Meneropong Si Hidung Besar di CA Selat Sebuku

Selasa, 23 Juli 2019

Kotabaru, 17 Juli 2019 – Tim Balai KSDA Kalimantan Selatan kembali melakukan monitoring bekantan di CA Selat Sebuku, di Kabupaten Kotabaru pada tanggal 12-17 Juli 2019. Tim survey yang diperkuat oleh fungsional PEH dan Polhut ini dipimpin langsung oleh Kepala Seksi Konservasi Wilayah III, Nikmat Hakim Pasaribu, S.P, M.Sc. Bekantan (Nasalis larvatus) merupakan satwa endemik Kalimantan yang populasinya terus menurun sebesar lebih dari 80% dalam kurun waktu 3 dasawarsa terakhir karena degradasi dan fragmentasi habitat. Untuk meningkatkan populasi bekantan sebesar 10%, berbagai upaya dilakukan oleh Bksda Kalimantan Selatan antara lain dengan aktif melakukan patroli pengamanan kawasan dan penyuluhan kepada masyarakat disekitar kawasan konservasi. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk ikut menjaga kelestarian kawasan konservasi, khususnya menjaga keanekaragaman hayati termasuk satwa Bekantan sebagai satwa dilindungi dan maskot Provinsi Kalimantan Selatan.

Untuk mengetahui perkembangan Bekantan, pada pertengahan tahun 2019 ini salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan cara memantau populasinya di alam. Pemantauan bekantan di CA Sebuku sendiri sudah dilakukan sejak tahun 2015. Tahun 2019 ini merupakan tahun ke-5 BKSDA Kalsel melaksanakan monitoring populasi bekantan di kawasan ini.

Kepala BKSDA Kalsel, Dr. Ir. Mahrus Aryadi, M.Sc dalam beberapa kesempatan selalu mengingatkan bahwa peningkatan populasi 25 satwa terancam punah prioritas sebesar 10% pada tahun 2019 bukan hanya menjadi IKK dari Dirjen KSDAE tapi termasuk ke dalam Rencana Jangka Menengah Nasional yang perkembangannya dilaporkan secara rutin kepada Kantor Staf Kepresidenan setiap tahunnya.

Beliau juga menyampaikan bahwa peningkatan populasi satwa ini menjadi acuan keberhasilan pengelolaan ekosistem dengan menakar kondisi biologis dan ketersediaan habitat, sekaligus keberhasilan program konservasi. Kepada para petugas atau pelaksana kegiatan monitoring agar melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab dan jujur dalam penyampaian data hasil kegiatan agar tidak terjadi bias dalam pengembangan pangkalan data namun tetap mengacu pada kaidah-kaidah atau metoda yang ada.

Monitoring atau pemantauan Bekantan di habitat alaminya di kawasan konservasi termasuk di CA Sebuku bertujuan untuk mendapatkan data kondisi populasi bekantan serta  untuk mendapatkan gambaran kondisi eksisting habitat terkini apakah masih mendukung keberlangsungan kehidupan bekantan. Kondisi populasi Bekantan setidaknya meliputi jumlah perjumpaan individu dan struktur populasi (jantan, betina, remaja, anak/bayi).

Metode yang digunakan dalam pemantauan populasi bekantan di CA Sebuku adalah kombinasi dari metode susur sungai (rivers survey) dan metode terkonsentrasi (concentration count). Penyusuran sungai dilakukan untuk menemukan titik-titik konsentrasi bekantan, selanjutnya penghitungan populasi dilakukan untuk setiap konsentrasi  Bekantan yang dijumpai.

Lazimnya pengamatan Bekantan dilakukan pada pagi hari setelah matahari terbit sampai matahari mulai naik sekitar jam 9 pagi dan sore hari mulai jam 15.00 sampai saat matahari  terbenam. Waktu pengamatan ini didasarkan pada perilaku bekantan yang berada di pohon tidurnya di tepi sungai pada waktu-waktu tersebut. Di luar jam tersebut bekantan akan sulit dijumpai karena mereka melakukan aktivitas penjelajahan ataupun beristirahat di bawah/ lantai hutan untuk menghindari teriknya matahari. Saat pengamatan di CA Sebuku tepatnya di Sungai Serakaman terdapat fenomena yang  sedikit berbeda, di beberapa titik pengamatan Bekantan justru dijumpai pada siang hari, meskipun di titik pengamatan lainnya dijumpai di pagi dan sore hari. Kecenderungan perilaku ini diduga karena di pagi dan sore hari aktivitas lalu lalang perahu motor masyarakat lebih tinggi. Hal ini karena di daerah ini sungai merupakan askes utama bagi masyarakat untuk mencapai atau keluar desa.

Bekantan dijumpai di Sungai Serakaman, Sungai Kanibungan dan Pulau Keluang. Di Sungai Serakaman sedikitnya teramati secara langsung sebanyak 36 individu yang terdiri dari indvidu jantan, betina dan remaja.  Di Sungai Kanibungan teramati 4 individu yang terdiri dari 1 ekor jantan, 2 betina dan 1 remaja.  meskipun menurut  penuturan masyarakat jumlah kawanan Bekantan yang sering terlihat di Sungai Kanibungan lebih dari itu. Selama beberapa kali ulangan tim tidak menjumpai kelas umur bayi. Di Pulau Keluang, tim kurang beruntung  karena selama beberapa kali ulangan, hanya menjumpai 1 individu yang  teramati dari jauh dan tidak terindentifikasi jenis kelamin dan kelas umurnya, diperkirakan adalah Bekantan dewasa.

Habitat bekantan  di Sungai Serakaman dan Kanibungan disusun oleh asosiasi  mangrove. Di bagian muara didominasi oleh jenis Rhizophora apiculata dan Rhizophora mucronata. Semakin mengarah ke dalam merupakan kombinasi vegetasi mangrove dan nipah (Nypa fruticans). Jenis mangrove lainnya yang menyusun komposisi vegetasi antara lain jenis Bruguiera sp, tingi (Ceriops tagal), kelampan (Cerbera manghas), buta-buta (Excoecaria agallocha), dungun (Herieteria littoralis), dengan jenis mirih (Xylocarpus granatum) mendominasi.

Selain Bekantan, dijumpai jenis primata  monyet ekor panjang (Macaca fascularis) dan lutung (Trachypithecus cristatus) yang merupakan satwa kompetitor dalam penggunaan sumber daya yang ada. Meskipun tim tidak menjumpai langsung selama pengamatan, buaya muara (Crocodylus porossus) konon merupakan satwa predator bagi Bekantan ataupun primata lainnya di habitat ini. Ular cincin emas atau ular kucing bakau/ular tali wangsa (Boiga dendrophila) adalah reptil yang dijumpai langsung tim saat pemantauan. Ular ini merupakan spesies ular berbisa menengah dari suku Colubridae. Beberapa jenis burung seperti elang bondol (Haliastur indus), dan pekaka emas (Pelargopsis capensis) kerap dijumpai selama  pengamatan.

Lebih Lanjut Kepala Seksi Konservasi Wilayah III, Bapak Nikmat Hakim P, S.P, M.Sc mengatakan “Untuk di wilayah ini peningkatan populasinya telah melebihi target tahunannya yakni 2% per tahun, semoga di site monitoring lainnya juga seperti ini”. (ryn)

Sumber : Mila Rabiati, S.Hut., M.Si - PEH Balai KSDA Kalimantan Selatan 

 

 

2WhatsApp Image 2019-07-23 at 08.17.06

3WhatsApp Image 2019-07-23 at 08.18.03

 

 

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Belum terdapat komentar pada berita ini