Jumat, 12 Januari 2018
Labuhan Ratu, 12 Januari 2018. Populasi gajah Sumatera selama dua dekade terakhir telah mengalami penurunan yang cukup mengkawatirkan. Status gajah sumatera saat ini berada dalam fase kritis “critically endangered” menurut kriteria IUCN. Kondisi tersebut secara sederhana dapat dimaknai bahwa memerlukan upaya yang sangat luar biasa untuk mengembalikan populasi yang normal dengan distribusi yang proporsional. Fragmentasi dan degradasi habitat, perburuan liar merupakan faktor utama yang menyebabkan menurunnya populasi di alam. Sementara keberadaan gajah Sumatera yang ditempatkan di Pusat Latihan Gajah (PLG), dalam perjalanannya, pengelolaan PLG menghadapi berbagai kendala yang tidak kalah serius. Salah satu persoalan yang perlu segera dicarikan jalan keluarnya adalah ketersediaan pakan dengan kualitas dan kuantitas yang memadai.
Pemerintah telah menyediakan anggaran untuk pengadaan pakan tersebut, namun pola yang ditempuh saat ini masih dihadapkan pada kendala berupa belum terjaminnya ketersediaan pakan dengan mutu dan jumlah yang cukup secara kontinyu. Ketersediaan yang cukup tersebut ditujukan untuk menjamin kecukupan akan nutrisi gajah. Nutrisi mempunyai fungsi penting yaitu mempertahankan kemampuan gajah baik dari sisi kesehatan, produktivitas dan kekuatan gajah. Untuk memenuhi pakan selama ini, dilakukan melalui dua cara, yaitu gajah di angon atau digembalakan di sekitar PLG dan pembelian pakan tambahan. Pakan gajah alami fluktuasi ketersediaanya cukup besar khususnya pada musim kemarau, sedangkan disisi lain pakan gajah tambahan radius pencariannya semakin jauh. Oleh karena itu, untuk meningkatkan jaminan ketersediaan pakan gajah perlu disediakan sumber pakan dengan kualitas dan kuantitas yang memadai. Salah satu alternatif utama adalah dengan membuat ladang pakan gajah di PLG. Pembuatan demplot pakan diharapkan mampu mengatasi persoalan di atas sehingga kesehatan gajah tetap terjaga.
“Sebelum pelaksanaan pembuatan ladang pakan gajah, maka harus dibuat terlebih dahulu kanal pelindung dengan maksud agar tanaman yang ditanam terhindar dari gangguan satwa liar herbivor (gajah liar, rusa dan babi hutan). Pembuatan kanal calon ladang pakan gajah sepanjang 2,8 km dengan kedalaman 2 meter dan lebar 2 meter, dilakukan atas kerjasama antara Balai TNWK, Save Indonesian Endangered Spesies (SIES) dari Australia dan ALeRT (Aliansi Lestari Rimba Terpadu). Ladang pakan gajah seluas 20 hektar ini dibangun untuk mendukung pengelolaan PLG dalam rangka memenuhi kebutuhan pakan untuk kesejahteraan gajah secara berkelanjutan”, ujar Kepala Balai TN Way Kambas, Subakir, SH, MH, disaat monitoring pelaksanaan pembuatan kanal dengan didampingi oleh drh. Marcellus Adi CTR dari Alert.
Kegiatan yang dimulai pada awal November 2017 lalu, selesai dilakukan pada tanggal 26 Desember 2017 dengan menyewa sebuah eskavator. Terdapat juga Embung yang dibuat dengan ukuran 40 x 20 meter dan kedalaman 6 meter, untuk menampung air pada musim hujan dan menjadi sumber air dimusim kemarau. Serta lubang sampah dan kanal pembatas kandang induk dan anak gajah.
Sumber : TN Way Kambas dan Yayasan Alert
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0