Menyelamatkan Bumi Dari Ancaman Degradasi Lahan & Kekeringan

Rabu, 19 Juni 2024 BBKSDA Sumatera Utara

Medan, 19 Juni 2024. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengirimkan surat kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal peringatan potensi kemarau panjang di sejumlah wilayah Indonesia. Dalam surat tersebut, Dwikorita mengatakan, saat ini sejumlah wilayah Indonesia sudah mengalami kondisi kering, khususnya di daerah-daerah yang berada di bagian selatan khatulistiwa.

Hal tersebut berdasarkan Hari Tanpa Hujan (HTH) yang menunjukkan mayoritas wilyah Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara sudah mengalami HTH sepanjang 21–30  hari atau lebih panjang. Selain itu, menurutnya monitoring dengan satelit menunjukkan kemunculan beberapa titik panas atau hotspot awal pada daerah-daerah rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), sebagaimana dikutip dari Harian Mistar, Selasa 28 Mei 2024, hal. 2.

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bahwa dunia saat ini menuju kondisi neraka iklim sebagaimana diperingatkan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) Antonio Guteres. Hal itu disampaikan Jokowi pada acara Rakornas Pengendalian Inflasi Tahun 2024 dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Award di Istana Negara, Jakarta, Jumat (14/6). Menurut Presiden suhu bumi akan mencapai rekor tertinggi pada lima tahun kedepan. Presiden meminta jajarannya untuk hati-hati karena akan berdampak pada masalah pangan. (Tribun Medan, Sabtu, 15 Juni 2024, hal. 1).

Potensi kemarau panjang yang mengancam terhadap kekeringan telah pula memantik reaksi dunia internasional. Melalui Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO meresponnya dengan menyebutkan bahwa frekwensi dan intensitas kejadian cuaca ekstrim semakin meningkat yang diperkirakan berpotensi menyebabkan, meningkatkan atau mengubah keadaan dan penyakit yang ditularkan melalui air. Karena itu pemerintah seluruh dunia didorong untuk mengembangkan dan secara berkala menguji efektivitas rencana tanggap darurat keamanan pangan nasional, sekaligus meningkatkan elemen lain dari sistem pengendalian pangan nasional, termasuk pengawasan penyakit bawaan makanan dan pemeriksaan pangan berbasis resiko secara berkala.

Kondisi dan situasi ini menjadi catatan penting di saat dunia memperingati  Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia atau The World Day to Combat Desertification and Drought, yang diperingati setiap tanggal 17 Juni. Degradasi lahan dan kekeringan merupakan fenomena alam yang cukup merugikan dan berdampak cukup buruk bagi keberlangsungan kehidupan manusia.

Sebagaimana diketahui, bahwa degradasi lahan pada umumnya disebabkan oleh perbuatan yang dilakukan manusia, seperti : pembersihan lahan,  hilangnya nutrisi tanah secara permanen akibat praktik pertanian yang kurang baik,  irigasi yang tidak baik dan pengambilan air tanah berlebih, perluasan lahan yang menabrak habitat hewan liar, pertanian monokultur dan pembuangan sampah non biodegradable, seperti plastik. Sedangkan kekeringan terjadi akibat fenomena alam yang terjadi di dunia, dimana penyebabnya : curah hujan yang rendah,  global warning, minimnya daerah resapan, letak geografis tepat di bawah garis khatulistiwa, dan kerusakan hidrologis (17 Juni Hari Penanggulangan Degradasi Lahan Dan Kekeringan Sedunia, Mari Jaga Bumi Tercinta !, https://www.idntimes.com).

Tujuan utama dari peringatan Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia ini adalah : untuk meningkatkan kesadaran publik tentang masalah lahan kritis yang terjadi akibat kekeringan dan degradasi lahan, serta  memberi informasi kepada masyarakat bahwa masalah lahan kritis bisa diatasi secara efektif dengan solusi tertentu. 

Apa yang bisa dipetik dari peringatan Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia tahun ini ? Momentum ini menjadi inspirasi serta motivasi untuk melakukan kerja-kerja nyata dalam mengatasi ancaman degradasi lahan dan kekeringan yang sudah di depan mata. Perlu kerja keras dengan melakukan langkah-langkah konkrit dan berkelanjutan (suistanable). Permasalahan degradasi yang terjadi di beberapa kawasan konservasi akibat adanya kegiatan/aktivitas perambahan dan pengalihan fungsi kawasan menjadi skala  prioritas untuk segera diselesaikan. Disamping kegiatan pemulihan kawasan melalui  penanaman, penghijauan, rehabilitasi lahan dan  restorasi juga takkala pentingnya untuk terus digiatkan dan gencar dilakukan. Untuk itu diperlukan keterlibatan dan peranserta seluruh komponen secara berkolaborasi, bergerak bersama bersinergi menyelamatkan bumi dari degradasi lahan dan kekeringan menuju alam dan lingkungan yang lestari. Tunggu apalagi ….?

Sumber : Evansus Renandi Manalu (Analis Tata Usaha) – Balai Besar KSDA Sumatera Utara  


Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini