Cibodas, 26 Oktober 2017. Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) menyelenggarakan Lokakarya Pemanfaatan Potensi Keanekaragaman Hayati dengan tema “Cacing Sonari sebagai Peluang Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat”
Tema tersebut diambil mengingat TNGGP merupakan salah satu habitat Cacing Sonari dan kalangan masyarakat memiliki keyakinan bahwa Cacing Sonari berkhasiat untuk kesehatan dan mempunyai nilai jual yang tinggi.
Tujuan Lokakarya adalah:
- Memperoleh kesepahaman pengelola kawasan, terkait kebijakan pemanfaatan keanekaragaman hayati di kawasan TNGGP untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.
- Memperoleh informasi aspek biologi, morfologi, dan manfaat Cacing Sonari dan kemungkinan Cacing Sonari untuk dibudidayakan.
- Mendapatkan lesson learned dari budidaya cacing tanah yang sdh dilakukan di sekitar TNGGP.
Lokakarya ini diikuti oleh pegawai TNGGP, masyarakat, dan volunteer TNGGP, dengan jumlah 40 orang, dilaksanakan di ruang film Wisma Cinta Alam Suryakancana, Cibodas.
Acara dibuka oleh Plh. Kepala Balai Besar Ir. Yusak Mangetan, M.A.B dilanjutkan dengan materi yang disampaikan oleh tiga narasumber yaitu: Kasubdit Pemanfaaatan Jenis Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati (Nunu Anugrah, S.Hut, M.Sc.) menyampaikan materi Kebijakan Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati untuk Kesejahteraan Masyarakat, dilanjutkan Dr. Hari Nugroho Peneliti dari Puslit Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyampaikan materi Aspek Biologi Cacing Tanah, dan Dr. Ir. H. M. Yahya Ahmad, MA.Ed praktisi penangkar cacing sekaligus sebagai Dosen Fakultas Pertanian Universitas Suryakancana menyampaikan materi Teknik Penangkaran Cacing,
dengan moderator Kepala Bidang Teknis Konservasi (Mimi Murdiah).
Berdasarkan hasil pemaparan materi dan diskusi, diperoleh kesimpulan:
- Berdasarkan kebijakan yang berlaku, Cacing Sonari dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar melalui penangkaran Cacing Sonari.
- Untuk mencegah pengambilan Cacing Sonari yang tidak lestari, indukan Cacing Sonari tidak diambil dari alam, melainkan dari Demplot penangkaran yang dikembangkan oleh Pengelola TNGGP (PEH) atau penangkar Cacing Sonari.
- Penelitian tentang Cacing Sonari masih sangat minim sehingga aspek biologi, ekologi maupun kegunaan Cacing Sonari masih belum banyak diketahui. Oleh karena itu apabila nilai ekonomi Cacing Sonari ini sama dg cacing tanah, maka budidaya cacing tanah bisa menjadi substitusi kegiatan yang diharapkan dpt mengalihkan pengambilan Cacing Sonari secara ilegal.
- Satwa sekecil cacing tanah yang sudah tentu banyak terdapat di TNGGP dapat ditangkarkan dengan teknik yang sederhana. Bekas cacing (Kascing) merupakan pupuk organik dan nilai jualnya dapat ditingkatkan berlipatganda dengan menambahkan bio activator antara lain tricoderma yang berfungsi untuk mengaktifkan bio micro dalam kascing.
- Universitas Suryakencana melalui Dr Ir. H.M. Yahya Ahmad, membuka diri untuk menjalin kerjasama dengan BBTNGGP dalam pemanfaatan keanekaragaman hayati TNGGP khususnya cacing dalam rangka pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Hal-hal yang akan ditempuh Balai Besar TNGGP untuk menindaklanjuti hasil lokakarya adalah:
- Mendorong LIPI dan insitusi yang berkompeten dalam penelitian untuk melakukan penelitian tentang Cacing Sonari
- Menjalin kerjasama dengan Universitas Suryakencana dalam pengembangan pemanfaatan cacing dalam rangka pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan
- Melakukan uji coba pembuatan demplot penangkaran Cacing Sonari di bawah bimbingan Dr Hari Nugroho (LIPI)
Sumber: Dadang Iskandar, S.P. – Pengendali Ekosistem Balai Besar TNGGP