Rabu, 06 Oktober 2021
Labuan Bajo, 5 Oktober 2021. Hari Selasa, 28 September 2021, Anton seorang naturalist guide yang bertugas di Resort Loh Buaya Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Balai Taman Nasional Komodo telah digigit oleh seekor komodo dewasa (Varanus komodoensis). Naturalist guide adalah kelompok interpreter binaan Koperasi Serba Usaha Taman Nasional Komodo yang anggotanya merupakan tenaga masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Komodo.
Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 16:50 WITA saat Anton sedang melaksanakan pengamanan pada area kerja penataan sarpras wisata alam Resort Loh Buaya. Anton terjatuh saat hendak menjaga dan menjauhkan biawak komodo agar tidak berada terlalu dekat dengan para tenaga kerja lain di Resort Loh Buaya. Seketika, biawak komodo dewasa tersebut menyergap pangkal paha Anton dengan cepat. Anton berusaha untuk melepaskan gigitan komodo tersebut dengan tangan kirinya sehingga menyebabkan luka sayatan. Para jagawana Balai Taman Nasional Komodo bersama naturalist guide lainnya dengan sigap membantu Anton melepaskan diri. Gigitan komodo tersebut akhirnya dapat dilepaskan pada pukul 16:55 WITA dan segera dilangsungkan pertolongan pertama gawat darurat. Tim terus memantau kondisi luka Anton sambil menunggu armada penjemputan tiba di Loh Buaya.
Speedboat Balai Taman Nasional Komodo tiba di Resort Loh Buaya pada pukul 17:30 WITA. Anton dilarikan ke Rumah Sakit Siloam di Labuan Bajo untuk mendapatkan tindakan medis lebih lanjut dan tiba pada pukul 18:30 WITA. Sampai dengan saat ini, Anton sedang menjalani perawatan intensif dari para tenaga medis profesional untuk mempercepat masa pemulihan. Balai Taman Nasional Komodo bersama dengan Koperasi Serba Usaha Taman Nasional Komodo hingga kini terus mengobservasi kondisi kesehatan Anton.
Komodo merupakan satwa liar yang tidak dapat diprediksi perilakunya. Reptil purba ini termasuk ke dalam tipe predator penyergap yang tampak ‘malas’, namun dapat bergerak dengan sangat cepat. Biawak ini hidup bebas di Taman Nasional Komodo, sebelah utara dan barat tepian Pulau Flores, Pulau Ontoloe, serta Pulau Longos. Penelitian yang dilakukan oleh Darevsky (1963) mengatakan bahwa komodo dapat hidup hingga 50 tahun, sementara komodo yang berada di kebun binatang dapat hidup sampai dengan 16 tahun di Kebun Binatang Jerman dan 24 tahun di Kebun Binatang Taronga Australia berdasarkan King et al., (1993; 1999) dalam Murphy et al., (2015).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rahman (2021) menjelaskan bahwa masyarakat di Kampung Komodo dan Kampung Rinca memiliki interaksi hubungan satwa liar-manusia yang mengagumkan, dimana masyarakat mempercayai bahwa biawak komodo merupakan bagian dari kerabatnya dan keduanya telah hidup berdampingan satu sama lain dalam waktu yang sangat lama. Meskipun demikian, masyarakat dan khususnya wisatawan hendaknya dapat lebih berhati-hati dan bersikap bijak dalam bertindak ketika memasuki kawasan Taman Nasional Komodo untuk menghindari terjadinya hal-hal yang kurang berkenan.
Sumber Pustaka:
Darevsky, I.S. (1963). Zu Besuch bei den Komodo waranen. Aquar. Terrar, 10(1), 65-80. Murphy, J. B., Ciofi, C., de La Panouse, C., & Walsh, T. (Eds.). (2015). Komodo Dragons: Biology and Conservation. Smithsonian Institution.
Rahman, F.I.A. (2021). Persepsi Masyarakat Dalam Kawasan Terhadap Keberadaan Komodo (Varanus komodoensis, Ouwens 1912) di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. (Bachelor’s Thesis, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Sumber : Balai Taman Nasional Komodo
Penulis: Muhammad Ikbal Putera, S.Hut., M.S. | Penyuting: Muhammad Ikbal Putera, S.Hut., M.S.
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0