Kamis, 17 Desember 2020
Waingapu, 17 Desember 2020. Walaupun selama ini Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (TN Matalawa) dijadikan sebuah kawasan taman nasional untuk preservasi satwa terutama burung, namun potensi flora yang terkandung di dalamnya pun sangat besar. Hal ini terungkap pada studi yang telah dilakukan oleh para Pengendali Ekosistem Hutan di awal tahun 2020. Masyarakat Sumba telah menggunakan potensi flora ini dalam berbagai sendi kehidupan baik sandang, pangan, dan papan.
Selain flora, potensi wisata yang tinggi di kawasan TN juga belum dimanfaatkan secara maksimal untuk kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan. Pesona pantai, keindahan air terjun, hamparan padang savanna, maupun gua dapat dikembangkan dan menarik para wisatawan untuk datang. Peran penyuluh kehutanan sangat penting dalam memberikan pendampingan kepada masyarakat untuk turut membantu mengembangkan objek-objek tersebut.
Potensi-potensi tersebut telah berhasil dikumpulkan dan disampaikan dalam webinar yang secara berturut-turut diadakan selama 2 hari pada tanggal 7 dan 8 Desember 2020. Pada hari pertama, hadir sebagai narasumber, Direktur PJLHK, Dr. Nandang Prihadi, Wahju Rudianto (Kepala Balai Besar TNGGP), Memen Suparman (Kepala Balai TN Matalawa), Hartono (Specialist of Nature Conservation for Eco-tourism Development), dan Salikin (Ketua Koperasi Agung Lestari di TN Ciremai). Sedangkan hari kedua diisi oleh Dr. Haryono (Kasubdit SDG), Dr.Wawan Sujarwo (Peneliti Etnobiologi LIPI), Abah Edi (Praktisi Tanaman Obat), dan Agus Kusumanegara (PEH Muda TN Matalawa).
Dalam webinar tersebut disampaikan bahwa peningkatan kapasitas SDM, baik masyarakat maupun petugas harus sama-sama ditingkatkan dalam pengelolaan wisata alam. Selain itu, branding serta kerjasama antar stakeholder juga perlu menjadi perhatian karena pengelolaan wisata alam mencakup pasar yang cukup luas. Pada webinar tanaman obat, disampaikan bahwa telah ditemukan 164 jenis tanaman obat dari 64 famili. Hal ini bisa menjadi unggulan di TN Matalawa karena pengembangan tanaman obat di kawasan Nusa Tenggara Timur masih sedikit.
Sumber: Balai Taman Nasional Manupeu Tanahdaru dan Laiwangi Wanggameti (TN Matalawa)
Berikan rating untuk artikel ini
Average Rating: 1