Selasa, 05 September 2017
Konflik Gajah : Mengelola Musibah Menjadi Berkah
Kotaagung, 5 September 2017. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) sedang membangun Menara Pantau Gajah di Resort Pemerihan, SPTN II Bengkunat, BPTN I Semaka. “Seperti yang kita lihat kondisi saat ini di lapangan, pembangunan ini dapat dikatakan sudah mencapai 40 % pengerjaan”, ujar Kepala Sub Bagian Umum Hifzon Zawahiri, SE, disaat melakukan pemantauan pelaksanaan kegiatan Balai Besar TNBBS tahun 2017.
“Konflik gajah dan manusia terjadi di sekitar batas kawasan TNBBS sejak Bulan Juni 2017 hingga saat ini, dan tersebar di beberapa titik, antara lain di daerah Parda Waras; Srikaton (KPHL Kotaagung Utara); Margomulyo. Ini yang terjadi di Resort Sukaraja Atas, dan diperlukan upaya mitigasi yang efektif serta dukungan dari berbagai pihak”. Hal ini disampaikan oleh Kepala Resort Sukaraja Atas Subki, S.Hut di Kantor SPTN I Sukaraja.
Resort Pemerihan SPTN II Bengkunat, juga merupakan Resort yang mengalami kejadian konflik gajah dan manusia cukup tinggi, terjadi antara Bulan Februari s.d. Bulan Juli. Hal ini terlihat pada data statistik Balai Besar TNBBS lima tahun terakhir.
Keberadaan Menara Pantau Gajah di Pemerihan Atas diharapkan dapat menunjang efektifitas mitigasi konflik gajah dengan manusia di Resort Pemerihan. Terdapat 4 Kelompok Masyarakat di Pekon Pemerihan yang berperan aktif dalam upaya mitigasi konflik, antara lain Forum Sahabat Gajah; Pemuda PSHT Pemerihan; KTH New Trees; Satgas Konflik Pemerihan. Kegiatan pembangunan Menara Pantau Gajah merupakan aspirasi dari keempat Kelompok Masyarakat tersebut.
“Titik lokasi dibangunnya menara pantau ini berdasarkan masukan dari masyarakat pemerihan, dan titik lokasi ini merupakan perlintasan gajah. Diperkirakan gajah yang ada disekitar lokasi menara pantau berjumlah 24 ekor. Menara Pantau Gajah yang akan dibangun ini berukuran 4 x 6 m, terdiri dari 3 tingkat dan pada tingkat paling atas dipergunakan untuk mengamati pergerakan gajah liar. Menara Pantau ini juga dilengkapi dengan MCK pada tingkat 3. Selain untuk mitigasi konflik, Menara Pantau ini juga akan difungsikan sebagai sarpras ekowisata. Wisatawan yang berkunjung ke Resort Pemerihan dapat melihat langsung keberadaan gajah liar dari tingkat 3”, papar Kepala Resort Pemerihan Una Maulana SMHk. “Pengamatan gajah liar akan menjadi salah satu atraksi wisata di Resort Pemerihan, masyarakat sebagai penyelenggara ekowisata telah membentuk Koperasi Dwipangga Abadi pada tahun 2014 lalu dan beberapa warga masyarakat Pekon Pemerihan telah menyediakan Home Stay secara swadaya. Hal ini tentu akan meningkatkan ekonomi masyarakat Pemerihan”, tambah Una.
Keberadaan Menara Pantau Gajah Pemerihan mengusung konsep “Mitigasi, Konservasi dan Rekreasi” dalam satu kegiatan. Menara Pantau Gajah digunakan dalam upaya mitigasi konflik gajah dengan manusia. Dengan mencegah terjadinya kematian gajah akibat dampak negatif konflik merupakan upaya konservasi gajah. Menara Pantau Gajah digunakan untuk kegiatan rekreasi, wisatawan dapat melihat gajah liar langsung di alam bebas dengan aman, karena kontruksi tiang Menara Pantau setinggi 4 meter diperkirakan diluar jangkauan gajah.
Keberadaan gajah liar di Resort Pemerihan dapat mengundang wisatawan nusantara dan mancanegara. Hingga akhirnya masyarakat menyadari, keberadaan gajah tidak hanya menimbulkan konflik, tetapi juga dapat menjadi atraksi wisata yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Kalau sudah demikian, berarti kita telah mengelola suatu musibah menjadi berkah bagi masyarakat.
Lestarikan Gajah Sumatera untuk Kesejahteraan Rakyat…
(KEHUMASAN BBTNBBS, September 2017).
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0