Selasa, 12 September 2023 BBKSDA Sulawesi Selatan
Makassar, 12 September 2023. Kegiatan Ekspedisi Gunung yang dilaksanakan oleh komunitas Wanagaul Indonesia bersama dengan KPA Genitri pada tanggal 5 September 2023 berhasil mendokumentasikan dalam bentuk video perjumpaan langsung dengan Anoa Gunung (Bubalus quarlesi) yang terlihat di jalur pos 6 dan pos 7 Taman Nasional (TN) Gandang Dewata pada ketinggian ±2500 mdpl.
Perjumpaan Anoa secara langsung tersebut makin memperkuat bukti keberadaan Anoa di TN Gandang Dewata. Selama ini bukti keberadaan Anoa di TN Gandang Dewata sebatas perjumpaan tidak langsung, lewat perjumpaan feses (kotoran) dan jejak satwa. Perjumpaan secara tidak langsung lewat penemuan feses dan jejak satwa yang terbaru didapat melalui kegiatan Patroli SMART yang rutin dilaksanakan oleh Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan setiap bulan di TN Gandang Dewata. Dari hasil Patroli SMART ditemukan feses dan jejak Anoa pada jalur pendakian di pos 2, 3, 4 dan 7 pada ketinggian 1800 mdpl – 2800 mdpl.
Selain hasil temuan Patroli SMART, hasil ekspedisi flora fauna TN Gandang Dewata yang telah dilaksanakan oleh Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan juga menemukan bukti keberadaan Anoa melalui perjumpaan tidak langsung. Keberadaan Anoa diidentifikasi dari kotorannya yang banyak ditemukan di sepanjang jalur pendakian mulai dari pos 2 sampai pos 10 puncak (trek Rante Pongko) pada ketinggian 2200-3000 m dpl. Pada jalur pos 8 sampai pos 9 (Trek Rante Pongko) di ketinggian 2334 m dpl, ditemukan sarang di bawah perakaran sebuah pohon yang diduga merupakan tempat bersarang Anoa. Hal tersebut diperkuat dengan penemuan jejak kaki Anoa. Dari hasil-hasil temuan-temuan tersebut di atas maka semakin menegaskan keberadaan Anoa, Si Kerbau Kerdil Sulawesi, di kawasan TN Gandang Dewata.
Anoa termasuk jenis satwa endemik yang hanya dapat dijumpai di Sulawesi yang masuk daftar satwa terancam punah International Union for Conservation of Nature [IUCN] dan Appendix 1 berdasarkan Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora [CITES]. Oleh karena itu, selain dilindungi Anoa juga dilarang untuk diperdagangkan. Di Indonesia, Anoa termasuk daftar satwa liar prioritas konservasi nasional. Anoa merupakan spesies payung karena dengan melindungi Anoa berarti menjaga semua spesies satwa dan tumbuhan yang ada di habitatnya. Anoa juga termasuk spesies kunci karena makanannya terdiri dari berbagai jenis tumbuhan, baik daun maupun buah. Buah bersama biji yang dimakan tersebar ke seluruh kawasan hutan, tumbuh subur dan terpencar di tempat baru bersama feses Anoa. Menurut Mustari (2020), feses Anoa mampu meningkatkan viabilitas biji tumbuhan hutan bila terbuang bersama kotoran Anoa. Selanjutnya disebutkan bahwa Anoa mengkonsumsi lebih dari 146 spesies tumbuhan, termasuk puluhan jenis buah sehingga banyak jenis tumbuhan yang regenerasi dan pemencaran bijinya tergantung anoa. Selain spesies payung dan spesies kunci, Anoa juga merupakan spesies bendera ikon konservasi Sulawesi.
Menurut Priyono (2020), anoa mengalami insular dwarfisme yang berarti terjadi proses evolusi dan kondisi pada hewan yang mereduksi ukuran tubuhnya. Pengurangan bentuk tubuh itu kebanyakan terjadi pada spesies yang ada di kepulauan. Akibatnya secara morfologi, Anoa sepintas tampak seperti Kerbau kerdil atau Sapi kecil. Proses evolusi tersebut bukti bahwa Anoa mampu bertahan dan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, baik perubahan iklim, geologi, bentang alam, habitat, hutan, serta pegunungan. Bisa jadi Anoa merupakan representasi dari hewan purba Sulawesi yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan sebagai penghuni Hutan Sulawesi Sejati. Pada akhirnya pelestarian Anoa tidak hanya penting bagi keberlanjutan ekosistem hutan tetapi juga tentang sejarah model evolusi satwa liar kepulauan. Dan sejarah tersebut ada di Taman Nasional Gandang Dewata.
Sumber: Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan (SIARAN PERS Nomor : SP.17/K.8/TU/Humas/09/2023)
Call Center BBKSDA Sulsel: 08114600883
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 0