Senin, 24 Juni 2024 BBKSDA Sumatera Utara
Sumber foto : Alamendah.org, Good News from Indonesia
Medan, 24 Juni 2024. Daun Sang merupakan jenis flora dengan daun raksasa yang lebarnya bisa mencapai 6 meter. Tanaman endemik ini hanya dapat ditemukan di kawasan Aras Napal 242, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, dan juga di areal kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Selain di Sumatera Utara, Daun Sang yang unik ini juga ditemukan di Thailand, Malaysia, Serawak, Kalimantan bagian Barat dan Sumatera.
Daun Sang memiliki banyak nama, seperti di Indonesia disebut juga dengan Daun Payung, Sang Gajah, Sang Minyak (Sumatera Utara), Daun Solo (Riau), di Malaysia dikenal dengan nama Sal, di Thailand dinamai Bang Soon dan di Inggris disebut Joy Palm, Diamond Joey atau Umbrella Leaf Palm (Daun Sang, Tanaman Unik Ini Ditemukan di Sumatera Utara, https://indonesia.go.id). Daunnya unik memiliki sisi yang berduri, bentuknya pun melebar di tengah serta meruncing di bagian pangkal dan ujung. Akibat ukuran daunnya yang diatas normal itu, masyarakat dahulu kerap memanfaatkan Daun Sang sebagai atap rumah ataupun atap gubuk di ladang.
Daun Sang, sebagaimana dikutip dari Indonesia.go.id, pertama kali ditemukan di pedalaman Sumatra pada awal abad ke 19 oleh seorang profesor botani asal Belanda bernama Teijsman alias Elias Teymana Johannes. Sesuai nama penemunya, Daun Sang kemudian diberi nama latin/ilmiah Johannesteijsmania altifrons. Tanaman ini merupakan salah satu dari empat spesies anggota genus Johannesteijsmania, sejenis pinang-pinangan atau palem (Aracaceae) yang tumbuh hanya di kawasan hutan Asia Tenggara.
Mengingat tempat penyebarannya yang terbatas dan populasinya dalam jumlah relatif kecil, menyebabkan tumbuhan ini langka sehingga menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa termasuk dalam jenis yang dilindungi. Selain itu konflik kepentingan juga menjadi faktor penyebab terancamnya tumbuhan ini, terutama yang tumbuh di lahan masyarakat. Masyarakat lebih cenderung memanfaatkan/menggunakan lahannya untuk kepentingan lain daripada menyelamatkan Daun Sang. Dengan alasan guna memenuhi kebutuhan hidup, maka lahan tempat tumbuh Daun Sang menjadi korban pengalihan fungsi.
Untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya, diperlukan upaya komprehensif dengan melibatkan berbagai pihak (komponen). Langkah pertama adalah dengan melakukan inventarisasi dan identifikasi keberadaannya terkini. Pendataan ini penting artinya untuk mengetahui sejauhmana populasinya serta penyebarannya. Setelah itu barulah direncanakan solusi penyelesaian tentunya dengan melibatkan masyarakat terutama yang di lahannya terdapat tumbuhan Daun Sang. Perlu ditempuh upaya win-win solution, salah satunya dengan cara/pola orangtua asuh.
Pola orangtua asuh menjadi salah satu tawaran solusi bagi penyelamatan Daun Sang. Warga yang kebanyakan kurang paham dan peduli, sebaiknya dirangkul, diberikan edukasi dan motivasi untuk ikut serta menjadi bagian yang menyelamatkan tumbuhan unik dan langka ini dengan ikut menjaga dan melestarikannya. Penganugerahan penghargaan dan berbagai bentuk apresiasi lainnya patut diberikan kepada warga yang telah menunjukkan kepeduliannya.
Upaya lainnya adalah dengan memberi peluang dan mendorong para peneliti melakukan riset (penelitian) terhadap kemungkingan budidaya tumbuhan ini untuk menjaga dan mengembangkan populasinya dengan berbagai metode. Selain itu, yang juga tidak kalah penting adalah memberikan edukasi kepada generasi muda melalui pendidikan agar menumbuhkan kepedulian terhadap kelestarian tumbuhan ini sedini mungkin. Berbagai upaya tentunya penting dan menjadi penentu akan keberlangsungan serta kelestarian Daun Sang dari ancaman kepunahan. Jadi tunggu apalagi… Ayo selamatkan Daun Sang sebelum nantinya hanya tinggal cerita dongeng saja…….
Sumber foto : Alamendah.org, Good News from Indonesia
Sumber : Evansus Renandi Manalu (Analis Tata Usaha) – Balai Besar KSDA Sumatera Utara
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 5