Pesona Orchidaceae di Taman Nasional Komodo

Jumat, 29 Juli 2022

Labuan Bajo, 11 Juli 2022. Mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung, Dinda Fahita Gultom menjalani kegiatan penelitian magang pada tanggal 20 - 30 Juni 2022 di Loh Buaya dan juga pada tanggal 1 - 8 Juni 2022 di Loh Liang. Dinda mengambil topik Analisis Kelimpahan, Persebaran, dan Pemanfaatan Jenis-Jenis Anggrek (Orchidaceae) di kawasan Taman Nasional Komodo. Pengamatan dan juga data yang diambil meliputi jenis dan jumlah anggrek, jenis pohon inang, serta zonasi tempat tumbuh anggrek.

Penelitian magang menggunakan metode jelajah, yaitu dengan penelusuran jalur-jalur yang telah ditentukan. Loh Buaya menggunakan jalur Wae Waso dan jalur wisata, sedangkan di Loh Liang melewati jalur patroli darat dan Banunggulung 3. Penentuan jalur ini berdasarkan pada kemudahan akses dan juga merupakan jalur yang sering dilalui wisatawan, ranger serta naturalist guide. Setiap anggrek di sepanjang jalur dicatat menggunakan bantuan aplikasi SW MAPS serta dokumentasi berupa gambar anggrek beserta pohon inangnya. Penelitian ini akan menambah data inventarisasi bagi Balai Taman Nasional Komodo dan juga sebagai bahan acuan tindakan pelestarian dan perlindungan terhadap tanaman anggrek. Penelitian ini menggunakan dua lokasi yang berbeda dengan tujuan untuk perbandingan dan juga memperkaya data mengenai anggrek agar dapat memudahkan untuk penentuan bentuk pemanfaatan yang tepat.

Loh Buaya memiliki ekosistem yang bervariasi seperti mangrove, sawah garam, hutan, dan savana. Sedangkan anggrek yang ditemukan sebagian besar terdapat pada ekosistem hutan dan juga beberapa pada ekosistem savana. Dinda menjumpai anggrek dengan jenis Vanda limbata dan dalam keadaan tidak berbunga tetapi memiliki dominansi yang besar pada pohon-pohon yang ditumpanginya. Hal ini menunjukkan bahwa ditemukan lebih dari sepuluh anggrek yang tumbuh dalam satu individu pohon. Anggrek ini menempel pada retakan- retakan batang atau bekas dahan yang patah yang dipenuhi dengan humus atau serasah lapuk. Tekstur batang nya tidak rata, dan kasar ini cukup beralasan karena memudahkan kotoran-kotoran untuk menempel pada batang pohon tersebut, dan dalam kurun waktu yang lama akan menumpuk sehingga menyebabkan batang pohon itu menjadi lembab dan memudahkan pertumbuhan anggrek. Pohon inang yang sebagai tempat hidup oleh anggrek Vanda limbata adalah pohon spesies Tamarindus indica, Ziziphus jujuba, Schleichera oleosa, dan  Schoutenia ovata. Berdasarkan  zona  pertumbuhan  anggrek  yang  ditemukan  pada  lokasi penelitian, Vanda limbata termasuk tumbuhan epifit yang hidupnya menumpang pada tanaman lain tetapi tidak dirugikan tanaman yang dijumpainya berdasarkan klasifikasi Johansson tahun, 1974 karena tumbuh di bagian batang atau cabang dari pohon inangnya.

Habitat yang sesuai sangat mendukung pertumbuhan anggrek di daerah ini yaitu beriklim kering dan merupakan dataran rendah. Salah satu faktor yang menyebabkan Vanda limbata di daerah ini tidak berbunga adalah karena hutan yang cukup rapat dan pohon inang yang memiliki tutupan yang lebat sehingga membuat anggrek tidak mendapat suplai sinar matahari yang cukup untuk melakukan perbungaan. Berbeda dengan lokasi penelitian di Loh Liang, ditemukan dua spesies anggrek berbeda yaitu Vanda limbata dan Dendrobium crumenantum. Dengan iklim dan ketinggian yang tidak jauh berbeda dengan Loh Buaya, anggrek tumbuh dengan sangat baik dengan indikator banyaknya individu yang ditemukan sepanjang penelusuran jalur jelajah. Kondisi hutan yang mendukung dengan tidak terlalu  rapat,  Dinda  menemukan  Vanda limbata dalam  keadaan berbunga,  bercirikan  dengan dominansi warna merah serta bercak kuning dan kepalanya berwarna merah bata dibalut aroma kayu manisnya yang khas.

Saat ini, jenis-jenis tanaman hias khususnya anggrek, mempunyai prioritas untuk pengembangan karena mempunyai keunikan dan daya tarik tersendiri. Bentuk bunga, warna bunga, dan sifat bunga seperti besar, tebal, jumlah kuntum, ketahanan mekar, dan keharuman merupakan sifat dan karakteristik dari jenis-jenis anggrek sebagai acuan untuk memenuhi selera konsumen. Pembudidayaan anggrek dengan tujuan bisnis maupun sekedar hobi tentu akan mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan bertanam anggrek memberikan prospek yang baik bagi masa depan, terutama jenis anggrek hasil-hasil silangan. Sehingga dapat dimanfaatkan sebagai komoditi ekonomi bagi masyarakat lokal dan juga obat-obatan tetapi perlu dilakukan pelestarian agar keberadaan tanaman anggrek ini tetap terjaga.

Sumber : Balai Taman Nasional Komodo

Penanggung Jawab Berita: Kepala Balai Taman Nasional Komodo - Lukita Awang Nistyantara, S.Hut., M.Si. (+6285215959862)

Penulis Berita: Mahasiswa Rekayasa Kehutanan – Institut Teknologi Bandung - Dinda Fahita Gultom

Penyunting Berita:

  1. Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Pertama - Muhammad Ikbal Putera, S.Hut., M.Sc. (+6281310300678)
  2. Mahasiswa Magang Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya - Salma Noer Aulia (+6285155456100)

 Informasi Lebih Lanjut:Call Center Balai Taman Nasional Komodo +6282145675612

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 4.5

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini