Bayi Orangutan Liar Lahir di Pusat Reintroduksi Orangutan Sumatera di Jantho, Aceh.

Kamis, 09 November 2017

Aceh, 7 November 2017 . Staf Program Konservasi Orangutan Sumatra (SOCP) sedang melaksanakan tugas rutin memantau orangutan yang telah dilepasliarkan di Hutan Cagar Alam Jantho, Aceh, Indonesia, kemudian mereka bertemu Mongki, orangutan betina yang dilepaskan di daerah tersebut pada tahun 2011 lalu.

Mongki dilaporkan telah termonitor 2 -3 kali setahun sejak dia dilepasliarkan. Namun kali ini tim pemantau lapangan menemukan sesuatu yang berbeda. Mongki terlihat sedang membawa bayi yang baru lahir. Berdasarkan laporan visual diketahui bayi orangutan liar tersebut adalah betina. Bayi orangutan tersebut pun diberi nama 'Mameh' yang berarti 'cantik/manis' dalam bahasa Aceh.

Sebelumnya pada 11 September 2017 lalu, SOCP dan BKSDA Aceh juga telah mengumumkan kelahiran bayi Orangutan Sumatera pertama yang lahir di alam liar di Jantho. Bayi yang lahir dari orangutan betina dewasa bernama Marconi tersebut bernama Masen dan diperkirakan sudah berusia sekitar 1,5 tahun pada saat pertama kali termonitor.

Kini Mameh menjadi bayi orangutan kedua yang lahir di alam liar sekaligus menjadi bayi orangutan betina pertama dari hutan reintroduksi Jantho yang dikelola oleh SOCP. SOCP pertama kali mulai melepasliarkan orangutan sitaan ke hutan Jantho pada tahun 2011 dan sampai saat ini telah membebaskan 100 orangutan.

Mongki, induk Mameh, pertama kali tiba di Pusat Rehabilitasi dan Karantina Orangutan SOCP di Batu Mbelin pada Januari 2010. Mongki disita dari seorang pengusaha di Meulaboh, Aceh dengan keadaan leher terikat ke kandang di sebuah garasi mobil. Setelah menjalani karantina dan rehabilitasi selama 1,5 tahun, Mongki kemudian dilepasliakan ke hutan Jantho pada Juni 2011.

"Ini adalah berita yang fantastis" kata Dr. Ian Singleton, Direktur Program Konservasi Orangutan Sumatera. "Kami telah bekerja keras di Jantho, secara bertahap membangun populasi baru orangutan dan mempertahankannya. Tujuannya adalah untuk menciptakan populasi liar yang sepenuhnya mandiri dan lestasi atas spesies
yang terancam punah ini".

drh. Citrakasih Nente, Supervisor Karantina dan Reintroduksi untuk SOCP, menambahkan, "Berita tentang kelahiran Masen pada September lalu merupakan dorongan nyata bagi pekerjaan kami di Jantho. Kami sangat senang dengan berita kelahiran Mameh ini, apalagi itu adalah betina pertama. Semoga sehat, bisa hidup lama dan menghasilkan beberapa bayinya sendiri nantinya. Hal ini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap kelangsungan hidup populasi baru di Hutan Jantho, dan kelangsungan hidup spesiesnya secara keseluruhan! Sekali lagi kami semua
sangat senang dengan kabar ini! ".

Muhklisin, Manajer Pusat Reintroduksi dan Release Orangutan di Jantho menambahkan "Ini adalah berita yang sangat bagus. Setelah beberapa tahun
memperkenalkan kembali orangutan di Jantho akhirnya kami melihat hasil kerja keras kami. Setalah Masen pada September lalu, dan sekarang Mameh, ini menjadi awal dari populasi baru yang ingin kita bangun, yang pada akhirnya akan terdiri dari individu-individu yang tidak pernah dipelihara atau bahkan kontak dengan manusia. Bayi betina pertama ini memberi kita harapan baru bahwa kita benar-benar akan dapat mencegah kepunahan satwa langka ini. "

Sapto Aji Prabowo, Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh menekankan, "Kami selalu menunggu perkembangan orangutan yang dilepaskan di Jantho. Kelahiran kedua bayi ini merupakan suatu pertanda bahwa keadaan berjalan dengan baik bagi populasi baru orangutan.

Namun yang harus kita lakukan bersama saat ini adalah menyelesaikan akar masalah, yaitu fakta bahwa orangutan seperti Marconi dan Mongki, dan banyak lainnya, masih ditangkap dan dipelihara secara ilegal sebagai satwa peliharaan. Padahal aturannya cukup jelas, adalah ilegal untuk menangkap, membunuh, memperdagangkan, memiliki atau bahkan mengangkut orangutan di Indonesia dan hukumannya juga tegas. Orang harus sadar bahwa mereka akan menghadapi tuntutan, denda dan penjara jika mereka terlibat dalam tindak kriminal.

Sumber : Balai KSDA Aceh dan SOCP

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini