150 Hari Mewujudkan Forum Komunikasi Kelompok Swadaya Masyarakat Gilimanuk di TN Bali Barat

Kamis, 15 Februari 2018

Gilimanuk, 15 Februari 2018. Lima bulan atau tepatnya 150 hari waktu yang dibutuhkan dalam proses pendampingan pembentukan Forum Komunikasi Kelompok Swadaya Masyarakat Gilimanuk (FKK-SMG). Kritikan, sindiran, serta susahnya membangun kesepahaman bukan menjadi halangan bagi fasilitator Taman Nasional Bali Barat (TNBB).

"Melalui kesabaran dan semangat, kami perlahan membangun kesepahaman untuk sebuah tujuan yang sama, pengelolaan kawasan konservasi berbasis masyarakat" ucap Kuat Wahyudi, salah seorang fasilitator TNBB. Nana Rukmana, fasilitator yang lain menambahkan "Masyarakat menjadi mitra dalam membangun kawasan konservasi, bukan menjadi musuh. Seiring berjalannya waktu, akan tiba saat dimana proses pendampingan akan menunjukkan hasil".

Seperti hari ini, Kamis, 15 Februari 2018, bertempat di Kelurahan Gilimanuk, pengukuhan FKK-SMG dilaksanakan. Lurah Gilimanuk, Gede Wariyana Prabawa, S.STP dalam sambutannya menyampaikan ucapan terimakasih kepada Kepala Balai TNBB, Drh. Agus Ngurah Krisna, M.Si, Kepala SPTN I Jembrana, Ali Purwanto, S.Hut, M.Sc, dan tim fasilitator TNBB yang telah memberikan dukungan serta pendampingan selama ini. Ucapan terimakasih kepada TNBB juga di disampaikan oleh ketua FKK-SMG, Imam Sapii.

Dengan penandatangan Berita Acara Pengukuhan FKK-SMG oleh Lurah Gilimanuk, secara resmi FKK-SMG telah terbentuk dengan fokus meliputi program pemberdayaan masyarakat, sosialisasi dukungan program pemerintah, serta sebagai mitra TNBB dalam penataan pengelolaan pelaku usaha penyediaan jasa wisata. Apa yang dilakukan Yudi dan Nana adalah salah satu wujud nyata proses pendampingan kelompok masyarakat yang dilakukan oleh para fasilitator TNBB. Semangat adalah modal utama dalam pencapaian suatu tujuan. Cara baru mengelelola kawasan yang diinstruksikan oleh Dirjen KSDAE di terapkan dengan melibatkan semua stakeholder untuk bersinergi dalam membangun kawasan konservasi. Fasilitator TNBB berusaha menerapkan arahan tersebut.

Masyarakat adalah mitra bukan musuh. Bersama masyarakat kita bisa mewujudkan pengelolaan kawasan Konservasi berbasis masyarakat.

Sumber : SPTN I Balai TN Bali Barat

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini