Kamis, 18 Mei 2017
Jakarta (18/5/2017). Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati bersama WWF Indonesia menyelenggarakan “International Workshop Capture and Translocation Indonesian Rhinos” pada tanggal 17-18 Mei 2017 di Hotel Aviary, Bintaro. Workshop ini dihadiri oleh perwakilan pemerintah Provinsi dan Kabupaten di Kalimantan Timur, perwakilan UPT lingkup Ditjen KSDAE yang memiliki habitat badak, perguruan tinggi, LSM dan para expert konservasi badak dari dalam maupun luar negeri.
Workshop ini berlatarbelakang karena kondisi dan keberadaan badak sumatera di Kalimantan berpotensi mendapat tekanan yang lebih berat di masa yang akan datang. Ancaman yang dialami di habitat badak di Kalimantan adalah tekanan dari rencana operasional tambang batubara disekitar habitat, penebangan liar dan konsesi operasional perkebunan kelapa sawit dan ancaman ini terus berlanjut hingga saat ini. Sebagai akibat rencana operasional tambang, masyarakat setempat juga mengklaim area/lahan yang menjadi habitat badak untuk dijual kepada perusahaan. Hal ini menyebabkan situasi habitat badak terutama di kantong tiga mengalami tekanan dan ancaman yang tinggi.
Workshop ini mendiskusikan situasi dan kompleksitas ancaman yang dihadapi badak sumatera baik di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Menyepakati solusi terbaik dan langkah-langkah yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Peran serta dari berbagai pihak menjadi kunci utama keberhasilan upaya penangkapan dan pemindahan badak sumatera. Peran serta dan dukungan berbagai pihak tersebut perlu ditunjang oleh perencanaan yang matang mulai dari penentuan lokasi prioritas untuk penyelamatan, tim expert yang sudah terlatih serta SOP penangkapan dan pemindahan yang disusun dan disepakati bersama.
Upaya penangkapan dan pemindahan badak sumatera perlu dilakukan dalam waktu dekat. Meskipun, belajar dari pengalaman hal tersebut selama ini tidak mudah untuk dilakukan. Oleh karena itu, untuk menanggulangi kendala yang terjadi pada saat penangkapan dan pemindahan badak sumatera, diperlukan sharing pengalaman dan masukan dari para expert baik dari dalam maupun luar negeri melalui workshop ini. Selama ini Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) di TN Way Kambas telah membuktikan mampu menjadi lokasi sanctuary dan pembiakan semi alami badak sumatera. Oleh karena itu, apabila berencana melakukan pembangunan sanctuary di Kalimantan maka setiap badak yang ditangkap harus dipelihara dalam fasilitas dengan desain serupa.
Badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) diketahui keberadaanya melalui camera trap yang dipasang oleh tim survey dari WWF pada tahun 2013, di wilayah Kalimantan yaitu di Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Mahakam Hulu di Provinsi Kalimantan Timur. Habitat badak yang ada di Kalimantan berada di hutan produksi yang dikelilingi oleh area pertambangan. Populasi di dua kantong yang ada kurang lebih hanya 23 ekor.
Di Pulau Sumatera, populasi badak sumatera hanya tersisa sekitar 100 ekor. Populasinya tersebar di tiga kawasan Taman Nasional dan area sekitarnya yaitu TN Gunung Leuser, TN Bukit Barisan Selatan dan TN Way Kambas. Perburuan untuk diperdagangkan culanya menjadi faktor penyebab turunnya populasi satwa ini. Selain itu, ancaman utama yang dialami oleh badak sumatera adalah berkurangnya luasan hutan yang menjadi habitat badak, fragmentasi habitat, aktifitas masyarakat di sekitar habitat badak, perburuan dan aktifitas illegal lainnya, degradasi kualitas habitat.
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0