Balai TN Komodo Mengikuti Pelatihan Strategic Visitor Flow

Rabu, 20 April 2022

Labuan Bajo, 19 April 2022. Balai Taman Nasional Komodo berpartisipasi dalam pelatihan Strategic Visitor Flow (SVF) yang diselenggarakan oleh Politeknik Elbajo Commodus bekerjasama dengan SUSTOUR Project Swisscontact Indonesia – Denpasar pada tanggal 18 – 19 April 2022 di Labuan Bajo. SVF merupakan sebuah landasan pemikiran yang diperoleh berdasarkan analisa pasar yang dapat digunakan dalam proses perencanaan, dapat menghubungkan antara jejaring arus persediaan dan permintaan pasar, serta mampu menjelaskan fenomena sosial yang dapat mempengaruhi dan menentukan pola perilaku wisatawan. Berdasarkan Baggio dan Scaglione (2017), SVF merupakan sebuah instumen penelitian yang digunakan untuk menganalisa, mengelola, dan memasarkan sebuah destinasi. SVF digunakan untuk memahami travel principles dari sudut pandang permintaan pasar, melihat pergerakan wisatawan secara visual dan mengetahui dampak yang dihasilkan dari sebuah arus kunjungan wisata sehingga memudahkan pengelola untuk menentukan prioritas intervensi oleh setiap pemangku kepentingan.

Pelatihan SVF terdiri dari empat modul yaitu: (1) Keberlanjutan dalam pariwisata, (2) Visitor Flow: teori dan praktik, (3) Visitor Flow: peta dan tabel, dan (4) Analisa Dampak: impact wheel. Keempat modul dibawakan secara bergantian oleh dosen prodi ekowisata Politeknik Elbajo Commodus dan program officer SUSTOUR Project Swisscontact Indonesia – Denpasar. Sebagai pengantar materi menuju pembahasan SVF, narasumber memulai brainstorming mengenai pentingnya sebuah negara memiliki Sustainable Tourism Observatory (STO). STO merupakan sebuah kerangka pikiran (framework) dimana menunjuk pihak ketiga sebagai pengamat aktivitas pariwisata yang turut berperan dalam mendukung upaya-upaya monitoring dan pelaporan pengelolaan pariwisata pada suatu daerah. Kerangka pikiran ini dibuat oleh UNWTO dan diadopsi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Perencanaan pengembangan Labuan Bajo sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) semestinya memiliki STO untuk meningkatkan kualitas pemantauan dan pelaporan, namun saat ini belum terbentuk. Indonesia saat ini memiliki lima STO yang telah disahkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.

Pelatihan SVF ini menggunakan pengelolaan destinasi model St. Gallen yang berupaya memvisualisasikan pergerakan wisata berbasiskan data spasial. Jika sebuah destinasi telah mempelajari arus kunjungan wisatawan, maka setidaknya terdapat lima pertanyaan yang dapat diketahui, yaitu (a) siapa yang mengunjungi destinasi? (b) apa yang memotivasi wisatawan untuk berkunjung? (c) apa yang dilakukan oleh wisatawan? (d) apa yang harus dilakukan agar wisatawan  mendapatkan  pelayanan  yang  lebih  baik?  dan  (e)  bagaimana  mempengaruhi wisatawan untuk berkunjung dengan lebih baik?. Arus kunjungan wisatawan ke sebuah destinasi dipengaruhi oleh motivasi baik dari faktor dalam (push factor) dari psikologi manusia maupun dari faktor eksternal (pull factor) yang dimiliki oleh sebuah destinasi. Putera (2019) menyatakan bahwa arus kunjungan wisatawan oleh karena motivasi ‘social recognition’ dirasakan paling banyak  oleh  wisatawan  dari  Asia,  khususnya  Indonesia,  sedangkan  motivasi  learning and excitement dirasakan paling banyak oleh wisatawan dari Eropa, Australia, dan Amerika Utara. Pengelola destinasi yang memahami akan fenomena sosial ini akan lebih mudah merancang kebijakan pariwisata yang akurat dan tepat sasaran.

