Kamis, 24 Mei 2018
Sleman, 24 Mei 2018. Ditengah aktivitas Gunung Merapi yang sedang bergejolak, Balai Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) gelar Sosialisasi Penyadartahuan Konservasi Anggrek Merapi di Kawasan TNGM Tahun 2018. Gelaran sosialisasi yang bertempat di Aula Museum Gunungapi Merapi, Pakem, Sleman, DIY, dihadiri sekitar 40 (empat puluh) orang stakeholder yang berasal dari unsur Pemerintah, Akademisi, Peneliti, Guru, Agamawan, Swasta, Organisasi, Kelompok Masyarakat dan Pemerhati Anggrek. Kegiatan ini digelar agar masyarakat memiliki pengetahuan dan pemahaman yang benar mengenai konservasi Anggrek Merapi, sehingga membangkitkan kesadaran dan termotivasi untuk berpartisipasi aktif dan memiliki solidaritas serta sinergitas yang tinggi dalam menyelamatkan dan melestarikan Anggrek Merapi di kawasan TNGM.
“Konservasi Anggrek Merapi merupakan salah satu fokus dalam pengelolaan TNGM, bahkan tahun 2018 ini diwujudkan dalam bentuk Role Model Konservasi Anggrek Merapi Berbasis Masyarakat Desa Penyangga. Pilihan ini juga menampik anggapan bahwa Taman Nasional membatasi ruang gerak masyarakat” ujar Kepala Balai TNGM, Ammy Nurwati. Ammy juga menekankan pemanfaatan secara legal Anggrek Merapi, bukan sekedar pemanfaatan secara komersiil namun lebih jauh lagi potensi nilai pariwisata.
Salah satu keistimewan Anggrek Merapi adalah Gen ketahanan terhadap cekaman panas (Gen HSP70) yang tinggi, diantaranya Vanda tricolor ucap pemateri pertama Dr. Endang Semiarti, MS., M.Sc (Dosen Fakultas Biologi UGM/Ketua PAI Cabang DIY
Adalah pemateri kedua Sulistyono, S.Si., M.Sc.(Dosen Sanatadharma) membagi pengalamannya dalam melestarikan Anggrek Merapi yang diilhami dari hobi fotografi yang dilanjutkan pesan bijak dari pemateri ketiga, Bp. Musimin (Ketua KT Ngudi Makmur), bahwa Kunci konservasi Anggrek Merapi hanya diperlukan satu kesepakatan, harus dijaga kemurniannya, tidak perlu merekayasa walaupun dengan teknologi apapun.
Pada sesi diskusi, AYPBC Widyatmoko, peneliti BBPPBPTH Purwobinangun, menyampaikan bahwa restorasi anggrek harus berbasis Kemurnian Sumber Daya Genetik indukan, kejelasan asalnya, kondisi habitat, dan lokasi restorasi yang tepat. Beliau siap untuk berkontribusi untuk mendukung upaya konservasi anggrek melalui kultur jaringan. Kisworo, Dekan Fak. Bioteknologi UKDW, menekankan bahwa masyarakat merupakan unsur utama yang menjamin keberhasilan konservasi anggrek.
Kesepatan sosialisasi melalui rumusan bahwa pelestarian plasma nutfah Anggrek Merapi berdasarkan Kemurnian Sumber Daya Genetik indukan, asalnya, kondisi habitat, lokasi restorasi baik secara in situ dan ex situ berbasis masyarakat; Perlu adanya tindak lanjut pelaksanaan FGD untuk membahas kolaborasi stakeholder dalam Konservasi Anggrek Merapi Berbasis Masyarakat; Adanya media yang efektif untuk membangun komunikasi antar stakeholder; Bentuk-bentuk kegiatan Konservasi Anggrek Merapi harus berbasis Pendidikan yang Berkelanjutan dan Mendukung pengembangan Ecotourism Anggrek Merapi di TN Gunung Merapi dan desa penyangga.
Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Merapi
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0