TN Bantimurung Bulusaraung Tempat 30 Peserta Diklat Praktik Pengendalian Jenis Tumbuhan Invasif

Minggu, 25 Maret 2018

Bantimurung, 26 Maret 2018. Peserta pendidikan dan pelatihan (diklat) pengendalian tumbuhan invasif di kawasan konservasi memulai praktik lapang di kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung. Mereka melakukan praktik lapang di Resort Pattunuang, lokasi sebaran pohon hujan (Spatodea campanulata) menginvasi ekosistem karst. Mereka memulai praktik lapang di Pattunuang hari jumat 23 Maret 2018 selama tiga hari kedepan, peserta belajar tentang bagaimana mengenal jenis tumbuhan dan bagaimana mendeteksi dini keberadaan jenis tumbuhan invasif. Selanjutnya juga belajar bagaimana melakukan analisis vegetasi.

Peserta diklat  berasal dari beberapa Balai Taman Nasional, Balai Konservasi Sumber Daya Alam, dan Kesatuan Pengelolaan Hutan yang berasal dari wilayah Sulawesi hingga Maluku. Beberapa widyaswara mendampingi peserta ini selama melakukan praktik lapang serta  dua personil Resort Pattunuang.

”Selama praktik di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung kita akan belajar mengenal jenis-jenis tumbuhan secara umum. Setelah tahu tumbuhannya kita bisa mencocokkan tumbuhan yang tergolong invasif dengan melihat daftar lampiran Permen LHK nomor P.94/2016 ” ujar Muh. Rafii, Widyaswara BDLHK Makassar.

Kegiatan praktik pengenalan tumbuhan dilakukan di halaman Maros Water Park. Mulai dari tumbuhan perdu, merambat, hingga pohon. Melihat langsung tumbuhannya kemudian pengajar menerangkan nama lokal hingga nama botaninya.

Lebih lanjut widyaswara BDLHK Makassar lain mengajarkan peserta cara menganalisis vegetasi. Analisis vergetasi berguna untuk mengetahui struktur dan komposisi tegakan hutan. Menganalisis vegetasi hutan asli sebagai ekosistem referensi maupun vegetasi hutan yang sudah terganggu oleh jenis-jenis invasif untuk tindakan pemulihan.

“Hari kedua kita akan belajar bagaimana cara melakukan analasis vegetasi. Membuat plot petak ukur, kemudian mengenal jenis dan mengukur tumbuhan di dalam petak. Mulai dari tingkat pohon, tiang, pancang, hingga semai. Setelah itu kita akan menghitung indek nilai pentingnya,” jelas Arif Muhammadiyah, Widyasawara BDLHK Makassar. 

Hari kedua peserta diklat belajar analisis vegetasi. Membuat plot kemudian mendata struktur dan komposisi tumbuhan yang berada di dalamnya. “Analisis vegetasi ternyata cukup menantang. Peserta wajib mengumpulkan data dengan akurat. Mulai dari jenis pohon, diameter, dan tinggi. Kami juga mengukur tutupan tajuk pohon kemudian membuat sketsa diagram profil dan proyeksi tajuk,” ujar Hendrawan, peserta diklat dari Balai TN Wakatobi. “Kami senang melakukan praktik ini. Ini ilmu dasar, namun sangat saat berguna bila kami melakukan analisis vegetasi di tempat kerja kami nantinya,” tambahnya. Malam harinya peserta mengolah data. Menggambar proyeksi tajuk dan diagram profil tegakan. Selanjutnya mengolah data pohon untuk menentukan indeks nilai penting setiap jenisnya.

Hari ketiga peserta melakukan praktek analisis resiko jenis tumbuhan invasif serta fisibilitas tata kelolaannya. Menganalisis dua tumbuhan invasif yang berada di wilayah kerja masing-masing. Berlatih mengidentifikasi dini tumbuhan invasif yang mengancam ekosistem asli. Tugas ini nantinya akan menjadi rencana aksi peserta saat kembali ke unit kerja masing-masing. Pada akhir praktik tim widyaswara berharap praktik lapang di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung bermanfaat. Demi terjaganya ekosistem asli, sehingga terjaga tumbuhan lokal tanpa ancaman tumbuhan invasif.

Sumber: Taufiq Ismail – PEH Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini