Seminar Kehutanan Dan Pertemuan Mitra Siemenpuu

Senin, 13 November 2017

Pekanbaru, 8 November 2017Jikalahari dengan didukung oleh Siemenpuu Foundation menaja Seminar Kehutanan mengusung  tema “ Peluang dan Strategi Perbaikan Pengelolaan Hutan di Indonesia” serangkaian dengan Pertemuan Mitra-Mitra Siemenpuu Indonesia. Seminar ini dilaksanakan untuk menggali berbagai peluang yang dibuka oleh Pemerintah Indonesia untuk memperbaiki pengelolaan hutan dan lahan yang di era sebelumnya identik dengan berbagai persoalan seperti: konflik sosial, kebakaran dan asap, sistem  monokultur yang dikelola oleh bisnis kehutanan skala besar, dan kerusakan gambut.  Seminar ini dihadiri oleh 75 peserta berasal dari berbagai perwakilan Instansi Pemerintah, Tokoh Masyarakat, LSM, Mahasiswa, Media, juga mitra-mitra Siemenpuu di Indonesia (13 lembaga).

Bertindak sebagai narasumber dalam Seminar adalah: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Deputi Pencegahan yang dalam hal ini diwakili oleh Ibu Niken, berbagi cerita tentang bagaimana pengelolaan Sumberdaya Alam dan Kehutanan rentan untuk terjadi korupsi yang pintu masuknya salah satunya dalam proses perencanaan dan perizinan sektor kehutanan. Dan korupsi kehutanan juga ditemui dalam hal PNBP. Kontradiksi yang terjadi  adalah produksi sektor kehutanan dan sawit meningkat namun dari penerimaan pajak cenderung stagnan dan bahkan menunjukkan trend penurunan.  

Narasumber kedua yaitu Ka BBKSDA yang mewakili Kepala Operasional Tim Revitalisasi Ekosistem Tesso Nilo (RETN) Dr. Mahfuz, MP,  dalam kesempatan  ini juga membagikan pengalaman dalam program memulihkan dan melindungi kawasan hutan, studi kasus Ekosistem Tesso Nilo di kabupaten Siak dan Pelalawan. RETN merupakan pembelajaran dalam pengelolaan kawasan hutan saat yang kawasan hutannya dipenuhi oleh aktivitas perluasan kebun sawit baik di dalam Taman Nasional dan di kawasan 2 eks HPH.   Dalam pelaksanaannya, beberapa pengusulan Perhutanan Sosial telah ditargetkan dan difasilitasi, dan penegakan hukum juga dilakukan, dan kegiatan penanaman untuk mendukung rehabilitasi kawasan, dan penyediaan ekonomi alternatif untuk sumber ekonomi masyarakat. Namun, kegiatan pemulihan dan perlindungan kawasan di Ekosistem Tesso Nilo masih dihadapkan pada kepentingan ekonomi berbagai pihak yang menjadi tantangan pencapaian tujuan awal.  

Selain menghadirkan perspektif potensi korupsi, dan pengalaman dalam melindungi dan memulihkan kawasan hutan, perwakilan masyarakat juga dihadirkan dalam seminar ini yang menceritakan bagaimana masyarakat di desa dan kampung juga berjuang dan berupaya mengelola hutan  untuk kepentingan masyarakat. Bapak Suwito, dan Bpak Abdullan dari desa Rawa Mekar Jaya, kabupaten Siak telah berhasil mengusulkan Perhutanan Sosial dalam skema Hutan Desa, yang usulannya sudah diverifikasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bulan Agustus lalu. Masyarakat di desa sangat berharap Hutan Desa ini dapat dimanfaatkan selain untuk melindungi hutan, juga sebagai sumber ekonomi alternative masyarakat melalui kegiatan pengembangan ekowisata Mangrove.

Dalam sesi diskusi tanya jawab beberapa peserta Seminar menyampaikan apresiasi terhadap gerakan penyelematan hutan karena ancaman kepunahan hutan dan ekosistem di dalamnya sangat tinggi. Selain itu isu yang mengemuka adalah perlunya mengembangkan skema dan pembiayaan untuk ekowisata demi mendukung penyelamatan dan pelestarian hutan.

Sumber:  BBKSDA Riau

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini