Menilik Rahasia TN Bali Barat Sebagai Best Top 100 Destinations

Jumat, 09 Maret 2018

Gilimanuk, 9 Maret 2018. Penghargaan untuk Taman Nasional Bali Barat sebagai Best Top 100 Destinations di Internationale Tourismus Borse (ITB) Berlin, Jerman menjadi bukti bahwa 3 sasaran pengelolaan taman nasional telah berjalan secara proporsional dan selaras, sehingga potensi keanekaragaman hayati yang menjadi atraksi utama di TN Bali Barat tetap terjaga kelestariannya. Selain itu, pelibatan masyarakat dan para pihak lainnya dalam pengelolaan ekowisata juga sangat berperan. Sehingga hal ini menjadi keunggulan dalam penilaian penghargaan Sustainable Destinations 2018 Top 100 Awards untuk kategori Best of the Planet, Best of Asia Pacific.

Jumlah kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Bali Barat Tahun 2017 berjumlah 58.680 orang. Jumlah tersebut terdiri dari wisatawan mancanegara sebanyak 40.150 orang dan wisatawan nusantara sebanyak 18.530 orang. Pengembangan wisata di TN Bali Barat diarahkan ke model wisata minat khusus (special interest tourism) dan sebisa mungkin tidak mengarah ke wisata massal (mass tourism). Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan carrying capacity atau daya dukung kawasan untuk mempertahankan kelestarian sumberdaya alam yang ada.

Sepanjang 2017 sarana dan prasarana wisata dikembangkan untuk tujuan pelayanan dan peningkatan kepuasan pengunjung. Sarana tersebut antara lain berupa dermaga wisata Labuan Lalang, pembuatan shelter, penyediaan toilet, dan pengembangan Wisma Cinta Alam (WCA). Diharapkan dengan adanya sarana penunjang pariwisata alam tersebut pengembangan ekowisata di TN Bali Barat bisa semakin baik. Sehingga dampaknya dapat dinikmati oleh masyarakat sekitar taman nasional.

Kawasan Taman Nasional Bali Barat dengan luas 19.026,97 Ha merupakan kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi dan memiliki 3 (tiga) strategi pengelolaan, yaitu yang dikenal dengan prinsip 3P (Perlindungan, Pengawetan, dan Pemanfaatan). Implementasi dari strategi pengelolaan yang ketiga yaitu pemanfaatan sumberdaya alam secara lestari, salah satunya adalah pengembangan ekowisata.

Pengembangan ekowisata di Taman Nasional Bali Barat melibatkan peran serta para pihak, antara lain masyarakat, Pemerintah Kabupaten (Jembrana dan Buleleng), Pemerintah Desa, Desa Adat, pelaku usaha jasa wisata, dan pengusaha pariwisata. Ada 3 Pemegang Izin Pengusahaan Pariwisata Alam, yaitu PT. Trimbawan Swastama Sejati (TSS), PT. Shorea Barito Wisata (SBW). dan PT. Disthi Kumala Bahari. Dari 3 (tiga) pemegang izin tersebut jumlah pegawainya 80% berasal dari masyarakat sekitar taman nasional. Hotel dan penyedia akomodasi di sekitar Taman Nasional Bali Barat dalam operasionalnya mayoritas berasal dari tenaga lokal dengan mengacu pada sasaran pengelolaan.

Atraksi wisata yang dikembangkan di Taman Nasional Bali Barat, antara lain menyelam (diving), snorkeling, pengamatan hidupan liar, pengamatan burung (birdwatching), trekking, dan wisata religi. Atraksi tersebut dikembangkan secara proporsional pada zona pemanfaatan yang telah ditetapkan. Lokasi utama yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan adalah di zona pemanfaatan yang berada di Pulau Menjangan berupa aktivitas snorkeling dan diving. Selain itu, di TNBB juga terdapat zona lain berupa Zona Inti, Zona Rimba Daratan, Zona Perlindungan Bahari, Zona Religi Budaya dan Sejarah, Zona Tradisional, dan Zona Khusus.

Pulau Menjangan dengan luas daratan 170 Ha terbagi menjadi Zona Inti seluas 31,042 Ha, Zona Rimba Daratan seluas 103,798 Ha, Zona Pemanfaatan seluas 22,317 Ha, dan Zona Religi, Budaya, dan Sejarah seluas 12,617 Ha. Zona Inti dipertahankan keasliannya dan tidak dikembangkan untuk kepentingan pariwisata, zona rimba daratan dapat dikembangkan untuk pariwisata namun sangat terbatas. Sedangkan zona religi, budaya, dan sejarah untuk mengakomodir kepentingan peribadatan bagi umat Hindu.

Taman Nasional Bali Barat juga memiliki zona tradisional seluas 310,94 Ha yang terbagi di 2 lokasi, yaitu di Perairan Teluk Gilimanuk dan Teluk Terima. Zona ini ditetapkan untuk mengakomodir kepentingan kegiatan pemenuhan kebutuhan masyarakat (khususnya nelayan) yang telah berlangsung secara turun temurun.

Sumber : Balai TN Bali Barat

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini