Kamis, 21 Desember 2017
Jambi, 20 Desember 2017. Pengelolaan berbasis resort atau lebih dikenal dengan Resort Based Management merupakan pendekatan pengelolaan kawasan konservasi yang telah diinisiasi oleh Ditjen KSDAE selama beberapa waktu terakhir. Dimana pendekatan tersebut menjadikan resort yang berada pada tingkat tapak sebagai unit terkecil pengelolaan kawasan. Inisiatif RBM merupakan salah satu best practice namun demikian implementasinya memiliki dinamika yang cukup besar.
Sebagai salah satu perangkat pengelolaan informasi yang dikembangkan dalam mendukung efektivitas implementasi RBM, Ditjen KSDAE berkerjasama dengan parapihak telah mengembangkan perangkat SMART-RBM. Perangkat tersebut telah digunakan secara luas di berbagai tempat di dunia dalam mendukung pengelolaan kawasan konservasi.
Balai Taman Nasional Berbak telah menggunakan SMART dalam mengelola data, namun masih terbatas pada pengelolaan data yang diperoleh oleh tim TPPU (Tiger Protection and Patrol Unit) yang bertujuan untuk mengamankan habitat Harimau Sumatera. Selain itu, telah ada arahan Role Model “Membangun Sistem Perlindungan Kawasan Bersama Masyarakat melalui Smart Patrol di kawasan Taman Nasional Berbak dan Sembilang.
Guna mendorong penguatan implementasi RBM serta melihat efektivitas penerapan penggunaan SMART-RBM di TN Berbak dan Sembilang, Balai TN Berbak dan Sembilang Bekerjasama dengan ZSL melalui Project Tiger GEF UNDP dengan dipandu oleh Flying Team RBM Ditjen KSDAE melaksanakan “Lokakarya Implementasi SMART-RBM: Review dan Rencana Aksi”.
Metode G R O W (Goal yang merupakan tujuan Pengelolaan TNBS yang ingin dicapai bersama, Reality yang merupakan kondisi Pengelolaan TNBS saat, Option untuk menemukan solusi atas realita yang terjadi dan Will yang merupakan aksi yang dilakukan untuk melangkah kedepan) merupakan metode yang dijadikan dalam kegiatan lokakarya dalam menggali dan menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pengelolaan TN Berbak dan Sembilang kedepan.
Dalam metode ini di simpulkan Goal dalam pengelolaan TN Berbak dan Sembilang dalam 5 Tahun kedepan “Maju menjadi BBTNBS yang terorganisasi, terencana, Transparan, Good Governance/ Tata kelola yang baik untuk membebaskan kawasan dari perambahan serta menggali potensi wisata agar bermanfaat bagi masyarakat untuk kesejahteraan dan kemakmuran sebagai mitra satu hati TN”.
Dalam kegiatan lokakarya Dirjen KSDAE meluangkan waktu berdiskusi dengan petugas TNBS melalui sambungan Telpon (HP), dalam diskusi Bapak Wiratno memberikan beberapa point arahan kepada Petugas TNBS diantaranya:
- Masyarakat adalah mitra dalam pengelolaan Taman Nasional
- Kegiatan anjangsana merupakan sarana untuk melakukan pendekatan dengan masyarakat sehingga perlu dibiayai/dianggarkan
- Polhut terlibat dalam pertemuan Musrenbang Desa
- Kapasitas dan pengetahuan masyarakat sekitar kawasan perlu terus menerus ditingkatkan
- Petugas Taman Nasional di lapangan perlu menunjukkan identitasnya (seragam, kendaraan)
- Kawasan Taman Nasional harus memberikan manfaat kepada masyarakat
- TNBS perlu mendukung potensi ekonomi produktif masyarakat, salah satunya perikanan
- PEH harus memiliki tugas yang definitif, memiliki spesialisasi dan memiliki program kerja
- Seksi Sembilang perlu diperhatikan karena memiliki nilai penting bagi Propinsi Sumsel
- Dukungan Yayasan Belantara untuk pengembangan wisata di TNBS perlu dimanfaatkan sebaik mungkin untuk pengelolaan TNBS. Salah satu dukungan Yayasan Belantara adalah penyiapan sarana prasarana wisata burung migran dalam menyambut Asean Games
- Penyuluh dihimbau memiliki kelompok binaan
- Penyuluh perlu meningkatkan kapasitas secara mandiri dengan membaca. Penyuluh perlu mengembangkan kemampuan orasi dan menulis
- Buku paradigma pengelolaan kawasan konservasi dapat dijadikan referensi dalam pengelolaan RBM
- “Banggalah menjadi pekerja lapangan”
Dari hasil lokakarya dirumuskan rencana aksi TN Berbak dan Sembilang Tahun 2018 mulai dari tingkat resort, Seksi Pengelolaan Wilayah dan Balai. Untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan petugas Resort dalam penyusunan Rencana Aksi, Flying Team RBM Ditjen KSDAE sebagai Fasilitator Kegiatan merekomendasikan adanya kegiatan Inhouse Traning dalam penyusunan Rencana Kerja pada Tingkat Resort.
Sumber : Balai TN Berbak dan Sembilang
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0