Hulun Hyang Menabur Benih Edelweiss, Menuai Cinta yang Abadi

Selasa, 05 September 2023 BKSDA Jawa Tengah

Agustus 2023. Saya dan kawan-kawan menyewa Jeep Hartop menuju Taman Edelweiss di Desa Wonokitri, Pasuruan selama ±1,5 jam dari Tumpang Malang. Wonokitri merupakan desa penyangga kawasan di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dimana ada Kelompok Tani Hutan (KTH) yang Bernama Hulun Hyang. Hulun artinya saya dan Hyang yang berarti Sang Pencipta. Hulun Hyang diartikan abdi Sang Pencipta.

“Hong ulun basuki langgeng”, sapa Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah I Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Didid Sulastiyo. Dia menjelaskan kalimat itu adalah sapaan khas suku Tengger dan jawaban untuk sapaan tersebut langgeng Basuki.

“Langgeng Basuki”, tiru kami sekaligus membalas sapaannya.


Edelweiss adalah bunga yang dianggap sakral oleh masyarakat suku Tengger khususnya di desa Wonokitri. Hampir 80% upacara adat suku desa yang notabene suku Tengger menggunakan bunga edelweiss. Sebelum ada taman edelweiss untuk kegiatan ritual masyarakat mengambil bunga edelweiss di sekitar. Bahkan, tak jarang mereka memetik bunga-bunga itu hingga masuk di kawasan konservasi, meskipun mereka sudah berkali kali mendapat teguran dari TNBTS. Akibatnya, rusaklah Kawasan konservasi TNBTS. Keberadaan bunga edelweiss terutama jenis yang dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990, yakni Anaphalis javanicaa mulai terancam. Kebutuhan akan edelweiss terus bertambah sementara habitat tanaman edelweiss tidak bertambah. Tentunya hal ini menimbulkan keprihatinan dan potensi masalah di kemudian hari.

Keprihatinan ini disikapi oleh TNBTS dengan menginisiasi pembentukan kelompok tani hutan sejak tahun 2016 di Desa Wonokitri. Gayung bersambut  KTH Edelweis Hulun Hyang tahun 2018 resmi terbentuk. Mereka menggunakan lahan adat untuk membudidayakan edeilweiss baik jenis yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi. Pembentukan KTH ini bertujuan untuk menjadikan bunga edelweiss sebagai komoditi utama di desa Wonokitri sehingga masyarakat yang membutuhkan untuk upacara adat tidak lagi melakukan pengambilan di kawasan konservasi. Bagi masyarakat yang membutuhkan bunga maupun bibit edelweiss untuk upacara adat dapat mengambil secara cuma-cuma di Taman Edelweiss.

Menurut Teguh, ketua KTH awalnya kelompok ini beranggotakan 8 orang yang berasal dari Desa Wonokitri dan saat ini sudah memiliki 32 anggota dengan misi bermanfaat untuk masyarakat umum. Konsep awal Taman Edelweiss adalah eco wisata. Pengunjung yang datang bukan sekadar menikmati keindahan alam namun juga memiliki pengetahuan tentang edelweiss sehingga wisatawan yang datang bisa lebih menghargai keberadaan edelweiss. Para pengunjung akan mendapatkan penjelasan tentang budidaya edelweiss dari nol sampai masa panen. Jenis yang dikembangkan adalah replika dari yang ada di Kawasan konservasi TNBTS yaitu, Anaphalis javanica atau Edelweiss Jawa,  Anaphalis longifolia dan Anaphalis viscida

TNBTS memberikan bantuan 200 bibit bunga edelweiss untuk dibudidayakan pada awal terbentuknya KTH.  KTH telah berhasil mengembalikan hampir 3000 tanaman edelweiss ke kawasan TNBTS. Kegiatan konservasi ex-situ yang dilakukan mendapat izin tangkar resmi dari KLHK terkait wanawiyata widyakarya. KTH juga mendapat CSR pengembangan wisata berupa kelengkapan sarana dan prasarana untuk wisata di Taman Edelweiss. Jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2022 mencapai 38.856 pengunjung. Sedangkan pengunjung sampai dengan akhir Juli 2023 sekitar 19.200.  Keberadaan Taman Edelweiss Desa Wonokitri mampu memberikan manfaat ekonomi ke masyarakat sekitar bahkan bekontribusi terhadap PAD Kabupaten Pasuruan. 

Taman Edelweiss di desa Wonokitri menyuguhkan pemandangan alam yang indah, udara yang sejuk, hamparan kebun edelweiss. Produk souvenir berupa kerajinan tangan dari edelweiss dapat dibeli sebagai cinderamata. Anda merasa lapar? Mudah, cukup memesan makanan dan minuman di lokasi yang instagrammable. Penginapan di sekitar lokasi juga tersedia. KTH bekerja sama dengan Universitas Brawijaya melakukan penelitian terkait produk sampingan yang dapat dihasilkan dari edelweiss. Produk teh dari bunga edelweiss masih dalam taraf pengujian laboratorium saat ini.

Semangat yang dimiliki oleh masyarakat Desa Wonokitri dalam melakukan pelestarian alam dan budaya lokal tercipta pada Taman Edelweiss. Desa Wisata Taman Edelweiss menjadi satu-satunya desa wisata yang menyajikan bunga edelweiss sebagai daya tarik utama. Tak heran Desa  Wonokitri menjadi salah satu kontestan dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia 2023 yang diselenggarakan oleh Kemenparekraf.  Bagi penduduk Desa Wonokitri menabur benih Edelweiss, menuai cinta yang abadi. 

Sumber: Ninik Kartika – Balai KSDA Jawa Tengah




Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 4.8

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini