Musim Semi Dambu Kahbrai

Senin, 25 November 2024 BBKSDA Papua

Kunjungan Menteri Kehutanan ke Kelompok Desa Binaan Dambu Kahbrai, di Kampung Dosay, Distrik Sentani Barat, Kabupaten Jayapura, Sabtu, 23 November 2024. Foto: Dok. BBKSDA Papua.

Jayapura, 25 November 2024 – Musim semi dapat dikatakan sebagai waktu terindah, ketika bunga-bunga bermekaran, dedaunan bertumbuh, pepohonan menampilkan kesegaran, dan hari-hari menjadi cerah. Meski musim semi tidak ada di Indonesia, tetapi kata ‘semi’ yang berarti tunas adalah simbol harapan baik. Begitulah yang sedang dialami oleh Kelompok Dambu Kahbrai. Kelompok Desa Binaan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua itu sedang menikmati masa-masa bersemi setelah perjuangan panjang.

Kelompok Desa Binaan di Kampung Dosay, Distrik Sentani Barat, Kabupaten Jayapura, berdiri pada tahun 2021, dengan fokus kegiatan budidaya anggrek. Para petani anggrek di Kampung Dosay terbilang sangat gigih. Dulu, sebelum Dambu Kahbrai berdiri, sebagian petani mencari anggrek sampai jauh ke Lembah Grime, Kabupaten Jayapura. Masyarakat Lembah Grime kala itu belum memahami nilai ekonomis anggrek dan menyebutnya sebagai tumbuhan tali. Maka, ketika masyarakat Lembah Grime membuka lahan untuk berkebun, dan banyak anggrek dari pepohonan yang ditebang, petani anggrek Kampung Dosay memungutinya. Namun, saat ini sudah berbeda cerita. Hampir semua masyarakat di Jayapura sudah memahami potensi anggrek untuk meningkatkan taraf perekonomian.

Dari perjalanan panjang mengumpulkan anggrek batang demi batang, rumpun demi rumpun, para petani anggrek di Kampung Dosay memegang ketekunan, meski saat itu pemasaran anggrek juga belum stabil. Mereka mengakui bahwa merawat anggrek adalah panggilan jiwa. 

Saat ini, melalui Kelompok Desa Binaan Dambu Kahbrai, para petani anggrek di Kampung Dosay telah meraih beberapa prestasi penting. Kelompok Dambu Kahbrai mendapatkan penghargaan sebagai Desa Binaan Terbaik II tingkat nasional, dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tahun 2023. Kemudian, pada tahun 2024, kelompok Desan Binaan Dambu Kahbrai juga membawa Kampung Dosay meraih penghargaan Kampung Iklim Utama dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Lebih dari itu, satu hal yang sangat menggembirakan adalah pada Oktober 2024 Kelompok Desa Binaan Dambu Kahbrai telah mendapatkan izin penangkaran dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

“Izin penangkaran ini menjadi dasar bagi Kelompok Dambu Kahbrai bisa melakukan budidaya anggrek secara legal, dan nantinya bisa mengajukan izin edar,” kata Zsa Zsa Fairuztania, Penyuluh Kehutanan pada BBKSDA Papua, sekaligus pendamping Kelompok Desa Binaan Dambu Kahbrai. 

Zsa Zsa menjelaskan, proses mendapatkan izin penangkaran dimulai dari mendampingi kelompok menyusun AD/ART, mengajukan Akta Koperasi, menyusun proposal, dan melengkapi berkas, seperti NIB dan NPWP. Setelah semuanya lengkap, barulah izin penangkaran diajukan melalui aplikasi Online Single Submission (OSS).  

Setelah pengajuan berkas, Kelompok Dambu Kahbrai harus bersabar menunggu selama  proses verifikasi. Sekarang izin penangkaran sudah diperoleh. Zsa Zsa mengharapkan ini menjadi pemacu semangat untuk terus berjuang, berkarya, dan mendukung berbagai kegiatan konservasi, terutama dalam hal keanekaragaman hayati tumbuhan anggrek endemik Jayapura dan Papua.

Semangat itu semakin nyata, dan musim semi kian semarak ketika Menteri Kehutanan, Raja Juli Antoni, berkunjung ke Kelompok Desa Binaan Dambu Kahbrai. Kunjungan berlangsung pada Sabtu, 23 November 2024. Sosok Menteri yang bersahaja dan inspiratif itu menyampaikan pesan berisi semangat, juga terima kasih kepada Kelompok Desa Binaan Dambu Kahbrai yang telah memberikan dedikasi terhadap konservasi.

Sementara itu, Kepala Balai Besar KSDA Papua, A.G. Martana, mengungkapkan apresiasi dan rasa syukur atas semua pencapaian Kelompok Desa Binaan Dambu Kahbrai. 

“Terima kasih kepada Bapak Menteri Kehutanan beserta rombongan, atas kunjungan dan pesan-pesan semangat yang disampaikan kepada Kelompok Dambu Kahbrai. Kami berharap, semua hal baik ini terus dipertahankan dan ditingkatkan. Ini menjadi salah satu bukti bahwa masyarakat memang berperan penting sebagai ujung tombak konservasi,” ungkap Martana.(dd)     

Sumber: Balai Besar KSDA Papua

Call Center BBKSDA Papua: 0823 9770 9728


Berikan rating untuk artikel ini

Average Rating: 0

Komentar

Login terlebih dahulu bila ingin memberikan komentar.

Login

Belum terdapat komentar pada berita ini