3 UPT Studi Banding ke Balai TN Gunung Ciremai

Selasa, 20 Februari 2018

Kuningan, 20 Februari 2018. Episode studi banding para pengelola kawasan hutan konservasi ke kawasan TN Gunung Ciremai (TNGC) terus berlanjut. Kali ini di awal tahun, BKSDA DKI Jakarta pada tanggal 25-27 Januari 2018, Balai TN Meru Betiri pada tanggal 5-10 Februari dan Balai TN Batang Gadis pada tanggal 11-14 Februari 2018 bergiliran berkunjung untuk melakukan studi banding. Mereka melakukan penggalian informasi terkait pengelolaan kawasan TNGC yang berbasiskan peran aktif masyarakat sekitarnya. Peran aktif masyarakat sekitar TNGC sangat kentara dalam pengelolaan ODTWA (Obyek Daya Tarik Wisata Alam) yang disebut dengan Masyarakat Mitra Wisata TNGC.

Masyarakat Mitra Wisata TNGC memiliki peran multi efek dalam pengelolaan kawasan, karena tidak hanya menjadi operator wisata, melainkan juga turut aktif melakukan kegiatan konservatif seperti mencegah kebakaran hutan, melakukan penanaman pohon secara swadaya, melestarikan budaya lokal dll.

Masyarakat Mitra Wisata TNGC tersebar di 54 titik ODTWA yang hampir ada di setiap desa yang berbatasan dengan kawasan TNGC. Dengan demikian maka Masyarakat Mitra Wisata menjadi benteng perlindungan bagi pengelolaan kawasan karena keberadaanya di lapangan yang mampu hadir selama 24 jam sehingga sangat membantu petugas.

Studi banding dilakukan dengan langsung berinteraksi dengan Masyarakat Mitra Wisata TNGC yaitu MPGC Curug Cipeuteuy, Kelompok Masyarakat Bujangga Manik di Batu Luhur, Curug Gongseng di Desa Cibuntu, 1001 Tangga Manguntapa di Desa Singkup dan Ipukan di Desa Cisantana. Agar diskusi dan inisiasi berjalan efektif maka para peserta studi banding juga menginap di home stay yang telah disediakan. Selain dihadiri oleh para pegawai, peserta studi banding juga berasal dari perwakilan pemerintah daerah dan masyarakat.

Setelah semua informasi cukup diserap, para peserta studi banding lalu menyaring kembali tahapan-tahapan yang mungkin dapat diterapkan di wilayah kerjanya sehingga dapat menghasilkan pengelolaan kawasan konservasi yang mampu memberikan peran aktif masyarakat sebagai peran utama. Maklum saja selama puluhan tahun kehadiran KPA (Kawasan Pelestarian Alam) dan KSA (Kawasan Suaka Alam) sering menjadi momok menakutkan bagi masyarakat.

Sumber : Balai TN Gunung Ciremai

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini