BKSDA Yogyakarta Gelar Festival Satwa Hasil Penangkaran

Minggu, 05 November 2017

Sleman, 5 November 2017. Pagelaran festival satwa hasil penangkaran baru saja usai digelar di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Gamping Ambarketawang Sleman. Ajang Festival  ini berlangsung selama tiga hari mulai tanggal 3 – 5 November 2017. Balai KSDA Yogyakarta mencoba membuat terobosan yaitu menyelenggarakan kegiatan sosialisasi penyebaran informasi dipadukan dengan budaya kearifan lokal. Salah satu upaya dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Yogyakarta dalam mensosialisasikan upaya-upaya pelestarian dan pemanfaatan satwa khususnya satwa liar di bidang penangkaran yaitu dengan menyelenggarakan kegiatan Festival Satwa Hasil Penangkaran. Tema festival ini diangkat dengan tajuk “melaraskan konservasi dan budaya”. Terlebih lokasi diselenggarakan festival ini merupakan tempat yang dijadikan ajang tahunan desa Ambarketawang dan didukung juga pemerintah daerah kabupaten Sleman yaitu tradisi “Saparan Bekakak”. Tak cukup itu kawasan Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Gunung Gamping tidak lepas dari saksi sejarah asal mula berdirinya Kraton Yogyakarta yang pada saat itu dirintis oleh Sultan Hamengku Buwono I, seperti diulas juga pada buku Monolit Yogyakarta yang diterbitkan BKSDA 2017 baru-baru ini.

Dalam sambutan pembukaan festival, Kepala KSDA Yogyakarta Ir. Yunita, MT, menyampaikan bahwa Salah satu bentuk pemanfaatan satwa liar adalah kegiatan penangkaran.  Penangkaran satwa liar adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan dan pembesaran satwa liar dengan tetap mempertahankan kemurnian jenisnya. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Satwa liar yang diperoleh dari hasil penangkaran yang telah memiliki izin dapat dimanfaatkan atau diperjualbelikan saat ini ada 30 penangkar yang terdaftar resmi di BKSDA antara lain Jalak Bali, Jalak Putih, Nuri Bayan dan Rusa Timor, tuturnya. Di sela sambutannya juga disampaikan komitmen Balai KSDA Yogyakarta untuk terus mendorong masyarakat pecinta satwa liar maupun tumbuhan untuk melakukan penangkaran tentunya sesuai dengan prosedur.

Beragam kegiatan Festival satwa Hasil Penangkaran diantaranya mengumpulkan komunitas, penghoby dan penangkar satwa khususnya burung. Rangkaian kegiatan ini meliputi kenduri kampung, pameran konservasi, lomba burung berkicau “ring” dari hasil penangkaran, sarasehan sukses story penangkaran, pentas tarian tradisional, bincang ringan sejarah dan budaya gamping dan lomba mewarnai, menggambar tingkat Sekolah Dasar. Even ini strategis dan efektif dalam upaya  penyadartahuan masyarakat untuk turut serta dan partisipasi aktif dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati.

Dalam rangkaian pembukaan festival juga dilakukan penyerahan secara simbolis jalak Bali oleh Edy Setyawan salah satu penangkar binaan BKSDA Yogyakarta sebanyak 30 ekor dalam rangka restoking ke Taman Nasional Bali Barat. Kegiatan ini juga dilaksanakan pelepasliaran burung tidak dilindungi seperti burung kacamata, perenjak, merbah terucuk, cucak kutilang, dederuk jawa. Burung-burung tersebut merupakan sumbangan dari beberapa komunitas penangkar burung di DIY.

Dari rangkaian festival ini nantinya diharapkan adanya peningkatan peran serta masyarakat dalam kegiatan penangkaran satwa liar. Selain itu dengan bertumbuhnya penangkaran satwa dapat mengurangi ketergantungan hasil tangkapan atau pengambilan burung berkicau dari alam. Dari sisi ekonomi juga bisa berdampak positif pada peningkatan ekonomi masyarakat dari hasil penangkaran yang legal.

Sumber : Balai KSDA Yogyakarta

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini