Keluar Hutan, Tim Ekspedisi Lolobata 2017 Catat Rekor Baru

Jumat, 22 September 2017

Sofifi, 22 September 2017. Akhirnya kegiatan Ekspedisi Lolobata Tahun 2017 di Blok Lolobata kawasan Taman Nasional Aketajawe Lolobata (TNAL) telah selesai. Sore hari, tanggal 20 September 2017 tim ekspedisi telah keluar dari belantara Halmahera di gunung Uni-uni kabupaten Halmahera Timur dan disambut dengan hujan rintik-rintik.

“HOAAAAAAA.....”, teriak salah satu anggota tim yang merasa senang telah melewati rintangan dan sukses dalam kegiatan ekspedisi. Setelah seluruh anggota tim bermalam di Seksi Wilayah III Subaim, tanggal 21 September tim kembali ke kantor Balai TNAL di Sofifi untuk beristirahat, bersih-bersih dan tentu saja melakukan rekap hasil temuan dalam kegiatan tersebut.

Alhasil, setelah melakukan rekap sampai larut malam seluruh tim berhasil menemukan berbagai jenis flora dan fauna maupun bentang alam sesuai dengan bidangnya masing-masing. Salah satunya adalah tercatatnya reptil jenis Candoia paulsoni tasmani atau ular Boa Tanah Halmahera. Dalam buku yang berjudul 107+ Ular Indonesia yang ditulis oleh Riza Marlon tercatat panjang maksimal ular tersebut adalah 64 cm. Akan tetapi tim ekspedisi menemukan jenis ular tersebut dengan variasi panjang yang berbeda-beda, yaitu Candoia paulsoni tasmani dengan panjang 78.5 cm, 87 cm, 94 cm dan yang terpanjang ditemukan adalah 100 cm.

Tidak berhenti disitu, ular Candoia paulsoni tasmani tersebut juga ditemukan memiliki 3 (tiga) variasi warna, yaitu ada yang memiliki warna hitam, warna coklat kemerahan dan ada yang memiliki warna coklat muda kekuningan. Sehingga temuan tersebut bisa menjadi data baru dalam literatur tentang reptil khususnya ular di Indonesia.
Hasil temuan dalam Ekspedisi Lolobata Tahun 2017 lainnya adalah Kupu-kupu sebanyak 67 jenis, Capung sebanyak 22 jenis, air terjun sebanyak 5 tempat, makam Masyarakat Tobelo Dalam (MTD), dan puluhan flora yang belum terekap semuanya, terutama jenis tanaman Begonia. Jenis-jenis tersebut sebagian masih membutuhkan waktu untuk identifikasi jenis lebih lanjut karena keterbatasan alat dan literatur.

“Jenis capung dalam habitat hutan yang lebat seperti ini merupakan jenis-jenis yang spesifik, masih ada 2 jenis capung yang belum bisa kami identifikasi dalam temuan ini”, papar Diagal, anggota Indonesia Dragonfly Society (IDS).

“Ekspedisi ini seru dan tantangannya luar biasa, sampai-sampai kami belum menikmati cahaya matahari selama didalam kawasan karena hujan dan kondisi hutan yang masih bagus”, kata Harley B. Sastha yang merupakan penulis perjalanan. “Kami semua sampai kena kutu air”, kelakar Pak Harley.

Sumber : Akhmad David Kurnia Putra
Polisi Kehutanan Balai Taman Nasional Aketajawe Lolobata

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini