Peran Dokter Hewan Dalam Manajemen Konservasi Satwa Liar Di TN Komodo

Jumat, 01 Oktober 2021

Telur  cacing  komodo.  (A)  Telur Dipyllobothrium sp (a  Knop  (tonjolan), b (Operkulum)); (B) Telur Dipylidium sp (a (Kapsul), b (embrio)); (C) Telur Trichuris sp (tanda panah: operkulum)

Labuan Bajo, 25 September 2021. Salah satu peran dokter hewan dalam manajemen konservasi adalah mengidentifikasi dan mempelajari penyakit pada satwa liar. Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan Universitas  Nusa  Cendana  berkomitmen  untuk  mempelajari  manajemen  konservasi aspek bidang kedokteran hewan dengan terjun langsung ke lapangan dalam rangka Praktek Kerja Lapang (PKL) di Taman Nasional Komodo. Minimnya informasi mengenai identifikasi dan distribusi penyakit pada komodo menjadi latar belakang kuat mahasiswa melaksanakan kegiatan PKL pada kawasan konservasi in-situ.

Kegiatan PKL ini dilaksanakan pada tanggal 12 – 21 September 2021 di Resort Loh Wau Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah III Balai Taman Nasional Komodo. Salah satu bentuk aktivitas yang dilaksanakan adalah melakukan pengambilan sampel feses untuk mengidentifikasi probabilitas kemunculan endoparasite gastrointestinal pada biawak komodo. Mahasiswa bersama dengan Kepala Resort Loh Wau (Ikhwan Syahri) melakukan pengambilan dan mengamati feses melalui mikroskop.

Berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan 3 jenis parasit yaitu Dipylidium sp., Diphyllobothrium sp., dan Trichuris sp. Parasit ini berpotensi menyebabkan gangguan kesehatan pada komodo seperti gangguan penyerapan nutrisi dan anemia. Ketiga jenis cacing ini juga berpotensi menyebabkan zoonosis dimana penyakit dapat menular dari hewan kepada manusia atau sebaliknya, sehingga berpotensi membahayakan petugas lapangan maupun masyarakat yang terkontaminasi. Meskipun demikian, zoonosis hanya dapat terjadi jika manusia melakukan kontak langsung dengan hewan ataupun kotorannya. Untuk mencegah terjadinya infeksi zoonosis pada manusia, petugas perlu memastikan tingkat higienitas dan sanitasi saat bekerja di tingkat tapak.

Peran Dokter Hewan sangatlah krusial dalam pengelolaan kawasan konservasi, khususnya bagi keberlangsungan hidup biawak komodo. Masih diperlukannya pendalaman kajian penyakit satwa liar pada komodo oleh para mahasiswa kedokteran hewan kedepannya. Bagi mahasiswa kedokter hewan yang ingin bekerja langsung dengan biawak komodo dapat mendaftarkan diri sebagai Pengendali Ekosistem Hutan di Balai Taman Nasional Komodo melalui pembukaan Calon Pegawai Negeri Sipil Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan setiap tahunnya.

Sumber : Balai Taman Nasional Komodo

Penulis:  1) Nofriani RW. Ndun, S.K.H.; 2) Frits Benyamin H. Francis, S.K.H.; 3) Selviani T. Dangur, S.K.H.; 4) Rochy J. Akal, S.K.H.;  dan 5) Pedro CY. Nope, S.K.H.
Mahasiswa PKL Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Nusa Cendana

Penyunting: Muhammad Ikbal Putera, S.Hut., M.S.

Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini