarannya di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), terdapat di dataran rendah sampai dengan ketinggian 1500 meter dari permukaan laut. Pohon ini memiliki keunikan tersendiri dari pertumbuhannya maupun cara bertahan hidup. Keunikan ini terlihat dari caranya mengawali hidup sebagai parasit (hidup menumpang) dari pohon lain. Kemudian setelah besar mematikan pohon inangnya dengan cara mencekik.
Kehidupan beringin pencekik ini berawal dari biji yang dibawa oleh satwa liar seperti monyet atau burung. Biji tersebut kemudian terjatuh dan tersangkut di tajuk pohon. Setelah bersemai kemudian menjadi parasit yang menempel di cabang pohon. Awalnya beringin pencekik ini memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya dari menghisap zat hara dari pohon inangnya. Setelah akarnya tertancap kuat pada inangnya, akar-akar sulurnya tumbuh ke bawah. Kemudian merambat dan membelit pohon inangnya untuk mendapatkan asupan makanan secara langsung dari tanah hutan. Seiring berjalannya waktu, belitan akar sulurnya dan rimbunnya tajuk beringin akan mengalahkan pohon inangnya dalam menyerap makanan dari tanah dan mendapatkan sinar matahari. Sehingga secara perlahan akan mengakibatkan kematian pohon inangnya.
Menariknya, beringin pencekik ini dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi burung pemakan buah dan penghuni hutan lainnya. Karena mampu memproduksi buah dalam jumlah yang sangat besar, masak dalam waktu yang cepat dan berbuah sepanjang musim. Keunikannya menjadi harmonisasi kehidupan di alam liar. Sobat Ciremai, hal ini menunjukkan tingginya keterkaitan dan ketergantungan antara tumbuhan dan satwa di alam. [Teks & foto ©? Yusuf - BTNGC | 062018]
Sumber :Balai Taman Nasional Gunung Ciremai
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 3