Jaga Hutan Karena Tidak Semua Daerah Ada Ikan Semah

Jumat, 09 Februari 2018

Putussibau, 8 Februari 2018. Keberadaan Ikan Semah (Tor sp) di kawasan hutan sekitar Taman Nasional Betung Kerihun-Danau Sentarum (TN Bentarum) harus menjadi pendorong bagi masyarakat untuk menjaga hutan mereka, karena tidak semua wilayah dapat ditemui jenis ikan langka ini. Hal ini ditegaskan Kepala Bidang PTN Wilayah II, Fery AM. Liuw mewakili Kepala Balai Besar, saat membuka acara “Dialog Interaktif Dengan Masyarakat Dalam Rangka Pembinaan Dan Penyadartahuan Masyarakat Di Desa Sekitar Hutan TNBKDS” Kerjasama REDD+ antara Pemerintah Norwegia dan Indonesia di Balai Adat Dusun Nanga Hovat, Desa Datah Diaan Kabupaten Kapuas Hulu, Rabu (7/2).

“Disini kita masih mendapatkan ikan semah, ditempat lain tidak, karenanya kita harus jaga hutan kita” tegas Fery. Ikan semah merupakan salah satu satu jenis ikan langka di dunia. Data IUCN (Lembaga Internasional terkait konservasi) melaporkan bahwa ada 6 negara yang diketahui habitat ikan ini diluar indonesia diantaranya China, Malaysia, Kamboja, Laos, Vietnam dan Thailand.

Keberadaan ikan semah di sekitar Kawasan TN Bentarum khususnya di DAS Mendalam menjadi daya tarik tidak hanya para wisatawan namun juga bagi peneliti. Mengutip harian Tribun Jambi Harga ikan yang masih merupakan famili dengan ikan mas ini dipasaran mencapai 750 ribu perkilo (http://jambi.tribunnews.com/2014/04/02/ikan-semah-jadi-santapan-raja-di-malaysia-rp-750-ribu-per-kilo). Karenanya, Fery menilai prospek budidaya ikan semah menjadi prioritas untuk dikembangkan di wilayah desa penyangga TN Bentarum.

“Saat ini kami sedang mencoba budidaya ikan semah yang nantinya akan dikembangkan di wilayah lain termasuk di Nanga Hovat” jelasnya. Jika progam budidaya ini berhasil maka secara langsung mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap Kawasan hutan termasuk Kawasan TN Bentarum. Nantinya masyarakat akan memiliki sumber penghidupan baru dengan mengembangbiakkan ikan semah dan dijual ke pasaran luar.

“Kami mencoba memberikan alternatif sumber penghasilan yang tentunya berlandaskan pada prinsip keberlanjutan dalam pengelolaan Kawasan konservasi” tutup Fery mengakhiri wawancaranya.

Selain budidaya ikan semah, populasi ikan ini di alam juga masih menjadi misteri. IUCN menggolongkan ikan ini sebagai Data Deficient (DD) alias kurang data. Data deficient merupakan kategori IUCN untuk mengklasifikasi spesies yang telah diobservasi di alam dan cenderung memiliki karakterisitik populasi menurun tetapi nilai pastinya belum diketahui. Staf Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) yang dimintai keterangan terkait semah Tulus Pambudi mengatakan bahwa status Data Deficient merupakan isu yang menarik bagi peneliti. Hal ini karena kemungkinnan spesies tersebut bisa masuk dalam kategori terancam atau bahkan kritis.

“Mengutip IUCN status DD bisa jadi tidak bermasalah, atau bisa jadi terancam bahkan kritis dan untuk mengetahuinya perlu ada penelitian kelimpahan dan distribusinya” tegasnya.

Sumber : Balai Besar TN Betung Kerihun dan Danau Sentarum (TaNa Bentarum)

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini