Sekditjen KSDAE Lepas Nina, Moci dan Srikandi Pada Peresmian Gedung Pusat Penelitian Baluran

Senin, 21 Februari 2022

Situbondo, Balai Taman Nasional Baluran, Senin 21 Februari 2022. Menyambut Hari Strategi Konservasi Dunia yang akan jatuh pada 6 Maret 2022, Balai Taman Nasional Baluran kembali melepasliarkan 3 (tiga) ekor Banteng (Bos javanicus). Ketiga ekor banteng tersebut berjenis kelamin betina yang berasal / lahir dari Suaka Satwa Banteng (SSB). Pelepasliaran banteng ini dihadiri dan dilepaskan secara langsung oleh Sekretaris Direktorat Jenderal KSDAE, Bapak Suharyono, S.H.,M.Si.,M.Hum. Sekretaris Ditjen KSDAE tersebut berkesempatan melepasliarkan banteng yang bernama Nina dan Moci dan Srikandi.  Beliau menyampaikan bahwa pelepasliaran banteng ini sebagai bentuk nyata upaya konservasi untuk menjaga keberadaan populasi banteng di alam liar tetap lestari dan terus bertambah. 

“Semoga keberadaan Banteng di TN Baluran semakin bertambah dan lestari sehingga upaya konservasi bisa berjalan dengan sebaik-baiknya; Konservasi merupakan bukan sekedar pekerjaan, melainkan ibadah bagi kita semua.” 

Ketiga ekor Banteng tersebut dilepasliarkan di area yang diketahui merupakan wilayah jelajah atau homerange beberapa banteng jantan melalui hasil pantauan kamera trap


Selain satwa Banteng, juga dilepasliarkan beberapa satwa dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta yakni 2 ekor Trenggiling (Manis javanica), 2 ekor Kucing hutan jawa (Prionailurus bengalensis), 1 ekor Merak (Pavo muticus), dan 1 ekor Landak (Hystrix javanica) yang merupakan hasil penyerahan dari masyarakat kepada BKSDA DKI. Pelepasliaran ini juga turut disaksikan oleh beberapa tamu undangan dari Forkompimca Kecamatan Banyuputih, Civitas Akademis dari beberapa kampus di sekitar TN Baluran dan wartawan. 

Sekditjen KSDAE menyampaikan bahwa kegiatan pelepasliaran satwa merupakan wujud kolaborasi multipihak yang harus bersama-sama untuk menyelamatkan keanekaragaman hayati di Indonesia. “Kegiatan pelepasliaran ini merupakan salah satu bentuk upaya penyelematan satwa yang telah sesuai dengan Konsep 3 R (Rescue, Rehab dan Release) yang dikembangkan oleh Ditjen KSDAE.” 

Baluran Sebagai Pusat Penelitian

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Ditjen KSDAE juga meresmikan Stasiun Penelitian Baluran (Baluran Research Station). Gedung ini dibangun atas kerjasama antara Direktorat Jenderal KSDAE dengan Copenhagen Zoo. Stasiun penelitian ini diharapkan dapat menjadi rumah bagi pengetahuan-pengetahuan baru tentang kawasan TN Baluran, yang didapat dari berbagai penelitian-penelitian yang dilakukan berbagai pihak, baik universitas maupun lembaga penelitian lainnya.

“Gedung Pusat Penelitian TN Baluran bisa dijadikan sebagai tempat secara bersama sama multipihak untuk melakukan pembelajaran tentang konservasi di Baluran, Jawa Timur dan Indonesia pada umumnya. Gedung ini juga sebagai wadah untuk melakukan penelitian, diskusi-diskusi dan sharing berbagai tema oleh peneliti, mahasiswa atau pun pelajar”.

Penelitian merupakan salah satu pilar dalam konservasi. Namun dia mengingatkan bahwa konservasi tidak hanya tentang hal-hal teknis saja. Konservasi sangat terkait dengan religi dan spiritualitas. “Contohnya di Bali ada filosofi Tri Hita Karana, yang merupakan tuntunan bagi manusia untuk selaras dengan Tuhan, selaras dengan manusia, dan selaras dengan alam. Berkaca dari filosofi tersebut, konservasi bukan lagi semata tentang pekerjaan-pekerjaan teknis saja, namun sudah menjadi bagian dari ibadah kita semua,” jelasnya lebih lanjut.


Pengambilan keputusan berbasis sains  (Science Based) memandatkan pengelolaan berbasis pada: (1) data dan informasi yang sahih, tidak dipalsu, yang berasal dari fakta lapangan, (2) metode pengambilan data dan analisisnya harus benar dan berdasarkan science, dan (3) penerapan teknologi tinggi dalam rangka menemukan nilai manfaat nyata sumber daya genetic untuk kemanusiaan.

Beberapa hal tersebut lah yang mendasari dibangunnya Stasiun Penelitian Baluran yang mampu menampung 26 mahasiswa dan peneliti dan dilengkapi dengan 2 laboratorium untuk menunjang kegiatan penelitian dan tindakan medis satwa. Hal ini dijelaskan oleh Hariyawan Agung Wahyudi, Indonesia Program Director Copenhagen Zoo.

“Stasiun ini dilengkapi dengan fasilitas untuk melakukan tindakan medis jika terdapat satwa yang memerlukan pertolongan medis atau melakukan nekropsi untuk mengetahui penyebab kematian satwa. Hal ini akan sangat membantu Taman Nasional mengetahui sedari awal faktor-faktor yang menjadi potensi yang mengancam kelestarian populasi satwa, sebagaimana beberapa saat lalu virus flu afrika yang sangat mematikan dan membuat banyak populasi babi kita mengalami kematian mendadak,” jelasnya.

Untuk dapat mengoptimalkan manfaat stasiun penelitian tersebut, diperlukan adanya masukan dari berbagai fihak yang berkepentingan, agar stasiun penelitian ini dapat menjadi media untuk mengarusutamakan kegiatan penelitian yang mampu memberikan masukan terhadap peningkatan efektifitas pengelolaan kawasan, agar upaya pelestarian keragaman hayati di TN Baluran dapat terlaksana dengan baik, sekaligus memberikan manfaat bagi kepentingan pembangunan nasional dan regional, sekaligus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. 

Kolaborasi antara antara Taman Nasional dan Universitas menjadi kunci penting agar kegiatan penelitian-penelitian mampu menjawab kebutuhan dan tantangan pengelolaan kawasan konservasi. 

Sulistino, Wakil Rektor II Universitas Banyuwangi, menyampaikan bahwa pihak Taman Nasional diharapkan dapat merangkul banyak universitas untuk melakukan penelitian secara intensif karena tidak semua hal dapat dilakukan oleh satu atau dua universitas.

“Kolaborasi antar universitas yang satu dengan universitas yang lain juga sangat penting untuk diwujudkan, sehingga penelitian-penelitian yang dilakukan dapat saling mengisi,” jelasnya.

Peran universitas sebagai sumber pengetahuan-pengetahuan mutakhir melalui berbagai kegiatan penelitian multidisiplin ilmu dan mampu menjadi referensi bagi pengambilan keputusan, dalam hal ini memegang peranan yang sangat penting. Dengan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas untuk melakukan eksplorasi secara efektif, peran universitas dalam upaya meningkatkan penelitian di TN Baluran di masa mendatang sangat diharapkan. 

 Alam telah membuat manusia menjadi bahagia dan baik, tetapi masyarakat mencelakakan dia dan membuatnya sengsara.” -Jean-Jacques Rousseau-

Sumber : Balai Taman Nasional Baluran

Informasi:

Taman Nasional Baluran: Jl. Raya Banyuwangi – Situbondo Km.35 Wonorejo, Banyuputih, Situbondo

email: balurannationalpark@gmail.com | Website: www.balurannationalpark.id | IG: @tamannasional_baluran

Contact person : Joko Mulyo Ichtiarso, S.Hut.,M.Si. - Penyuluh Kehutanan Balai Taman Nasional Baluran (085319389646)

 

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini