Mbah Surat, Father’s of Green Peacock

Sabtu, 21 Juli 2018

Memelihara satwa pun harus dengan hati. Mungkin itu pesan yang dapat kita ambil dari sosok sederhana penangkar Merak Hijau (Pavo muticus) bernama Surat Wiyoto atau yang lebih akrab disapa dengan Mbah Surat. Berdomisili di Dusun Soko, Desa Tawangrejo Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun. 

Cerita berawal ketika pada tahun 2007 Mbah Surat yang bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang bakso keliling sedang bertani ke hutan. Mbah Surat menemukan telur Merak Hijau di pinggir hutan jati wilayah KPH Madiun sebayak 4 (empat) butir. Telur tersebut kemudian ditetaskan dengan bantuan indukan ayam. 10 (sepuluh) hari kemudian telur Merak Hijau menetas dan hidup hingga dewasa. 

Informasi pemeliharaan Merak Hijau oleh Surat Wiyoto tersebut diketahui oleh petugas KSDA Bidang wilayah I Madiun. Selanjutnya Surat Wiyoto dibimbing dan diarahkan secara administrasi dan teknis untuk melakukan kegiatan penangkaran Merak Hijau secara legal. Sebagai pemilik izin resmi penangkaran Merak Hijau, sejak tahun 2014 Mbah Surat juga sudah mengantongi izin pengedar satwa dalam negeri. 

Ketekunan Mbah Surat dalam memelihara Merak Hijau membuahkan hasil. Dalam merawat satwa, Mbah Surat mampu memadukan teknis pemeliharaan secara modern dan tradisional. Untuk menjaga kesehatan Merak, sesekali Mbah Surat menambahkan cabai untuk pakan Merak. Sesekali pula Mbah Surat memberikan pijatan dan mengoles minyak gosok pada Merak yang kurang sehat. Jika sudah sakit parah, baru Mbah Surat membawa Meraknya ke Dokter Hewan terdekat. 

Sebagai salah satu penyedia indukan yang legal, saat ini penangkaran Mbah Surat telah memiliki 6 (enam) pasang indukan. Sedangkan Merak Hijau generasi F2 dan F3 hasil penangkaran yang telah dipasarkan sebanyak 15 (lima belas) pasang dengan harga pasaran berkisar antara Rp 25.000.000,- s/d 30.000.000,-. 

Penangkaran Merak Hijau dirasakan mampu memberikan peningkatan ekonomi. Mbah Surat sudah tidak perlu lagi menjual bakso keliling kampung. Bahkan hasil anakan Merak Hijau yang dijual dan ditangkarkan kembali di Semarang dan di Malang telah berhasil pula berkembang biak. Sehingga keberhasilan dan peningkatan ekonomi dirasakan juga oleh pihak lain. 

Keberhasilan penangkaran Merak Hijau Mbah Surat juga turut mendukung upaya pelestarian budaya Reog Ponorogo. Bulu Merak Hijau yang telah tanggal merupakan salah satu bahan baku Barongan (Dadak Merak) pada seni Reog Ponorogo. 

Penangkaran Merak Hijau Mbah Surat sudah sering dijadikan lokasi liputan oleh wartawan media massa maupun televisi. Diantaranya acara Merajut Asa Trans 7, Seputar Indonesaia Pagi RCTI dan Si Otan Trans 7. Beberapa kali lokasi penangkaran juga didatangi oleh pelajar dan mahasiswa untuk kegiatan edukasi maupun penelitian. 

Gaung penangkaran Merak Mbah Surat pun sudah menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Madiun. Diantaranya berasal dari Selandia Baru, Paris dan Mexico yang tertarik untuk melihat keseharian Mbah Surat dalam memelihara Merak-meraknya. Mereka mengaku senang dapat melihat keelokan Merak Hijau secara langsung. 

Keberhasilan penangkaran Merak Hijau di Madiun mulai menarik perhatian stakeholder terkait. Dinas Pariwisata Kabupaten Madiun ingin manjadikan lokasi penangkaran Merak Hijau milik Mbah Surat sebagai salah satu destinasi wisata di Kabupaten Madiun. Diperlukan dukungan dari multipihak agar penangkaran Mbah Surat dapat diperhitungkan sebagai salah satu destinasi wisata edukasi, konservasi dan budaya di Madiun dan sekitarnya.

Sumber : Balai Besar KSDA Jawa Timur

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini