Malang, 7 Juli 2017. Acara “Eksotika Bromo” yang digelar pada 7-8 Juli atau dua hari menjelang upacara Yadnya Kasada resmi dibuka pada sore hari tanggal 7 Juli di Lautan Pasir, Cemorolawang, TN Bromo Tengger Semeru. Pembukaan acara yang mengusung tema “Penghargaan Akan Hidup, Penghargaan Akan Alam yang menghidupi” ini dihadiri oleh Dirjen KSDAE Kementerian LHK, Bupati Probolinggo beserta Muspida Pemerintah Probolinggo, Mantan Menteri Pendidikan Wardiman Djoyonegoro, Pimpinan Bank Jatim, serta Sesepuh dan tokoh adat masyarakat Tengger.
Acara ini berlangsung sangat meriah dengan suguhan Art Performance yang memukau, dengan suguhan tarian Jaranan Slining dari Lumajang, Jaranan Wahyu Tunas Budaya, musik tradisional Jegog Suar Agung dari Jembrana Bali, Sendratari kolosal Kidung Tengger, Puisi Kidung Tengger yang dibacakan aktris Ayushita, , Grup Singo Ulung dari Bondowoso, Perkusi Daul Madura dan Tari Mahameru.
Dalam sambutannya Bupati Probolinggo, Puput Tantriana Sari memberikan apresiasi terhadap event yang baru pertama kali digelar dan melibatkan ratusan seniman dari berbagai daerah di Indonesia. Bahwa acara ini melibatkan masyarakat Tengger sebagai masyarakat adat yang kesehariannya menyatu dengan Bromo. Bupati mengharapkan agar acara ini dapat berlanjut pada tahun-tahun mendatang dengan lebih baik, senantiasa melibatkan masyarakat Tengger dan bekerjasama dengan berbagai pihak.
Dalam acara pembukaan ini, Dirjen KSDAE berkesempatan membacakan Memori Tengger (200 Tahun Sejarah Tanah Jawa Thomas Stamford Rafless 1817-2017). Sebelum membacakan Memori Tengger, Dirjen KSDAE melakukan sujud syukur di atas laut pasir Kaldera Bromo dengan penuh penghayatan bahwa manusia harus lebih banyak bersyukur, bersujud kepada Tuhan sebagai khalifahNya di muka bumi yang bertugas menjaga semesta dengan tidak membuat kerusakan di dalamnya.
Dalam Memori Tengger, diceritakan bahwa Rafless sangat mengagumi semesta dan tata nilai budaya Wong Tengger, bahwa masyarakat Tengger hidup dalam suasana damai, tertib, teratur, rajin bekerja, jujur dan selalu tampak riang gembira zonder kejahatan-kejahatan lainnya yang sama sekali tidak ditemukan. Inilah cerminan sikap yang berbudaya yang dimiliki leluhur yang dapat dijadikan ketauladanan sebagai modal kebang