Narasumber meminta para peserta untuk menentukan SVF pada destinasi-destinasi unggulan di Kabupaten Manggarai Barat berdasarkan arus kunjungan/motivasi wisatawan yang berbeda. Setiap destinasi dapat memiliki lebih dari satu SVF karena pull factor yang ditawarkan oleh setiap destinasi pun berbeda. Wakil dari Balai Taman Nasional Komodo berhasil mengidentifikasi setidaknya 5 SVF di dalam kawasan Taman Nasional Komodo. Lima SVF tersebut antara lain: (1) Social Recognition Seekers, (2) Adventure Tourists, (3) Sunset Seekers, (4) Rural Tourism Enthusiasts A, dan (5) Rural Tourism Enthusiasts B. Sebagai contoh, untuk SVF Social Recognition Seekers, wisatawan memiliki motivasi tertinggi untuk pengakuan sosial dimana kepuasaan maksimal akan diperoleh jika wisatawan dapat berfoto klasik bersama dengan obyek pada daya tarik utama ataupun melakukan swafoto aerial berlatarkan panorama ekosistem di dalam kawasan. Dokumentasi tersebut diunggah dalam media sosial dan kepuasaan seketika terpenuhi (Putera, 2019). Rute perjalanan SVF ini memerlukan waktu kunjungan selama dua hari satu malam (2H1M) yang meliputi destinasi: Pulau Kelor, Pulau Kalong Rinca, obyek daya tarik wisata alam (ODTWA) Padar Selatan, Long Beach Padar, ODTWA Loh Liang, dan Pink Beach Komodo. Mayoritas wisatawan yang besar kemungkinan melakukan SVF ini adalah wisatawan domestik (Indonesia).

Peserta juga diajarkan untuk dapat mengidentifikasi dampak kunjungan wisata terhadap keutuhan ekosistem di dalam Taman Nasional Komodo. Identifikasi dampak dilakukan menggunakan instrumen impact wheel dengan 18 indikator merujuk pada tiga dimensi pariwisata (People, Profit, Planet). Peserta diajarkan bagaimana untuk menentukan tingkat keparahan yang ditimbulkan pada masing-masing indikator dengan membubuhkan keterangan pada nilai scoring yang telah ditentukan (1: kurang bagus, 2: sedang, dan 3: sangat bagus). Peserta juga dapat menentukan apakah aktivitas SVF yang dilakukan menimbulkan dampak negatif atau positif pada setiap indikator yang dinilai. Pada akhir sesi, peserta diminta untuk mempresentasikan SVF yang telah dibuat dan menjelaskan impact wheel-nya dihadapan seluruh narasumber dan peserta dari kelompok lain.

Implementasi SVF bagi pengelolaan kawasan Taman Nasional Komodo sangatlah penting. Jika ranger Balai Taman Nasional Komodo mampu mengidentifikasi SVF dan berhasil menentukan impact wheel dari aktivitas SVF yang dilakukan dalam kawasan, maka kemungkinan munculnya dampak negatif dapat dimitigasi dan dampak positif dapat dipertajam. Dengan adanya kajian ini, implementasi kebijakan ekowisata kaitannya dengan infrastruktur dan penerapan aturan lainnya tidak ditentukan secara subyektif, namun dikaji baik secara ilmiah. Penelitian analisa motivasi wisatawan sangat diperlukan dalam pengelolaan taman nasional di Indonesia. Seusai pelatihan, wakil Balai Taman Nasional Komodo yang mengikuti kegiatan ini akan melakukan pelatihan ulang SVF kepada para ranger di kantor Balai Taman Nasional Komodo.

Sumber : Balai Taman Nasional Komodo

Penanggungjawab Berita: Kepala Balai Taman Nasional Komodo - Lukita Awang Nistyantara, S.Hut., M.Si. (+6285215959862)

Penulis Berita: Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Pertama - Muhammad Ikbal Putera, S.Hut., M.S. (+6281310300678)

Penyunting Berita: Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Pertama - Muhammad Ikbal Putera, S.Hut., M.S. (+6281310300678)

Informasi Lebih Lanjut: Call Center Balai Taman Nasional Komodo (+6282145675612)

 

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini