Hasil Monitoring Spesies Utama Terancam Punah BBTNGGP

Rabu, 20 Desember 2017

Bogor, 13 Desember 2017. Telah dilaksanakan kegiatan “Seminar Hasil Monitoring Spesies Utama Terancam Punah”, di Hotel Amaris Pajajaran Bogor dengan jumlah peserta 40 orang yang terdiri dari Pejabat Struktural Balai Besar TNGGP, Pejabat Fungsional Pengendali Ekosistem Hutan (PEH) Balai Besar TNGGP, perwakilan dari Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Balai Besar KSDA Jawa Barat, Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Para Akademisi (Institut Pertanian Bogor dan Universitas Nusa Bangsa), dan Pakar Satwa yaitu Resit Sozer, M.Sc. (PPS Cikananga Sukabumi), DR. Entang Iskandar (Pusat Studi Satwa Primata), dan DR. Ir. Hendra Gunawan, M.Si. (Forum Konservasi Macan Tutul Jawa), serta Deni, S.Hut, M.Sc (Universitas Kuningan) sebagai moderator.

Tujuan dari seminar ini adalah:
1. Meningkatkan kualitas data keanekaragaman hayati dalam hal ini data populasi 3 spesies prioritas;
2. Meningkatkan kompetensi sumberdaya manusia (PEH) dalam monitoring satwa liar; serta
3. Meningkatkan kerjasama dengan mitra dan akademisi.

Kegiatan seminar ini dibuka oleh Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) yang diwakili oleh Ir. Mimi Murdiah selaku Kepala Bidang Teknis Konservasi Balai Besar TNGGP. Dalam sambutannya, melalui kegiatan ini diharapkan dapat memberikan informasi terkini terkait populasi satwa liar prioritas di TNGGP dengan kualitas data yang dapat dipertanggungjawabkan.

Setelah pembukaan, seminar dilanjutkan dengan presentasi oleh Koordinator PEH Balai Besar TNGGP, Koordinator PEH Bidang PTN Wilayah I Cianjur, Koordinator PEH Bidang PTN Wilayah II Sukabumi, dan Koordinator PEH Bidang PTN Wilayah III Bogor. Setelah itu, dilanjutkan dengan pembahasan oleh narasumber dan diskusi.

Dalam presentasinya, koordinator PEH menyampaikan hasil monitoring satwa liar terancam punah prioritas 3 tahun terakhir (2015 - 2017), macan tutul jawa, owa jawa, dan elang jawa pada lokasi monitoring yang telah ditetapkan sesuai S.K. Kepala BBTNGGP No. SK.126/IV-11/BT-5/2015 tanggal 22 April 2015. Monitoring ini dilakukan selain merupakan salah satu kewajiban dalam pengelolaan satwa liar juga dalam rangka memonitor peningkatan populasi satwa terancam punah sebagaimana S.K. Direktur Jenderal KSDAE Nomor SK.180/IV-KKH/2015 tentang Penetapan 25 Satwa Terancam Punah Prioritas untuk ditingkatkan populasinya sebesar 10% pada tahun 2015. Hasil monitoring adalah sebagai berikut : 

  1. Owa Jawa Site Monitoring Bodogol Bogor (2.759 ha) tahun 2015 102 - 112 individu, tahun 2016 82 – 115 individu dan tahun 2017 89 – 103 individu.
  2. Macan Tutul Jawa Site Monitoring Jublegan Cianjur (2.720 ha) tahun 2015 2 ekor, tahun 2016 3 ekor dan tahun 2017 2 ekor.
  3. Elang Jawa Site Monitoring Situgunung Sukabumi (3.477 ha) tahun 2015 6 ekor, tahun 2016 17 ekor dan tahun 2017 12 ekor. 

Ada beberapa catatan penting dari hasil pembahasan dalam diskusi, yaitu:
1. Perserta seminar (termasuk narasumber dan akademisi) mengapresiasi data hasil monitoring satwa liar terancam punah prioritas yang disajikan oleh presenter dan direkomendasikan untuk dipublikasikan.
2. Hasil monitoring satwa liar tidak harus selalu meningkat karena populasi satwa liar dipengaruhi oleh daya dukung habitat. Apabila daya dukung habitat sudah optimal, maka populasi satwa liar di dalamnya akan stabil.
3. Mengingat keterbatasan camera trap yang digunakan dalam monitoring macan tutul, maka monitoring macan tutul perlu dibantu dengan monitoring secara manual yaitu monitoring berdasarkan temuan jejak baik cakaran, faces, sisa makanan, dan lain-lain. Idealnya, dalam 1 grid ukuran 2 km x 2 km habitat macan tutul diletakkan 1 camera trap sehingga dengan luas lokasi monitoring macan tutul sebesar 2.720 ha, diperlukan camera trap minimal 27.
4. Berdasarkan video hasil camera trap diperoleh informasi bahwa di lokasi yang dimonitoring terdapat macan tutul dengan anaknya yang menunjukkan bahwa populasi macan tutul dalam kondisi berkembang.
5. Monitoring elang jawa dilakukan berdasarkan perjumpaan namun untuk selanjutnya, monitoring elang jawa disarankan pada sarang sehingga hasilnya lebih akurat.
6. Untuk memperoleh data yang lebih baik disarankan untuk memperbanyak titik pengamatan, baik melalui camera trap maupun pengamatan manual.

Saran tindak lanjut
Untuk memperoleh data hasil monitoring satwa liar yang berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan maka kegiatan monitoring satwa liar perlu didukung dengan peralatan dan anggaran yang memadai, kapasitas pelaksana yang mumpuni serta konsistensi pengambilan data baik lokasi maupun metoda yang tepat.
Oleh karena itu, hal-hal yang perlu ditindaklanjuti adalah:
1. Penambahan peralatan penunjang monitoring antara lain camera trap, binokuler/ monoculer, GPS Geodetik, buku pengenal jenis, dan lain-lain.
2. Alat ukur jarak dengan lasser
3. Peningkatan kapasitas pelaksana (PEH) dalam identifikasi satwa liar sehingga identifikasi setiap individu satwa liar bisa lebih akurat.

“Berkualitas dan Bijaksana dengan Ilmu, Bekerja Gembira dengan Kerjasama”.

Sumber: Ali Mulyanto – Koordinator PEH Balai Besar TN Gunung Gede Pangrango

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini