Pesan Konservasi dalam Puisi-Puisi tentang Cycloop

Selasa, 19 November 2019

Jayapura, 19 November 2019. Melindungi Cagar Alam Pegunungan Cycloop perlu dilakukan melalui berbagai pola, model, dan media. Bila selama ini Balai Besar KSDA Papua telah menerjunkan secara langsung para polisi kehutanan bersama mitra-mitra ke lapangan, tampaknya media literasi perlu juga dijangkau dalam menunjang kinerja konservasi alam. Melihat hal ini, Balai Besar KSDA Papua menyelenggarakan lomba cipta puisi bertema “Menjaga Cycloop, mama yang mengalirkan kehidupan bagi semesta”. Lomba tersebut diselenggarakan dalam rangka perlindungan Cagar Alam Pegunungan Cycloop.

Kegiatan lomba mulai diumumkan di media sosial Balai Besar KSDA Papua pada 30 September 2019, sedangkan batas terakhir pengiriman puisi pada 7 November 2019, dan pengumuman pemenang dilaksanakan pada 16 November 2019. Sebagaimana tercantum dalam pamflet, lomba cipta puisi tersebut dibuka bagi seluruh lapisan masyarakat di Provinsi Papua. Setiap peserta diperkenankan mengirimkan maskimal lima judul puisi terbaiknya.

Dewan juri dalam lomba cipta puisi ini berjumlah tiga orang. Selaku ketua dewan juri yaitu Ummu Fatimah Ria Lestari, S.S., M.A., pengkaji bahasa dan sastra dari Balai Bahasa Papua. Adapun anggota dewan juri adalah Dzikry J.R., S.Th.I., seorang novelis, cerpenis, juga pensyair yang telah enam tahun hingga sekarang fokus mendalami Papua di dalam tulisan-tulisannya, dan Paulus Baibaba, S.Hut., Kepala Sub Bagian Data Evaluasi Pelaporan dan Kehumasan Balai Besar KSDA Papua. Adapun aspek-aspek yang dinilai dalam lomba cipta puisi ini mencakup stuktur puisi yang terdiri atas diksi dan ejaan dengan skor 0-30, isi puisi yang terdiri atas tema dan amanat dengan skor 0-40, serta orisinalitas karya dengan skor 0-30.  

Berdasarkan laporan panitia penyelenggara lomba cipta puisi, Paulus Baibaba menyampaikan, “Puji Tuhan, lomba cipta puisi ini mendapatkan respon yang baik dari masyarakat luas. Naskah yang masuk ke panitia cukup banyak, melebihi perkiraan. Total 86 judul puisi yang kami terima. Awalnya kami perkirakan sekitar 40-50 naskah. Itu sudah banyak. Tapi ternyata lebih. Bahkan satu hari setelah batas terakhir pengiriman masih ada puisi yang masuk melalui email. Dengan berat hati, kami konfirmasi kepada penulisnya bahwa puisi tersebut tidak dapat kami sertakan dalam penjurian karena melewati batas akhir pengiriman. Jadi, dari 86 naskah yang masuk, 85 naskah yang bisa lolos dalam penilaian dewan juri.”

Secara khusus, Ummu Fatimah Ria Lestari memberikan tanggapan dan apresiasi atas terselenggaranya lomba cipta puisi ini. Sebagai pengkaji bahasa dan sastra, ia melihat lomba ini merupakan momentum yang sangat baik untuk memberikan ruang berekspresi bagi masyarakat. Menurut Ummu, menjaga lingkungan memang harus disuarakan melalui berbagai media, dan sastra dapat menjadi salah satu media yang sangat baik. Dari tulisan sastra kita dapat menyentuh hati dan pikiran seseorang untuk berkesadaran dan melakukan hal-hal yang kita harapkan.

“Kegiatan seperti ini bagus untuk menumbuhkan semangat menulis, semangat untuk berkreasi dan berekspresi bagi masyarakat Papua pada umumnya dan generasi muda pada khususnya. Syukur alhamdulillah Balai Besar KSDA Papua dapat mewadahi proses kreatif masyarakat Papua, dengan tujuan untuk penanganan konservasi alam di tanah Papua. Saya pikir saat ini konservasi alam memang perlu dilaksanakan bersama-sama melalui media apa pun, termasuk melalui media karya sastra berupa puisi ini.” Demikian ungkapan Ummu. Ia menyambut baik dan sangat mengapresiasi Balai Besar KSDA Papua, karena telah mengambil bagian dalam proses kreatif masyarakat Papua dan telah memberikan wadah untuk mereka berekspresi.

Terkait kualitas naskah-naskah puisi yang masuk ke panitia, Ummu menjelaskan rata-rata puisi sudah cukup bagus. Artinya, masyarakat Papua memiliki niat dan kemauan untuk mengungkapkan atau mengekspresikan segala keinginan dan segala perasaan melalui tulisan. Para juara lomba juga menyambut antusias dan membacakan puisi mereka di dalam kegiatan kampanye Perlindungan Cagar Alam Pegunungan Cycloop, Sabtu (16/11). Enam naskah puisi peraih juara sebagai berikut.

  • Untuk Cycloop karya Ferdinan Sanjaya (Juara I)
  • Ibu Cycloop karya Gemafani H. Yamanop (Juara II)
  • Nyawa Cycloop karya Nurdani Prastity (Juara III)
  • Kutukan Sekaligus Cinta karya Ria Sari (Juara Harapan I)
  • Keindahan Berbalut Kebaikan karya Diva Najwa Listanaura Lakuy (Juara Harapan II)
  • Kaki Gunung Cycloop karya Armandho C.B. Rumpaidus (Juara Harapan III)

Menanggapi hal ini, Kepala Balai Besar KSDA Papua, Edward Sembiring, S.Hut., M.Si., menyampaikan, “Kami melihat aspek pesan atau amanat yang disampaikan di dalam puisi-puisi, terutama yang menjadi juara lomba. Bagaimana pesan-pesan itu bisa sampai kepada masyarakat yang lebih luas sehingga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga kawasa cagar alam, khususnya Cagar Alam Pegunungan Cycloop. Nantinya puisi-puisi yang juara akan kami publikasikan melalui media sosial, juga Buletin Insculpta.” (djr)

Sumber            : BBKSDA Papua

Call Center      : 0823-9802-9978

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Belum terdapat komentar pada berita ini