Perkuat Daya Tarik Wisata, BBTNGGP Selenggarakan Pelatihan Kop

Senin, 13 Juni 2022

Bogor, 9 Juni 2022. Pengelolaan wisata alam tidak jauh dari sajian kuliner khas lokal setempat. Sajian makanan dan minuman menambah daya tarik wisata yang membuat orang terkenang. Salah satu kuliner khas di Bogor dan masih menjadi tren sampai saat ini yaitu seduhan kopi lokalnya. Sambil menikmati kopinya, pengunjung akan dimanjakan dengan panorama alam yang indah dan udara yang dingin. Potensi alam di Pasundan Jawa Barat memang cocok untuk budidaya tanaman kopi. Tanaman kopi banyak ditemukan di Perkebunan dan Hutan Produksi Perhutani termasuk kawasan Gunung Mas Puncak yang dikelola oleh kelompok masyarakat setempat. Kelompok ini bernama Kelompok Tani Hutan (KTH) Cibulao dan sudah memiliki prestasi di kancah nasional sebagai kopi terbaik tingkat nasional dalam ajang Kontes Kopi Spesialiti Indonesia (KKSI) ke-VIII yang berlangsung di Takengan, Aceh tahun 2016. Kelompok ini berawal dari 10 orang menjadi 350 orang yang terlibat dalam usaha produk kopi dan pengembangan paket wisata di dalamnya paket sepeda dan edukasi kopi di Cibulao, Desa Tugu Utara, Kec. Cisarua, Kab. Bogor. 

 

Nilai yang dipelajari dalam budidaya kopi di Cibulao dimana kopi merupakan jenis tumbuhan intoleran (memerlukan naungan). Jenis pohon naunganpun akan mempengaruhi cita rasa dari kopi yang dihasilkan. Semakin beragam pohon naungan, semakin kaya rasa kopi yang ditanam. Hal ini membuktikan bahwa penanaman kopi dapat berjalan berdampingan dengan fungsi konservasi hutannya. Tetapi bagaimana jika tanaman kopi yang berada di hutan konservasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) yang pada awalnya tanaman kopi yang merupakan warisan pada areal perluasan dari Perum Perhutani dari tahun 2003. Berdasarkan hasil pengamatan Ketua KTH Cibulao, Jumpono, bahwa kopi memiliki kualitas baik ditanam pada lahan dengan tingkat kesuburan tinggi dan tidak terdapat hama pengerat tanaman kopi. Selain itu juga, dapat diberikan label bersertifikat organik yang terjamin keasliaanya. Penyampaian ini disampaikan pada saat mengisi materi pada kegiatan pelatihan pengolahan yang diselenggarakan oleh Bidang Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Wilayah III Bogor, Balai Besar TNGGP. Fasilitasi peningkatan kapasitas masyarakat di sekitar penyangga TNGGP dalam pengolahan kopi mengundang beberapa masyarakat atau kelompok masyarakat yang telah memiliki pengalaman atau bergerak dalam usaha kopi walaupun kopi yang digunakan bukan berasal dari kawasan. Wilayah Bidang PTN III mempunyai 4 KTH yang memiliki akses perjanjian kerjasama kemitraan konservasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat yaitu KTH Cipeucang, KTH Ciwaluh Girang, KTH Ciwaluh Hilir dan KTH Ciaul Maju Bersama.

Pelatihan ini dilaksanakan di lokasi KTH Cibulao selama 1 (satu) hari dan diikuti oleh 30 orang yang merupakan perwakilan dari 22 KTH binaan.  Pelatihan ini dikemas dalam bentuk studi banding/kunjungan. Peserta pelatihan diberikan 3 kelompok materi. Materi pertama, diisi oleh narasumber, Muhamad Arifin, yang berasal dari Peneliti Pusat Studi Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah - P4W IPB dengan menyampaikan pengenalan jenis kopi Indonesia dan analisis usaha produk kopi. Pengetahuan narasumber yang satu ini dalam kopi, tidak diragukan lagi karena beliau memiliki produk kopi yang dikenal Patani Kopi yang berada di wilayah Leuwiliang, Bogor. Ternyata telah ada 59 merk kopi di wilayah Jawa Barat dan prestasi penggiat kopi di Jawa Barat sudah masuk pada skala internasional. Hal ini sangat membanggakan bagi masyarakat wilayah Jawa Barat khususnya. Selain itu juga, peluang pengembangan kopi dapat terus dilakukan. Materi kedua dan ketiga, narasumber berasal dari KTH Cibulao, Bapak Jumpono dan Kiryono yang merupakan Ketua dan Wakil Ketua. Banyak pengetahuan baik secara teknis dan moril dalam pengembangan kelompok yang diberikan kepada peserta. 

Selain materi dan diskusi, peserta diajak melihat proses pemanenan dan pemeliharaan tanaman kopi di Kebun, pengolahan pasca panen mulai dari penjemuran dan penggorengan kopi. Praktek lapangan berlangsung selama 2,5 jam di lokasi kebun dan pemukiman masyarakat.  Metode penjemuran kopi dilakukan dalam green house yang dirancang oleh kelompok. Sedangkan untuk proses penggorengan kopi dilakukan dengan menggunakan mesin. Setelah dilakukan praktek atau kunjungan lokasi produksi, peserta kembali ke saung untuk melihat teknik penggilingan biji kopi yang telah digoreng (roasting) dan belajar teknik dasar barista. Walapun sebagian besar peserta pemahaman pengolahan kopi sedikit, tetapi peserta antusia dalam menerima materi. Peserta dapat menikmati kopi asli dari Cibulao.

Beberapa rekomendasi yang disampaikan oleh pemateri untuk perawatan kopi yang dilakukan dalam hutan konservasi yaitu dengan perawatan kopi yang sudah ada melalui penjarangan tanaman kopi dan peningkatan produktivitas dapat dilakukan teknik pemangkasan batang tanpa mengganggu tumbuhan lainnya  Bahkan jika dapat dilakukan dengan proses grafting dari jenis klon lainnya untuk meningkatkan produktivitas kopi. Pasaran kopi saat ini yang masih memerlukan produk dari jenis kopi Robusta. 

Nah, di Indonesia terdapat empat jenis kopi yaitu jenis Arabika, Robusta, Liberika dan Exelsa. Sedangkan jenis kopi yang dikenal pada masyarakat sekitar kawasan yaitu Arabika dan Robusta. Masyarakat di sekitar Ciwaluh tepatnya Desa Pasir Buncir, Kec. Caringin, Kab. Bogor telah memiliki produk kopi yang dikenal dengan Kopi Ciwaluh. Dengan adanya pelatihan kopi ini, diharapkan adanya peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengembangan produk kopi yang dapat mendorong pengembangan wisata alam sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah penyangga TNGGP.  

Kopi Dinikmati, TNGGP di Hati

Sumber : Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Teks: Ratih Mayangsari, S.Hut. 
Foto: Ayi Rustiadi, S.Si.

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini